Pages

Kamis, 27 Desember 2007

Harta yang sangat berharga itu bernama Kepedulian

Kamis, 27 Desember 2007
Entah akan seperti apa nasib para korban banjir di kotaku jika diantara mereka tidak ada rasa peduli antar sesama. Mungkin akan banyak korban jiwa berjatuhan. Yang berada di atap rumah hanya bisa berharap-harap cemas air akan surut atau malah meninggi atau rumah yang ada dibawahnya akan roboh diterjang arus yang begitu deras.

Alhamdulillah, masih ada para tetangga yang rela berendam dari subuh sampai menjelang maghrib untuk mengevakuasi para korban yang terjebak di rumahnya. Dengan modal nekat mereka berenang, dengan alat seadanya, menghampiri satu persatu korban tanpa peduli dulunya saling berseteru atau bermusuhan. Tanpa ditanya anak siapa atau saudara siapa. Yang paling penting mereka bisa selamat.

Rumah-rumah yang temboknya menghalangi arus air, rela untuk dijebol. Ganti rugi? Wah sudah tak terpikirkan lagi, yang penting banjir segera surut dan penderitaan segera berlalu. Yang rumahnya tidak terkena banir, melebihkan menanak nasi dan membungkusnya untuk dibagikan kepada mereka yang tidak sempat menanak.

Kepedulian membawa kita pada persaudaraan, rasa welas asih dan saling berbagi. Beban korban bencana akan sedikit terkurangi karena ada sesamanya yang mempunyai rasa peduli.

Tetapi yang lebih penting adalah kepedulian agar banjir tidak terjadi lagi. Kepedulian ini menyentuh jauh kepada masyarakat di puncak gunung sana. Agar tidak menggunduli hutan sehingga air hujan yang jatuh bisa tertahan akar-akar pohon. Air hujan yang langsung masuk ke sungai akan berubah menjadi aliran yang deras dalam volume yang banyak. Banjir bandang pun tak terelakkan.

Kepedulian yang membuat setiap orang yang akan menebang pohon berfikir terlebih dahulu apakah perbuatannya akan menyengsarakan saudaranya yang jauh di sana. Kepedulian yang juga membuat orang yang akan membuang sampah di sungai bertanya, akankah sampah ini menyumbat aliran sungai?

Banjir kemarin juga akibat hujan lebat yang turun mulai jam satu siang sampai jam 3 pagi. Hampir seluruh wilayah Ponorogo mendapat bagian hujan lebat itu. Seumur hidupku, belum pernah mengalami hujan yang seperti itu. Banjir besar ini pun, seingat Bapak, baru pertama kali terjadi. Biasanya hanya semata kaki, paling besar sebatas lutut. Tapi kali ini sampai menenggelamkan rumah.

Sepertinya iklim sudah berubah, musim sulit ditebak. Hujan dan badai semakin sering terjadi. Kata para pakar, perubahan iklim terjadi karena pemanasan global yang terjadi karena ulah manusia. Industrialisasi dan penebangan hutan menjadi penyebab utamanya. Juga karena pembakaran bahan bakar fosil dari kenalpot kendaraan.

Nah, kepedulian tidak hanya dituntut dalam lingkup lokal, tetapi juga dalam lingkup global. Kepedulian menjadi harta yang sangat berharga bagi keselamatan kita semua yang hidup dalam bumi yang sama ini.

Kamis, 13 Desember 2007

I Not Stupid

Kamis, 13 Desember 2007
Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Education
Antara anak dan orang tua sering sekali terjadi pertentangan. Orang tua menginginkan anaknya kelak menjadi orang yang baik. Maka disusunlah nilai-nilai yang harus dipatuhi anak. Ditentukan siapa yang boleh menjadi teman dan siapa yang tidak. Anak harus pintar di sekolah, dengan sederet nilai akademis yang memuaskan.

Di sisi yang lain, anak mempunyai keinginan dan minat. Mempunyai teman dan sahabat sendiri yang terkadang tidak sesuai dengan kriteria orang tuanya. "Jaman sudah berubah, anak muda harus ikut perubahan," katanya. Sosok orang tua adalah sosok yang kuno, kolot dan kaku. Sulit sekali menerima perubahan jaman.

I Not Stupid, sebuah film lama, drama komedi produksi Singapura, memberi gambaran pertentangan itu. Tiga orang sahabat, Kok Pin, Boon Hock dan Terry Khoo, mempunyai nasib yang mirip. Ketiganya mendapat tekanan dari keluarganya masing-masing untuk mendapat prestasi akademis yang tinggi. Padahal sangat berat bagi mereka untuk mencapainya. Selain karena kemampuan mereka yang pas-pasan, lingkungan dimana mereka tinggal tidak mendukung untuk mencapai prestasi itu.

Kok Pin, payah sekali kemampuan berhitungnya. Usaha sekeras apapun, nilai matematikanya tidak bisa melewati angka 5. Sampai ibunya putus asa dan menggunakan kekerasan saat mendampinginya belajar matematika. Lengannya dipukul dengan rotan jika ia sulit mengerti apa yang diajarkan ibunya. Ia pun harus menyiapkan lengannya kembali jika pulang dengan membawa hasil test yang jelek.

Sebenarnya ia pandai sekali menggambar dan punya bakat dibidang itu. Tetapi ibunya tidak mau menerima, menggambar tidak bisa diandalkan untuk menghadapi masa depan kata ibunya.

Boon Hock lahir dalam keluarga yang kurang mampu. Setiap hari ia harus membantu melayani para tamu di restoran milik keluarganya. Ditambah lagi kewajiban mengurus adiknya yang masih balita. Sangat sedikit sekali waktunya untuk belajar.

Sebaliknya, Terry Khoo adalah anak seorang pengusaha sukses. Orangtuanya super sibuk. Waktu dan pikiran orang tuanya lebih banyak digunakan untuk mengurusi bisnis. Urusan anak menjadi tanggung jawab ibunya yang sayangnya juga sibuk berbisnis. Anak hanya dibekali aturan-aturan yang harus dipatuhi. Semua kegiatan anak harus sepengetahuan orang tua dan segala urusan anak harus diputuskan orang tua. Karena itu Terry menjadi anak yang lemah, kurang percaya diri dan tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri.

Kemudian muncullah Cheryl Chan sebagai wali kelas EM3 yang baru. EM3 adalah level terendah dalam sistem pendidikan di Singapura. EM3 berisi anak-anak yang mempunyai nilai akademis yang rendah, termasuk nilai matematika dan bahasa Inggris.

Dalam pertemuan pertama dengan anak-anak kelas EM3, Chery Chan mengatakan, "dulu saya juga mempunyai nilai matematika yang rendah seperti kalian. Kemudian saya berusaha mengenal matematika lebih dekat dan mendalam. Lama kelamaan menjadi suka dan akhirnya nilai matematika saya menjadi bagus."

Ia melanjutkan, "sebenarnya ketika saya mendapat nilai matematika yang bagus, bukan matematika yang saya taklukkan, tetapi diri saya sendirilah sebenarnya yang saya taklukkan."

Kata-kata Cheryl itu membuat motivasi Boon Hock dan Terry berkobar. Keduanya berusaha mengenal matematika. Mereka belajar bukan hanya karena ingin mendapat nilai bagus, tapi juga ingin mengenal matematika lebih dekat dan mendalam sekaligus inging menaklukkan diri mereka sendiri.

Sementara, Kok Pin tetap saja mendapat nilai yang rendah. Ia merasa bersalah tidak bisa membuat ibunya senang. Lebih sedih lagi, usia ibunya diperkirakan tinggal 3 bulan lagi. Leukimia yang diderita ibunya semakin parah.

Kok Pin memberanikan diri menemui ibunya yang saat itu sedang terbaring lemah di rumah sakit. Dengan hujan air mata ia memohon maaf belum bisa menyenangkan ibunya. Rupanya ibunya sadar dan menerima keadaan anaknya, "melihat kamu berusaha keras, ibu sudah senang".

Keadaan tambah haru ketika Cheryl datang membawa kabar baik. Kok Pin mendapat juara kedua lomba menggambar untuk anak sekolah di Amerika Serikat. Rupanya secara diam-diam Cheryl mengirimkan karya Kok Pin untuk ikut lomba itu.

Diakhir cerita, ketiga sahabat tadi menyadari, meskipun tidak semua perkataan orang tua dapat mereka terima tetapi mereka yakin semua itu karena orang tua ingin mereka menjadi baik.

Film ini sangat tepat menjadi tontonan keluarga. Gaya komedinya sangat menghibur. Keharuan yang ditampilkan bisa membuat yang bersitegang merenung, menyadari kekeliruan dan memahami sikap dan posisi masing-masing.

Kamis, 06 Desember 2007

Punya Satu Anak Saja Ya...

Kamis, 06 Desember 2007
Penduduk dunia terus berlipat ganda, diperkirakan saat ini jumlahnya sudah mencapai 6,5 miliar.
"Yah, kita punya anak satu saja ya," kata istri saya saat telepon setengah berharap saya menyetujuinya.

Cerita-punya cerita, ternyata ia baru saja mendapat kabar yang kurang menyenangkan dari temannya. Temannya melahirkan secara normal, tapi ada masalah dengan jahitan bekas operasi cesar saat melahirkan anaknya yang pertama. Jahitan bagian dalamnya membuka kembali. Ngeri memang. Makanya istri saya agak trauma untuk melahirkan kembali. Dulu, saat melahirkan anak kami, ia juga di cesar.

Tapi kemudia ia bilang, "tidak hanya itu saja yah, kita harus berfikir. Dunia ini sudah banyak penghuninya. Semakin sumpek. Sementara sumber daya alam yang ada semakin terbatas. Kita jangan hanya memikirkan diri sendiri dan anak-anak kita. Jangan hanya karena pertimbangan kita masih mampu membiayai dan mengurus keperluan anak, maka kita akan menambah anak. Pertimbangkan, masih banyak anak-anak yang terlantar yang perlu bantuan. Daripada menambah anak, mengapa kita tidak ambil mereka satu untuk kita urus."

Saya hanya diam dan melongo saja. Keputusan menambah anak memang harus kita sepakati bersama. Ya iya lah, bagaimana bisa menambah anak kalau sendirian. Bukan begitu maksudnya. Mempunyai anak itu keduanya harus sama-sama iklhas. Jangan sampai ada keterpaksaan pada salah satu pihak. Entah itu suami maupun istri.

Setelah menikah, kami pernah berunding mengenai berapa jumlah anak yang kita rencanakan. Saya bilang 11 orang, laki-laki semua, biar bisa bikin kesebelasan. Istri saya langsung melengos. "Ya sana, ayah sendiri saja yang melahirkan," katanya.

Waduh, gara-gara mendapat cerita temannya yang melahirkan itu, ia jadi jauh sekali mikirnya. Sampai harus membayangkan penduduk dunia. Memang ada apa dengan penduduk dunia. Memang sudah berapa besar sih penduduk dunia? Dasar pikiran orang statistik, mikirnya angka melulu.

Mulailah mencari data-data mengenai perkembangan penduduk dunia. Wow, ternyata penduduk dunia sekarang sudah mencapai 6,5 miliar orang. Empat kali lipat dari jumlah penduduk pada 1900. Biro Sensus yang ada di Amerika sana juga mengatakan bahwa setiap detik secara rata-rata ada 4,4 bayi yang lahir. Sementara yang meninggal semakin sedikit karena semakin meningkatnya kualitas hidup. Di berbagai negara, selisih angka kelahiran dan kematian sangat tinggi. Nah, bisa dibayangkan bagaimana cepatnya pertumbuhan penduduk dunia.

Salah seorang ahli kependudukan, Mary Kent mengatakan, "yang perlu mendapatkan perhatian adalah standar hidup, kesehatan, dan prospek ekonomi." Memang, dengan pertumbuhan penduduk yang cepat tersebut, faktor ekonomi harus dipikirkan dengan serius.

Contoh yang paling gampang adalah masalah pangan. Jika pertumbuhan penduduk dunia masih dalam laju yang sama, diperkirakan kebutuhan beras secara global pada 2025 akan mencapai 800 juta ton pertahun. Sementara kemampuan produksinya masih sekitar 600 juta ton. Terjadi besar pasak daripada tiang. Kebutuhan yang lebih besar dibanding kemampuan produksi akan berakibat pada harga bahan pangan yang akan terus melambung. Data yang paling spektakuler tentang melambungnya harga bahan pangan adalah harga gandum, pada awal 2007 yang lalu harganya US$ 180 perton, sekarang menjadi US$ 350 perton. Hampir dua kalinya.

Masalah yang serius lagi adalah kelangkaan air. Lho, katanya permukaan air laut semakin meninggi, berarti kan air semakin bertambah, kok bisa air menjadi langka. Air yang dimaksud disini adalah air bersih yang siap untuk dikonsumsi atau untuk memasak.

Menurut data dari United Nation Development Programme (UNDP) saat ini 700 juta penduduk di 43 negara hidup dibawah ambang batas kebutuhan air minum yaitu 1.700 meter kubik perorang pertahun. Jika kelangkaan air ini tidak segera diatasi, dalam 20 tahun mendatang, 3 miliar penduduk dunia akan hidup di bawah ambang batas tersebut.

Wah jadi bingung nih. Impian mempunyai kesebelasan sendiri spertinya akan sulit terwujud. Cita-cita menjadi pelatih sepak bola seperti Jose Mourinho atau Arsene Wenger jadi buyar. Tapi kalau dipikir, mempunyai satu anak adalah keputusan yang bijak. Di Cina pun sudah diterapkan aturan satu anak untuk satu keluarga. Bagaimana ya?

Belum tuntas mikir program satu anak, ada berita di BBC tentang kejahatan remaja di Cina yang salah satunya disebabkan banyak keluarga yang mempunyai satu anak, "Dengan kebanyakan keluarga hanya memiliki satu anak, maka anak-anak ini mendapatkan tekanan yang lebih besar sekarang dibandingkan di masa lalu," begitu berita yang dikutib BBC dari China Daily."

Memang tidak jelas sih apa hubungannya, dan bagaimana bisa banyak keluarga satu anak menyebabkan anak mendapat tekanan yang lebih besar?

Ingatan saya tertuju pada perkataan Dahlan Iskan beberapa tahun yang lalu. Kira-kira akhir 2005 saya mendamping bos bertemu Dahlan. Saya ingat ia mengatakan, "baru saja saya berpapasan dengan anak buah saya yang sedang mengajak anaknya ke kantor, kemudian saya tanya berapa anaknya, setelah saya tahu ia baru mempunyai anak satu, saya langsung menganjurkan untuk menambah satu lagi."

Ia menjelaskan, dalam satu keluarga itu minimal harus mempunyai dua anak. Karena beban anak setelah dewasa nanti tidak terlalu berat menanggung keluarganya sendiri dan keluarga orang tuanya. Setelah tua nanti, orang tua juga perlu diurus. Kalau ada dua saudara kan bisa berbagi tanggung jawab. "Bayangkan lagi kalau anak tunggal nikah sama anak tunggal, ada empat orang yang menjadi tanggunjawabnya," imbuhnya lagi.

Wah tambah bingung nih. Bagaimana menurut teman-teman?


--------------------------------------
Gambar : Azif waktu main ninja-ninjaan, tapi gerah, penutup mulutnya dibuka, jadi seperti kerudung.

Sumber data  dan berita :
  1. Penduduk Dunia Capai 6,5 Miliar (Kompas, Senin, 27 Februari 2006)
  2. Ketahanan Pangan dan Kemajuan Bangsa (Media Indonesia, 30 Oktober 2007)
  3. Hari Air Sedunia (UNDP-Indonesia)
  4. Kejahatan remaja di Cina (BBC-Indonesia, 05 Desember 2007)

Rabu, 05 Desember 2007

Hutan dan Kisah Anak dengan Coklat di Tangan

Rabu, 05 Desember 2007
Suhu udara semakin panas. Sejak akhir abat-19 suhu permukaan bumi meningkat 1 derajat Fahrenheit. Suhu terpanas terjadi pada 15 tahun terakhir ini. Terjadilah pemanasan global sehingga es dan gletsyer di kutub mencair. Akibatnya permukaan air laut meningkat 4 sampai 10 inci sepanjang abad terahir.
 
Musim semakin tidak menentu. Hujan dan kemarau sudah tidak dapat diperkirakan lagi kapan datangnya. Curah hujan pun mengalami penurunan yang berakibat pada berkurangnya sumber air bersih bagi kehidupan manusia di Bumi. Kekeringan dimana-mana. Hidup dan kehidupan manusia di Bumi terancam.
 
Yang menjadi penyebab Bumi mengalami demam tinggi adalah karena kandungan karbon dioksida (CO2) dalam admosfir melebihi batas alaminya. CO2 terlalu banyak yang terlepas ke udara karena aktifitas pembakaran bahan bakar fosil tanpa ada yang menahannya.
 
Hutan, sebagai media penahan CO2 semakin menipis keberadaannya. Aktifitas ekonomi manusia memaksa melakukan penggundulan hutan untuk bahan baku industri atau pembukaan lahan pertanian dan perkebunan. Kini tinggal 8 persen saja hutan utuh yang tersisa di seluruh dunia.
 
Dunia berteriak-teriak agar sisa hutan itu dipertahankan, dijaga untuk kelestarian hidup seluruh manusia di Bumi. Pembukaan hutan dengan alasan apapun dikecam sebagai tindakan yang tidak perduli lingkungan. Tapi anehnya, yang menikmati hasil hutan itu juga negara-negara yang berteriak-teriak itu. Seperti hasil hutan Indonesia, 11 persennya dikirim ke Amerika dan 9 persennya ke Eropa.
 
Negara-negara yang masih punya sisa hutan diperlakukan layaknya seorang adik dalam kisah "Anak dengan Coklat di Tangah" yang ditulis Lie Charlie tahun 2004 yang lalu.
 
Ceritanya, ada dua orang kakak beradik. Mula-mula mereka mempunyai masing-masing sepotong coklat di tangan. Sang kakak tanpa berpikir panjang langsung melahap habis coklatnya. Si adik melongo melihat kelakuan kakaknya. Ia masih kecil dan belum punya nafsu macam-macam.
 
Setelah beberapa waktu, si adik bertambah besar. Keinginan untuk menikmati coklat mulai muncul. Coklat yang ada di tangannya kemudian didekatkan ke mulut untuk dicicipi. Sekonyong-konyong sang kakak marah besar dan menghardik adiknya, "Bodoh, jangan kau makan coklat itu.
 
Si adik tidak memahami kemarahan kakaknya, "memangnya kenapa kak?" tanyanya.
 
"Sebab kalau kau makan juga cokelat itu, kita tidak punya cokelat lagi!" jawab kakaknya enteng dan seenaknya dengan lagak berfilsafat.
 
Siapa sang kakak, saya kira kita sudah tau semua. Ya yang menghabiskan dan menikmati hutannya terlebih dahulu untuk keperluan mereka menjadi negara besar dan maju. Yang dengan pongahnya juga berlagak sebagai pahlawan dunia dengan melarang penebangan hutan yang tersisa. Kebetulan juga, sisa hutan itu berada di negara-negara yang sedang berkembang yang ingin menikmati hasil hutan untuk menjadi negara maju seperti yang dicapai sang kakak.
 
Bisa saja, si adik bilang kalau ini adalah haknya, bagiannya. Terserah, mau saya makan atau saya simpan bukan urusanmu. Tapi sepertinya si adik bukanlah orang yang serakah dan tidak peduli. Diajaklah semua berunding bagaimana menghadapi krisis bersama ini.
 
Lahirlah Protokol Kyoto. Kesepakatan itu menghasilkan komitmen untuk melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembukaan hutan jangan asal tebang, harus dipikir kelestariaannya. Juga untuk sang kakak, jangan terlalu boros menggunakan energi yang berpotensi banyak membuang CO2 ke atmosfir Bumi.
 
Tapi dasar kakak yang keras kepala. Perundingan itu dia langkahi sendiri, tidak mau berkomitmen bersama. Alih-alih mengurangi pembuangan CO2, dia malah menjadi penyumbang terbesar CO2 ke atmosfir Bumi. Dan lagi-lagi berfilsafat "mengurangi pembuangan CO2 sangatlah penting karena menyangkut kehidupan manusia di seluruh dunia, tapi jangan sampai usaha itu menghalangi negara untuk memakmurkan rakyatnya."
 
"Okelah, kemakmuran rakyat adalah tujuan setiap negara seperti saya," kata sang adik. "Untuk itu kalian harus perduli juga,  saya juga ingin memakmurkan rakyat saya, untuk itu beri kami insentif untuk setiap usaha kami melestarikan hutan kami yang hasilnya juga kalian nikmati. Insentif itu akan saya gunkanan untuk memakmurkan rakya saya"
 
Perundingan dimulai lagi, si adik menawarkan usulah-usulan yang menurutnya berdasar pada keadilan bersama. "Sudah saatnya keadilah ekologi ditegakkan bersama-sama, untuk kemakmuran bersama dan untuk kelestarian hidup dan kehidupan di Bumi yang kita huni bersama ini," terang si adik.
 
Apakah sang kakak akan menerima usulan si adik dengan konsep keadilan ekologi dan bersedia mengikat perjanjian? Atau tetap pada kepongahan dan kesombongannya, seperti saat menolak Protokol Kyoto dengan perkataan yang menghina, "biaya relokasi penduduk kepulauan yang tenggelam lebih kecil dibanding pengurangan emisi." Perundingan masih berlangsung, kita tunggu saja apa hasilnya.

Selasa, 04 Desember 2007

Tanya Jawab, Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Selasa, 04 Desember 2007
Saya tertarik dengan isu pemanasan global dan perubahan iklim yang saat ini sedang hangat dibicarakan media-media. Tidak saja karena ada sidang PBB tentang perubahan iklim (UNFCCC) di bali tanggal 3 sampai 14 Desember ini. Juga karena sangat terasa sekali perubahan iklim yang terjadi beberapa tahun terakhir ini seperti tidak menentunya musim hujan dan kemarau, suhu udara terasa panas dan terjadinya banjir dan kebakaran hutan yang parah.

Kemudian, saya berjalan-jalan di dunia maya untuk mengunduh informasi tentang perubahan iklim ini. Mendaratlah saya ke situs WWF-Indonesia. Saya menemukan tanya jawab soal pemanasan global dan perubahan iklim. Sangat informatif dan banyak menambah pengetahuan.

Berikut isi tanya jawab itu, mudah-mudahan berguna bagi teman-teman semua.

Apakah yang dimaksud dengan Efek Rumah Kaca (ERK) dan penyebabnya?

Efek Rumah Kaca dapat divisualisasikan sebagai sebuahproses. Pada kenyataannya, di lapisan atmosfer terdapatselimut gas. Rumah kaca adalah analogi atas bumi yang dikelilingi gelas kaca. Nah, panas matahari masuk ke bumi dengan menembus gelas kaca tersebut berupa radiasi gelombang pendek. Sebagian diserap oleh bumi dan sisanya dipantulkan kembali ke angkasa sebagai radiasi gelombang panjang.

Namun, panas yang seharusnya dapat dipantulkan kembali ke angkasa menyentuh permukaan gelas kaca dan terperangkap di dalam bumi. Layaknya proses dalam rumah kaca di pertanian dan perkebunan, gelas kaca memang berfungsi menahan panas untuk menghangatkan rumah kaca. Masalah timbul ketika aktivitas manusia menyebabkan peningkatan konsentrasi selimut gas di atmosfer (Gas Rumah Kaca) sehingga melebihi konsentrasi yang seharusnya. Maka, panas matahari yang tidak dapat dipantulkan ke angkasa akan meningkat pula. Semua proses itu lah yang disebut Efek Rumah Kaca. Pemanasan global dan perubahan iklim merupakan dampak dari Efek Rumah Kaca.

Apakah Efek Rumah Kaca merupakan proses alami?

Ya! Efek Rumah Kaca terjadi alami karena memungkinkan kelangsungan hidup semua makhluk di bumi. Tanpa adanya Gas Rumah Kaca, seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), atau dinitro oksida (N2O), suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin. Sejak awal jaman industrialisasi, awal akhir abad ke-17, konsentrasi Gas Rumah Kaca meningkat drastis. Diperkirakan tahun 1880 temperatur rata-rata bumi meningkat 0.5 – 0.6 derajat Celcius akibat emisi Gas Rumah Kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia.

Apa buktinya bahwa Efek Rumah Kaca itu benar-benar terjadi ?

Melalui beberapa bukti berikut:
  • Pertama, berdasarkan ilmu fisika, beberapa gas mempunyai kemampuan untuk menahan panas.Tak ada yang patut diragukan dari pernyataan ini.
  • Kedua, pengukuran yang dilakukan sejak tahun 1950-an menunjukkan tingkat konsentrasi Gas Rumah Kaca meningkat secara tetap, dan peningkatan ini berhubungan dengan emisi Gas Rumah Kaca yang dihasilkan industri dan berbagai aktivitas manusia lainnya.
  • Ketiga, penelitian menunjukkan udara yang terperangkap di dalam gunung es telah berusia 250 ribu tahun. Artinya:
    • Konsentrasi Gas Rumah Kaca di udara berbeda-beda di masa lalu dan masa kini. Perbedaan ini menunjukkan adanya perubahan temperatur
    • Konsentrasi Gas Rumah Kaca terbukti meningkat sejak masa praindustri.
Apa sajakah yang termasuk dalam kelompok Gas Rumah Kaca?

Yang termasuk dalam kelompok Gas Rumah Kaca adalah karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitro oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), sampai sulfur heksafluorida (SF6). Jenis GRK yang memberikan sumbangan paling besar bagi emisi gas rumah kaca adalah karbondioksida, metana, dan dinitro oksida. Sebagian besar dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) di sektor energi dan transport, penggundulan hutan, dan pertanian. Sementara, untuk gas rumah kaca lainnya (HFC, PFC, SF6) hanya menyumbang kurang dari 1%.

Darimanakah emisi karbondioksida dihasilkan ?

Sumber-sumber emisi karbondioksida secara global dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bum dan batu bara):
  • 36% dari industri energi (pembangkit listrik/kilang minyak, dll)
  • 27% dari sektor transportasi
  • 21% dari sektor industri
  • 15% dari sektor rumah tangga & jasa
  • 1% dari sektor lain-lain.
Apakah penghasil utama emisi karbondioksida?

Sumber utama penghasil emisi karbondioksida secara global ada 2 macam.
Pertama, pembangkit listrik bertenaga batubara.
Pembangkit listrik ini membuang energi 2 kali lipat dari energi yang dihasilkan. Semisal, energi yang digunakan 100 unit, sementara energi yang dihasilkan 35 unit. Maka, energi yang terbuang adalah 65 unit! Setiap 1000 megawatt yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batubara akan mengemisikan 5,6 juta ton karbondioksida per tahun!
Kedua, pembakaran kendaraan bermotor.
Kendaraan yang mengonsumsi bahan bakar sebanyak 7,8 liter per 100 km dan menempuh jarak 16 ribu km, maka setiap tahunnya akan mengemisikan 3 ton karbondioksida ke udara! Bayangkan jika jumlah kendaraan bermotor di Jakarta lebih dari 4 juta kendaraan! Berapa ton karbondioksida yang masuk ke atmosfer per tahun?

Lengkapnya unduh filenya di sini, kalau gagal lewat WWF Publication dulu cari di Factsheet-nya. Masih tidak bisa? Heheheh....Saya minta alamat email teman-teman, nanti saya kirim lewat japri.

Senin, 03 Desember 2007

Pemimpin Sejati

Senin, 03 Desember 2007
Gambar ini saya ambil dari jurnal Perang Baliho di Kendari dari blognya Mas Arham. Ya ini gambar baliho kampanye seorang Calon Gubernur di Sultra.

Menarik sekali tulisan dalam baliho itu, "PEMIMPIN SEJATI ADALAH PELAYAN RAKYAT". Gambarnyapun menarik, seolah-olah mengatakan kalau ingin menjadi gubernur harusnya mau menjadi pelayan rakyat. Arti pelayan pun dianalogikan sebagai tukang sapu dengan pakaian yang sederhana.

Kalau kesadaran ini memang benar dipunyai oleh calon gubernur itu saya salut padanya dan saya akan memilih dia seandainya saya punya hak pilih disana.

Pemerintahan diadakan karena ada kebutuhan dan keperluan rakyat yang harus diurus dan dicukupi. Kalau rakyat bisa mengurus kebutuhan dan keperluannya sendiri tidak ada gunanya pemerintahan didirikan. Rakyat mengumpulkan uang dengan membayar pajak untuk menggaji pejabat dalam pemerintahan. Sama artinya dengan seorang majikan yang menggaji para pembantunya. Nah kalau pemimpin pemerintahan sadar akan hal itu dia memang seorang pemimpin sejati.

Tapi benarkah baliho itu berangkat dari kesadaran seorang calon pemimpin? Nanti dulu. Masa kampanye adalah masa tebar pesona. Janji-janji indah ditebar dimana-mana. Seolah-olah semua masalah akan selesai tuntas kalau rakyat memilihnya.

Indonesia tercinta ini akan bebas dari masalah jika para pemimpin itu memenuhi janjinya saat kampanye. Jakarta bebas banjir dan macet. Pendidikan gratis. Kesehatan bagi semua rakyat terjamin. Kesempatan kerja akan terbuka luas. Pengangguran dan kemiskinan akan tuntas tas tanpa sisa.

Tapi kita bisa lihat dan rasakan bersama, bagaimana janji-janji kampanye itu terlupakan begitu saja. Rakyat juga sudah pesimis, siapa saja yang akan terpilih tetap saja mereka hidup dalam kesusahan.

Kalau memang benar pemimpin sejati itu adalah pelayan, lebih pengalaman mana calon gubernur itu dengan para TKI yang sudah bertahun-tahun menjadi pelayan bagi majikannya?

Kamis, 29 November 2007

Kondom Yes, Prostitusi dan Seks Bebas No

Kamis, 29 November 2007
Besok, 1 Desember diperingati hari AIDS sedunia. Masyarakat dunia perlu memperingatinya karena saat ini AIDS menjadi salah satu momok bagi masyarakat. AIDS, meski sudah dicap sebagai penyakit kotor, penyebarannya sudah sangat serius.
 
Masyarakat yang tidak berdosa bahkan janin yang masih dalam kandungan pun ikut menderita seumur hidup terinveksi AIDS yang saat ini belum ditemukan obatnya.

Jika melihat kasus penderita AIDS di Indonesia sungguh sangat memprihatinkan. Menteri Kesehatan melaporkan 8% kasus AIDS di Indonesia menimpa penderita usia produktif yaitu usia antara 15 sampai 49 tahun. Jumlah kasus AIDS sendiri sudah mencapai 9.689 kasus. (Kompas Cyber Media, 14 November 2007).
 
Sebagai bagian dari peringatan itu, di Indonesia diadakan Pekan Kondom Nasional, tanggal 1 sampai 8 Desember mendatang. Ada kampanye penggunaan kondom disertai dengan pembagian kondom gratis, stiker dan penyampaian materi edukasi di tempat-tempat umum.
 
Kampanye ini dimaksudkan untuk mencegah penularan AIDS di masyarakat. AIDS memang tidak hanya menular melalui hubungan seksual, terbesar disebabkan penggunaan jarum suntik yang tidak steril dari aktifitas penggunaan narkoba. Tetapi kasus penularan AIDS melalui hubungan seksual menunjukkan peningkatan.
 
Timbul perdebatan dalam pelaksanaan kampanye penggunaan kondom ini. Ada aspek moral yang melingkupinya. Bagi masyarakat yang tidak mendukung, kampanye penggunaan kondom dinilai dapat mendorong bertumbuhnya prostitusi dan seks bebas. Pria hidung belang yang suka jajan dan pekerja seks komersial akan merasa lebih aman. Juga bagi mereka yang menjadi budak nafsu akan lebih leluasa menyalurkan hasratnya.
 
Yang mendukung, melihat kenyataan yang ada bahwa penyebaran AIDS di Indonesia sudah pada tingkat yang serius. Untuk itu penyebarannya harus segera dicegah agar tidak semakin banyak korban.
 
Kedua kubu saling bertentangan dengan argumennnya masing-masing.
 
Sebenarnya, keduanya tidak harus bersitegang. Saya melihat ada satu kunci yang bisa menjadi tujuan bersama, yaitu "melindungi masyarakat". Yang pro dan kontra sama-sama menginginkan masyarakat Indonesia menjadi baik, bermoral dan terhindar dari penyakit yang mematikan itu.
 
Kalau berangkat dari tujuan itu, saya kira mereka bisa duduk bersama, menyatukan langkah dan berpikir bersama bagaimana mencapai tujuan itu berdasar pada keahlian dan ketrampilan msing-masing.

Semua harus berangkat pada kenyataan yang ada, tidak berdasarkan ego kelompok atau berpijak hanya pada kepentingan satu pihak saja. Yang lebih diutamakan adalah kepentingan masyarakat dan melindungi generasi muda.

Bisakah hal ini dilakukan, atau hanya impian yang mustahil diwujudkan?

Selasa, 27 November 2007

Mimpi

Selasa, 27 November 2007
Nabi Yusuf semasa kanak-kanak bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan. Bintang, matahari dan bulan itu bersujud padanya. Kemudian ia menceritakan mimpinya kepada ayahnya. Mendengar cerita anaknya, sang ayah melarang Yusuf bercerita kepada saudara-saudaranya karena mereka akan memperdayakan dengan segala tipu daya.
 
Selanjutnya, ayah Yusuf mengatakan "Demikianlah Tuhanmu telah memilihmu dan mangajarkan takwil mimpi kepadamu."
 
Kemampuan mengartikan sebuah mimpi membawa Yusuf pada seorang raja di Mesir dan karena itu ia mendapat tempat terhormat di negeri itu.
 
Suatu saat sang raja bermimpi, tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan tujuh ekor sapi betina yang kurus, dan tujuh tangkai yang hijau, dan tujuh tangkai lain yang kering. Sang raja ingin mengetahui apa sebenarnya maksud dari mimpi itu. Tidak ada seorang pun yang mengetahui arti mimpi raja itu.
 
Kemudian salah seorang pegawai kerajaan ingat akan Yusuf yang punya kemampuan mengartikan mimpi. Diutuslah ia menemui Yusuf untuk memintanya mengartikan mimpi raja.
 
Yusuf berkata, "Kamu bercocok tanamlah tujuh tahun seperti biasa, maka apa yang kamu tunai hendaklah kamu biarkan pada tangkainya, kecuali sedikit daripadanya untuk kamu makan. Kemudia setelah itu, akan datang tujuh tahun yang amat sulit menghabiskan apa yang kamu sediakan kecuali sedikit yang kamu simpan. Kemudian sesudah itu akan datang tahun yang padanya manusia akan diberi hujan dan masa itu mereka memeras buah-buahan."
 
Begitulah kisah Nabi Yusuf tentang mimpi masa kanak-kanaknya dan kemampuannya mengartikan mimpi sang raja yang diceritakan dalam Surat Yusuf.
 
Dalam masyarakat Jawa, mimpi-mimpi khusus mempunyai arti. Mimpi itu memberikan informasi apa yang akan terjadi di kemudian hari. Ada kitab yang dimiliki masyarakat Jawa yang berisi mimpi-mimpi khusus dan apa arti dari mimpi itu.
 
Seorang bujangan misalnya, ketika bermimpi digigit ular berarti dalam waktu dekat ia akan menemukan jodohnya dan akan segera menikah. Jika  ada orang yang bermimpi sedang dikagumi karena pekerjaan atau pakainnya berarti akan disayangi banyak teman terutama pasangannya. Masih banyak lagi mimpi-mimpi yang dicatat dalam kitab orang Jawa tersebut.
 
Saya sempat memikirkan bagaimana kitab itu disusun. Apakah dari hasil semedi seorang tokoh yang akhirnya mendapat wangsit seperti suara-suara gaib yang mengatakan satu persatu arti mimpi itu dan menuliskannya seperti ketika Nabi Muhammad mendapat wahyu melalui malaikat Jibril? Bisa jadi demikian.

Tetapi saya mengira kitab itu disusun berdasarkan cerita-cerita mimpi yang dikumpulkan dari banyak orang dalam waktu yang panjang. Kemudian mimpi itu dihubungkan dengan kejadian yang dialami oleh orang itu setelahnya. Nah dari banyak pengalaman itu orang Jawa bisa menduga kejadian setelah mimpi dialami seseorang. Seperti kalau kita melihat awan yang tebal kehitaman. kita pun bisa menduga, sebentar lagi akan turun hujan.
 
Minggu lalu, Kakek, bapak dari bapak saya meninggal. Setelahnya Bapak baru bercerita bahwa ia bermimpi giginya tanggal. Kitab mimpi orang jawa mengatakan kalau bermimpi gigi tanggal berarti ada salah satu keluarga dekat yang akan meninggal.
 
Dua hari kemudian, Pakde, kakak ipar ibu saya meninggal. Setelahnya itu juga, Bapak baru mengatakan kalau dalam mimpinya kemarin, gigi yang tanggal dua buah.
 
Mungkin memang benar, ada mimpi yang tidak hanya bunga tidur saja, melainkan mengandung informasi bagi orang yang mengetahuinya.
 
Ah, saya tidak suka mengetahui informasi itu. Biarlah apa yang terjadi di masa datang saya ketahui saat kejadian itu terjadi, bukan sebelumnya. Biarlah mimpi saya menjadi bunga tidur saja. Syukur kalau bunga itu indah, menyebar bau yang harum semerbak dan tumbuh diantara bunga-bunga indah lain di taman bunga. Kalaupun bunganya tidak indah, semoga cepat layu, mengering dan hilang diterpa angin.


--------------------
Gambar pinjam dari sini

Senin, 26 November 2007

Masa Muda

Senin, 26 November 2007
Terkadang, mendengar pengamen bus kota beraksi mendendangkan sebuah lagu sangat mengasyikkan. Meski suaranya parau karena sudah seharian berteriak-teriak menyaingi kerasnya deru mesin, tapi jika pembawaannya pas enak juga didengar.

Seperti Jum'at lalu, dua orang anak muda, satu membawa gitar, satunya lagi menenteng ketipung buatan dari bekas ban dalam yang ditutupkan ke satu sisi paralon. Setelah berbasa-basi sejenak mereka mendendangkan lagu yang sedang ngetop saat saya duduk di sekolah dasar.
Darah muda darahnya para remaja
Yang selalu merasa gagah
Tak pernah mau mengalah
Pikiran melayang, teringat pada dua kelompok anak muda yang selalu membikin keributan karena saling berseteru. Dua-duanya mempunyai keahlian bela diri. Ya, keduanya terhimpun dalam perguruan pencak silat. Merasa yang paling gagah dan terhebat, kudanya saling berantem. Tapi anehnya kok mainnya keroyokan, tidak pernah satu lawan satu.

Anehnya lagi, sebenarnya mereka itu saudara, guru nenek moyangnya satu. Nah pada saat ziarah ke makam guru nenek moyang mereka, selalu muncul keributan. Ada aja sebabnya. Mula-mula saling ejek selanjutnya tawuran masal.
Masa muda masa yang berapi-api
Yang maunya menang sendiri
Walau salah tak peduli
Masa muda memang penuh energi. Gerakannya lincah. Dan semangatnya berkobar-kobar. Karena melimpah, energi tersebut perlu penyaluran. Idealnya, penyaluran itu ke arah yang positif dan berdampak positif bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Rupanya masa muda ideal sudah menjadi mimpi yang semakin sulit untuk terwujud. Banyak penyaluran yang justru membahayakan dirinya dan orang lain. Lihatlah geng motor yang ada di Bandung, buku putihnya mendoktrin anggotanya untuk berani melawan polisi, bahkan harus berani melawan orang tuanya jika suatu saat orang tuanya menghalangi kegiatannya.

Lihat juga geng sekolah di Jakarta, lagaknya seperti preman, main palak dan main rampas. Petuah sang guru sudah tidak mempan lagi mengarahkan limpahan energi dalam track yang "benar". Daya lingkungan luar lebih menarik ketimbang suasana sekolah yang katanya paling indah itu.

Saya sepakat, jika ada orang yang bilang masa muda itu masa untuk mencoba-coba, masa belajar apa saja. Salah tidak apa-apa, kan masih belajar. Tidak masalah berkubang di lumpur yang kotor kalau dengan itu justru akan mengetahui mana yang bersih. Tapi perlu waspada juga, jangan sampai kelakuan di masa muda merusak masa depannya.
Wahai kawan para remaja
Waspadalah dalam melangkah
Agar tidak menyesal akhirnya

Rabu, 21 November 2007

Dinas Pendidikan : Pendidikan Itu Lautan

Rabu, 21 November 2007
Minggu ini saya berkesempatan mengikuti diskusi mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) di jajaran Pemerintah Kota Surabaya. Diskusi diikuti oleh perwakilan dari Dinas Pengkajian, BAPEKO, Disperindag, Dinas Koperasi, Dinas Pertamanan dan Dinas Pendidikan.

Diskusi ini diadakan untuk menindak lanjuti dikeluarkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas yang salah satu pasalnya mengatur tentang pelaksanaan Tanggung Jawa Sosial dan Lingkungan yang wajib dilaksanakan oleh perseroan yang menjalankan usaha di bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam.

Meski banyak mendapatkan protes dari kalangan pengusaha dan bahkan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) sendiri masih akan mengajukan gugatan uji materi terhadap undang-undang tersebut, tapi tidak ada salahnya bagi pemerintah kota mempersiapkan seandainya banyak pengusaha yang akan melaksanakan CSR itu.

Yang menarik saat giliran perwakilan dari Dinas Pendidikan diberi kesempatan berbicara, beliau mengungkapkan bahwa pendidikan itu seperti lautan, diberi bantuan berapapun pasti bisa dialokasikan. Maksudnya, permasalahan di dunia pendidikan banyak sekali, mulai dari banyak bangunan sekolah yang roboh sampai peningkatan mutu pendidikan yang masih di level bawah dibandingkan negara-negara maju.

Sementara alokasi dana dari APBD maupun APBN untuk pendidikan masih jauh dari cukup. Amanah UUD yang mengatur 20% anggaran pemerintah untuk pendidikan masih jauh dari kenyataan. Karena itu, berapapun dana bantuan yang akan dialokasikan ke pendidikan pasti dapat disalurkan. Jangan kuatir, pos-posnya masih banyak.

Sontak kami yang hadir semua tersenyum tapi juga getir. Bagaimana pendidikan yang banyak didengungkan menjadi solusi yang jitu mengatasi keterpurukan dan keterbelakangan bangsa ini belum menjadi prioritas dalam penyusunan anggaran negara. Dan berharap banyak kepada pihak swasta untuk bermurah hati rela menyisihkan sebagian keuntungannya untuk membantu pembenahan pendidikan.

Di tahun depan sepertinya pendidikan masih menjadi lautan. Dalam RAPBN 2008 alokasi untuk pendidikan sebesar 61,4 triliun atau 10,8%, masih jauh dari amanat UUD45. Alokasi tersebut lebih kecil dibandingkan anggaran untuk membayar bunga utang yang sebesar 91,54 triliun atau 16,2%.

Dunia pendidikan pun tidak hanya tersenyum tapi akan tertawa terbahak-bahak sambil tangan kanannya memegang dadanya yang terasa sesak. Sementara tangan kirinya menengadah meminta belas kasihan dari program CSR.

--------------------------------------
Illustrasi dari UTA Magazine Online

Senin, 19 November 2007

Ingin Dipanjangkan Umur ?

Senin, 19 November 2007
Pada kondisi yang sangat kritis karena kanker hati yang dideritanya, Yu Rah, pembantu di rumah kami tetap tersenyum. Setiap saya masuk ke kamarnya di rumah sakit tempatnya berbaring, ia selalu menunjukkan wajah yang sumringah, meski kondisi fisiknya tidak bisa berbohong, ia sangat lemah.
 
Dokter yang menangani pernah mengatakan pada kami yang menungguinya, "ibu ini semangat hidupnya tinggi sekali, sangat membantu menstabilkan kondisinya. Biasanya, dalam kondisi seperti ini, pasien sudah shock dan koma."
 
Sudah beberapa kali ia muntah dan berak darah. Dalam frekuensi yang hampir sama, cairan yang menumpuk dalam tubuhnya dikeluarkan melalui selang yang dimasukkan melalui hidung dan mulut. Tapi setiap kami bertanya tentang keadaannya, ia selalu menjawab, "alhamdulillah sudah lumayan enak kok."
 
Semangat untuk tetap hidup memang lebih penting dibanding hidup itu sendiri. Orang hidup yang tidak mempunyai semangat layaknya mayat yang berjalan.
 
Pembantu saya mempunyai seorang anak yang sudah duduk di bangku SMP. Suaminya sudah meninggal saat anaknya masih kecil karena penyakit yang sama seperti yang saat ini dideritanya. Kami menduga, ia tertular penyakit suaminya. Karena ia bekerja pada kami, anaknya dititipkan pada keluarganya di kampung.
 
Awalnya memang agak berat meninggalkan anaknya sendirian tanpa ia tunggui. Tapi setelah beberapa saat ia mengetahui anaknya tumbuh lebih dewasa. Sekolah dan mengajinya tambah rajin. Berbeda ketika ia berada di rumah, semuanya tergantung padanya. Segala keperluan sekolah dan mengaji selalu ia yang menyiapkan. Makanpun sering minta disuapin.
 
Karena itulah ia semakin tenang bekerja. Alasan lain, ia ingin mengumpulkan biaya untuk sekolah anaknya. Ia ingin agar anaknya bisa sekolah sampai setinggi-tingginya, tidak seperti dirinya, SD saja tidak tamat.
 
Cita-citanya itulah yang membuat semangat hidupnya menggebu. Ia tidak perduli penyakit yang dideritanya itu apa, yang penting ia harus segera sembuh dan bekerja lagi.
 
Hubungan baik antar sesama manusia menumbuhkan semangat dan menjadi alasan mengapa ia harus tetap hidup. Tidak hanya hubungan antara orang tua dan anak saja, hubungan persahabatan dan pertemanan yang baik sudah cukup menguatkan semangat hidup seseorang.
 
Tidak salah jika agama menganjurkan agar selalu menjalin tali silaturahim antar sesama umat manusia. Janji bagi siapa yang menyambung tali silaturahmi akan dipanjangkan umurnya itu benar adanya.
 
Masih kurang percaya?
 
Saya kutibkan hasil studi ilmiah dari buku "Social Intelligence" yang ditulis Daniel Goleman. Studi itu tentang orang-orang tua yang dirawat di rumah sakit karena gagal jantung. Bagi mereka yang tidak mempunyai siapa-siapa yang bisa mereka andalkan untuk dukungan emosi, mempunyai kemungkinan tiga kali lebih besar untuk mengalami serangan yang lain yang membuat mereka perlu kembali ke rumah sakit untuk dirawat dibandingkan mereka yang mempunyai relasi yang hangat dengan orang lain.
 
Nah, bagi yang ingin dipanjangkan umurnya, jadilah orang tua yang menyenangkan, bos yang menyemangati karyawan serta carilah teman atau sahabat sebanyak-banyaknya dan jalinlah relasi yang baik dengan mereka.
 
Sebaliknya, jadilah orang tua yang kejam, bos yang bengis dan teman yang menyebalkan kalau kita ingin didoakan cepat meninggalkan dunia ini.

----------------------------------------
Gambar diilustrasikan oleh John Shakespear  yang saya ambil dari sini

Kamis, 15 November 2007

Musuh Dalam Diri

Kamis, 15 November 2007
Membaca catatan Dahlan Iskan saat menjalani proses transplantasi hati memang sangat menarik. Selain gaya bahasanya yang ringan, juga ada banyak pelajaran dan pengetahuan yang didapat.

Ada yang mencemooh, mengapa pengalaman yang "biasa" seperti itu dimuat di Jawa Pos sampai berseri-seri. Apa hanya karena ia pemimpin Jawa Pos sehingga tulisan-tulisan itu terus dimuat setiap hari. Coba kalau orang lain yang menulis, tentu banyak pertimbangan untuk dimuat di harian itu sekali terbit saja.

Tapi banyak juga yang sangat senang dengan tulisan itu. Termasuk dari istri almarhum Nurcholis Majid yang sangat berterima kasih karena dalam salah satu serinya menjelaskan ketidakbenaran fitnah yang ditujukan kepada Cak Nur.

Mengetahui banyak yang merespon positif, Jawa Pos menerbitkan 33 seri catatan Dahlan Iskan itu dalam sebuah buku. Judulnya "Ganti Hati". Luar biasa, hanya dalam waktu seminggu 30 ribu cetakan pertama sudah ludes.

Rabu kemarin, Dahlan Iskan menulis kembali di harian yang sama, kini tentang "Kinerja 100 Hari Kabinet Organ setelah Ganti Hati".

Yang menarik, ia mengisahkan banyak teman-temannya yang mengingatkan, bahkan mengancam bos Jawa Pos itu untuk tidak terlalu percaya diri karena merasa sudah sehat seperti orang normal lagi: jangan over convident!, kata teman-temannya

Kemudian ia bertutur, "over convident" adalah musuh tingkat kedua dalam miniti jalan sukses hidupnya. Musuh tingkat dua ini lebih sulit dihadapi dibanding musuh tingkat satu, "rasa takut". Menghadapi musuh tingkat satu sangat mudah katanya, musuh ini tidak sakti. Banyak orang yang sudah sangat mahir mengalahkan rasa takut. Hanya sebagian kecil saja yang gagal.

Ketika sudah bisa mengatasi rasa takut, orang jadi percaya diri. Kesuksesan demi kesuksesan diraihnya. Ketika sudah sukses, banyak orang yang lupa diri dan merasa mampu yang berlebihan sehingga gagal meraih sukses lanjutannya. Percaya diri yang berlebihan menjadi musuh orang yang sukses.

Bagi yang berhasil mengalahkan musuh tingkat kedua, datanglah musuh tingkat ketiga yaitu "kekuasaan". Sebenarnya kekuasaan itu hasil dari kesuksesan yang didapat, tetapi kekuasaan akan menjelma menjadi musuh ketika orang lupa diri dan tidak pandai menggunakan kekuasaan itu. Orang yang gagal mengalahkan kekuasaan akan jatuh, akibatnya lebih sakit dibanding jatuh karena gagal meraih kesuksesan.

Semakin sedikit orang yang berhasil mengalahkan musuh yang ketiga ini. Yang sedikit itu biasanya menjadi orang yang selalu dihormati karena kebijaksanaannya. Kata-katanya menjadi petuah yang selalu dituruti banyak orang. Kebahagiaan menyertai perjalanan hidupnya. Tetapi, sedikit orang inipun akan menghadapi musuh yang sangat sakti, yaitu "umur".

Saking saktinya tidak ada satu orangpun yang bisa melawannya. Umur terus berjalan, mengurangi sedikit demi sedikit jatah hidup kita di dunia. Sampai suatu saat semua orang akan tunduk pada habisnya umur, alias mati. Hanya satu yang bisa dilakukan untuk menghadapinya, bukan melawan, yaitu mempersiapkan sebaik-baiknya menyongsong habisnya umur.

--------------------------------------------
Catatan Dahlan Iskan : "Kinerja 100 Hari Kabinet Organ setelah Ganti Hati" dapat dibaca di sini.

Selasa, 13 November 2007

Animasi, Membaca Tanda Bencana

Selasa, 13 November 2007
Negeri kita adalah negeri bencana. Yang wilayahnya dikelilingi deretan gunung berapi dan tempat pertemuan lempeng bumi. Sungguh, hidup di Indonesia selalu dihantui rasa was-was akan terkena gempa, gunung meletus atau tsunami.
 
Jika tidak belajar dari bencana yang telah terjadi, korban akan banyak berjatuhan lagi. Banyak lagi yang akan kehilangan sanak-saudara, tetangga dan teman-teman dekat. Kehilangan mata pencaharian. Dan yang lebih parah lagi, kehilangan semangat untuk hidup.
 
Peran pemerintah melalui badan-badannya (BMG,PVMBG dan lain-lain) sangat diperlukan disini. Karena badan-badan tersebut mempunyai keahlian untuk membaca tanda-tanda bencana. Dari tanda-tanda itu bisa diambil langkah-langkah untuk menekan sekecil mungkin korban bencana. Langkah-langkah itu bisa berupa peringatan ataupun anjuran untuk melakukan pengungsian.
 
Namun, jika hanya mengandalkan pemerintah saja rasanya masih kurang. Mayarakat di sekitar potensi bencana sendiri perlu melakukan antisipasi secara mandiri untuk mempercepat upaya penyelamatan. Berarti masyarakat perlu juga mempelajari tanda-tanda bencana itu.
 
Bagaimana masyarakat harus belajar ? Ada sebuah animasi dari AFP tentang proses dari awal bagaimana kekuatan angin bisa menyebabkan kerusakan dan juga menimbulkan gelombang laut yang sangat besar. Animasi ini sangat menarik karena dilengkapi dengan data yang lengkap dan foto-foto bencana serupa yang pernah terjadi. Tanda-tanda bencana juga dapat dilihat dengan jelas seperti perubahan arah asap yang keluar dari cerobong, langit yang semakin lama semakin gelap dan angin yang bertiup semakin kencang.
 
Saya yakin siapapun, dengan tingkat pendidikan apapun dan yang berstatus sosial kelas manaapun jika melihat animasi ini pasti bisa mengerti. Bahkan anak taman kanak-kanan pun dengan tambahan sedikit penjelasan mungkin juga bisa mengerti.
 
Kemudian saya berfikir bagaimana jika dibuat animasi untuk bencana yang berpotensi terjadi di Indonesia seperti tsunami, gempa bumi dan gunung meletus. Foto-foto bencana yang pernah terjadi sudah ada, videonya pun juga ada. Tentu aimasi ini akan sangat membantu sekali memberi pengetahuan akan tanda-tanda bencana ke semua lapisan masyarakat.
 
Dengan tanda-tanda yang sudah dimengerti, masyarakat akan selalu siap jika sewaktu-waktu bencana benar-benar terjadi. Anjuran untuk mengungsi tentu juga lebih mudah untuk disampaikan dan dimengerti masyarakat.
 
Ketika saya menginformasikan ini kepada teman yang biasa membuat animasi, teman saya bilang, "sebenarnya membuat animasi seperti itu sangat mudah, yang sulit bagaimana memperoleh data-data yang akurat mengenai tanda-tanda bencana itu."
 
Kalau masalah data, saya yakin pemerintah mempunyai data yang lengkap. Buktinya saat gunung Kelud meletus kepala PVMBG begitu gamblang menjelaskan bagaimana prosesnya dengan data-data pengukuran yang sangat lengkap disertai sekenario-skenario letusan yang mungkin akan terjadi.
 
Nah, data akurat sudah tersedia. Berarti pembuatan animasi tidak ada kendala lagi. Selain teman saya itu, tentu masih banyak ahli-ahli animasi lain yang tidak kalah jagonya di Indonesia. Bagaimana, animasi membaca tanda bencana bisa dibuat kan ?


Click di sini untuk melihat animasinya


Senin, 12 November 2007

Mobil Muslim

Senin, 12 November 2007
Proton, produsen mobil dari Malaysia, berencana mengeluarkan mobil khusus untuk umat Islam di seluruh dunia. Ide pembuatan mobil ini diperoleh setelah para pejabat dan politisi Malaysia mengadakan serangkaian kunjungan ke Timur Tengah. Saat kunjungan ke Iran, para pejabat iran mengeluarkan gagasan untuk membuat mobil yang khusus untuk pengendara muslim.

Akhirnya Malaysia mendapat kesepakatan kerjasama untuk membuat "Mobil Muslim" tersebut. Menurut Managing Director Proton Zyed Zaenal Abidin Zyed Mohammed Tahir, produksi akan dilakukan di Malaysia, Iran dan Turki (AFP, 11 Nov 2007).

Melakukan differentiation adalah salah satu strategi untuk memasarkan produk. Tujuannya agar produk mempunyai ciri dan image khusus di benak konsumen yang menjadi target pasarnya. Secara ideal defferentiation dilakukan untuk memberikan kepuasan kepada penggunanya. Dengan begitu produsen berharap produknya dapat terserap oleh pasar.

Proton melakukan differentiation dari sisi feature-nya. "Mobil Muslim" tersebut direncanakan mempunyai beberapa featur untuk kebutuhan umat Islam seperti ada kompas penunjuk arah kiblat serta tempat khusus untuk menyimpan Al-Qur'an dan jilbab.

Kondisi Proton saat ini sedang mengalami masa-masa sulit. Pangsa pasar Proton di Malaysia mengalami penurunan yang sangat tajam karena pemerintah mengijinkan lebih banyak mobil asing masuk ke Malaysia. Proton juga mendapat serangan dari produsen-produsen lokal lain yang menjadi pesaingnya.

Karena itu "Mobil Muslim" bisa dilihat sebagai salah satu strategi mendongkrak pangsa pasar Proton yang sedang lesu. Proton juga sedang gencar membidik pasar di Indonesia dan di Thailan.

Tetapi melihat feature yang ditawarkan "Mobil Muslim", apakah umat Islam memerlukan kompas penunjuk arah kiblat di dalam mobilnya, bukankan di dalam perjalanan (darurat) bisa sholat menghadap arah mana saja ? Kalau memang perlu kompas, harga kompas kan murah jadi mobil manapun bisa dilengkapi kompas.

Kemudian tempat Al-Qur'an dan jilbab. Bukankan di mobil lain juga tersedia tempat, meskipun tidak khusus, yang bisa juga untuk menyimpan Al-Qur'an maupun jilbab ? Jadi apa bedanya tempat khusus itu dengan tempat di mobil-mobil lainnya ?

Menurut saya, strategi Proton dengan feature differentiation yang seperti itu tidak akan efektif. Lain lagi misalnya Proton dengan teknologi GPS menambahkan fetature untuk menunjukkan lokasi masjid terdekat, sehingga umat Islam tau harus berhenti dimana untuk melaksanakan sholat. Mungkin featur ini akan lebih menarik dibanding kompas dan tempat khusus menyimpan Al-Qur'an maupun jilbab.


Gambar pinjam dari AFP

Lukisan Jalanan Surabaya




Karena tertarik dengan graffiti, hari Jum'at kemarin saya berkeliling mencari lukisan jalanan itu di beberapa tempat di Surabaya. Berbekal kamera digital pinjaman, saya ditemani Teguh meluncur ke Jalan Tunjungan.

Di deretan toko yang tidak pernah buka, kami menemukan beberapa lukisan di rolling door dan di dinding bagian atas. Lukisan-lukisan di situ kebanyakan sudah rusak, ada bekas sobekan poster iklan sehingga gambarnya terkesan jelek. Graffiti yang di tembok atas hanya tagging saja, jadi sangat jelek dam terkesan kotor.

Setelah puas memotret langsung meluncur ke Jembatan Mayangkara, dekat Darmo Trade Center (DTC), Wonokromo. Saya ingat di kolong jembatan ada lukisan-lukisannya. Cukup menarik, lukisan yang bergaya mural itu menggambarkan kota Surabaya dengan icon-iconnya. Ada Tugu Pahlawan, Bambu Runcing, Patung Jales Veva Jayamahe dan beberapa lukisan gedung. Sayang mural ini dibuat karena dukungan salah satu produsen rokok, jadi ya ada logo perusahaan yang besar tertempel.

Kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Agung. Di dekat situ ada tembok memanjang yang banyak graffiti-nya. Meski ada tagging disana-sini, sebenarnya banyak juga lukisan-lukisan yang bagus, tapi catnya sudah usang. Yang menyedihkan ada iklan terselubung. Maksudnya sepertinya graffiti tetapi gambarnya iklan persewaan mobil.

Yang saya senang, saat kami sampai di perempatan Ngagel, BAT (be a te). Di dinding gedung mangkarak ada lukisan yang bergaya mural. Dilihat dari isi tulisannya, mural ini dibuat untuk memperingati HUT RI yang ke-62. Mural ini dikerjakan oleh Fakultas Seni dan Desain UK Petra, DKV Petra dan warga kecamatan Wonokromo. Tentu didukung oleh Camat dan Pemerintah Kota Surabaya.

Kamis, 08 November 2007

[Graffiti] Keindahan atau Sampah Visual Kota

Kamis, 08 November 2007
Sebuah Dokumentasi Urban Art di Yogyakarta
(Diambil dari Tembokbomber Forum)

Memandang graffiti tergantung dari cara apa memandangnya. Bila terlanjur selalu mencap negatif, maka graffiti yang bagus dan berestetika tinggi pun akan selamanya buruk. Namun bila selalu berpikir pada sisi positifnya, maka graffiti bisa berpotensi sebagai pemandangan kota. --Pinky Saptandari--

Perdebatan mengenai graffiti sebagai karya seni yang memperindah atau hanya coretan yang mengotori kota akan lebih menarik jika mengetahui apa sebenarnya yang menjadi memotivasi seorang bomber melakukan aksinya.
 
Obed Bima Wicandra dan Sophia Novita Angkadjaja, dosen jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Kresten (UK) Petra, melakukan penelitian untuk menemukan secara ilmiah motivasi bomber dalam melakukan aktifitasnya membuat graffiti. Penelitian difokuskan pada graffiti yang ada di Surabaya dan terbatas pada graffity artistik saja.
 
Dari wawancara terhadap bomber dari Surabaya dan sebagian Jakarta terungkap bahwa motivasi utama ngebom adalah untuk memperindah kota selain juga untuk menunjukkan jati diri mereka. Mereka juga menganggap kegiatan ngebom adalah kegitan yang positif dibanding mabuk-mabukan atau mengkonsumsi narkoba.
 
"Daripada mabuk-mabukan maupun beli narkoba mendingan uangnya dipakai buat beli cat aerosol," kata salah seorang bomber yang menjadi informan.
 
Mereka juga mengungkapkan bahwa ngebom jauh dari vandalisme. Dalam graffiti tidak ada aktifitas merusak, menggempur maupun membongkar tembok, ngebom justru memberi kesan indah dengan sentuhan artistik untuk pada tembok. Lokasi ngebom pun tidak sembarangan, tidak asal ngebom.
 
Sasaran utama ngebom adalah tembok yang tidak terawat. Definisi tembok yang tidak terawat menurut mereka adalah tembok yang dibiarkan kumuh dan banyak tempelan poster dan iklannya. Tembok yang warna catnya sudah memudar dan banyak ditumbuhi lumut. Tembok yang dibiarkan rusak. Dan tembok di tempat-tempat strategis yang dibiarkan apa adanya sehingga menjadi sasaran empuk poster iklan dan pamflet.

Musuh mereka adalah poster iklan dan pamflet yang ditempel sembarangan dan semrawut. Juga bomber yang hanya meninggalkan coretan (tagging) yang memperburuk citra graffiti di masyarakat.

Menurut Pinky Saptandari, seorang antropolog dan Sekretaris Jendral Dewan Kota Surabaya, kegiatan ngebom sebenarnya tidak perlu dilarang sepanjang tidak dilakukan di tempat-tempat yang tidak semestinya misalnya cagar budaya seperti candi, tempat bersejarah dan monumen perjuangan kemerdekaan. Pinky juga berpendapat, bentuk-bentuk iklan yang terlalu bebas tertempel di dinding-dinding kota itulah yang justru lebih buruk pemandangannya daripada graffiti.
 
Semangat memperindah wajah kota dan melindungi tempat umum dari serangan poster iklan dan pamflet inilah yang berpotensi menjadikan graffiti bukan sebagai sampah visual yang mengotori kota. Akan lebih bagus lagi bila graffiti mampu berinteraksi dengan lingkungan, peka terhadap kondisi sosial dan mampu menunjukkan karakter budaya setempat.

Rabu, 07 November 2007

[Graffiti] Seni Jalanan Pendobrak Kekuasaan

Rabu, 07 November 2007

Bayangkan ketika graffiti tidak ilegal, sebuah kota dimana setiap orang dapat menggambar apa yang mereka suka. Dimana setiap jalan berisi jutaan warna dan frasa-frasa yang bermakna. Mengantri bus menjadi tidak membosankan lagi. Sebuah kota yang terasa memberi nafas bagi semua orang, tidak hanya pada agen real estat dan iklan-iklan perusahaan raksasa. Bayangkan sebuah kota seperti itu, dan berhentilah bersandar di dinding-dinding yang basah --- Banksy ---

Itulah mimpi seorang Banksy, pelukis graffiti (bomber) terkenal dari Inggris yang baru saja menjadi perbincangan karena indentitasnya mulai terkuak. Beberapa foto yang diduga fotonya diekspos di media masa.
 
Graffiti menjadi kontroversial dikalangan masyarakat termasuk masyarakat di Indonesia. Ada sebagian yang menganggap graffiti merupakan karya seni yang mengandung nilai estetika yang tinggi. Bahkan ada yang menganggap pelukis graffiti adalah seorang seniman yang genius dan pemberani.
 
Sebagian yang lain menyebut graffiti adalah visual sampah yang mengganggu keindahan dan mengotori kota. Karenaya melukis graffiti termasuk perbuatan kriminal. Banyak sudah kelompok-kelompok pelukis graffiti yang digrebek polisi saat menjalankan aksinya.
 
Graffiti sendiri termasuk dalam seni publik (public art). Dalam dunia seni rupa dalam lingkup yang lebih khusus, seni publik diartikan sebagai seni yang dibuat secara individu maupun kelompok yang menggunakan prinsip tertentu dalam menggulirkan wacana untuk disampaikan kepada publik atau masyarakat luas.
 
Selain graffiti contoh lain yang juga termasuk lingkup seni publik antara lain performance art, seni instalasi, happening art, stencil, mural dan poster. Dibandingkan dengan yang lain, graffiti kurang mendapat tempat atau sedikit mendapat apresiasi karena sifatnya yang vandalisme, merusak milik orang lain atau milik umum.
 
Sebagai gambaran aksi vandalisme kita simak karya Banksy yang dipasang di Galeri 49 British Museum. "Early Man Goes to Market", sebuah batu bergambar manusia purba yang sedang berburu membawa keranjang belanja. Tentu pemasangan itu tanpa sepengetahuan pengelola museum. Pengelola museum baru mengetahui ada tambahan koleksi setelah Banksy mengumumkan di situs pribadinya.
 
Yang menarik, setelah pengelola museum mengetahui ada karya Banksy terpampang di salah satu galerinya, pengelola bukan mehilangkannya malah mempertahankan menjadi salah satu koleksi tetapnya.
 
Mungkin pihak museum menilai karya Banksy termasuk dalam karya yang mempunyai nilai seni yang tinggi. Mungkin juga karya itu mempunyai nilai komersial yang dapat menarik orang berkunjung ke museum. Bandingkan dengan poster-poster iklan produk atau foto-foto calon peserta pilkada yang banyak dipasang di tembok-tembok kota, halte dan tempat-tempat umum lainnya yang semakin semarak apalagi saat kampanye tiba.
 
Inilah yang coba dilakukan oleh Banksy dan bomber-bomber yang lain, termasuk di Indonesia, membebaskan masyarakat dari serangan iklan komersial dan intrik-interik politik yang tidak mendidik dan kurang atau tidak ada sama sekali unsur seninya.

Menarik sekali jika kita simak gugatan mereka, para bomber, "Sama-sama mengotori tempat umum, mengapa mereka tidak ditangkap ? Justru kami yang membuat tembok tak terawat menjadi indah, harus digrebek ?"

Gambar : Early Man Goes to Market karya Banksy di British Museum

Senin, 05 November 2007

[cerpen] Di Dasar Jurang Pringgitan

Senin, 05 November 2007
Berjalan dalam gelap membuat mata seperti buta. Tidak ada yang bisa kulihat melainkan pekatnya malam. Justru karena itu aku berjalan seenaknya tanpa memperhitungkan ada jurang menganga di hadapanku. Meski Pringgitan bukan bukit yang cukup tinggi, tapi di lerengnya ada jurang yang dalam dengan dinding yang curam. Pemberani tidak selamanya orang yang tangguh, ada juga orang menjadi pemberani karena kebodohan dan ketidaktahuannya.
 
Sama sekali aku tidak mempersiapkan pendakian ini. Ini pelarianku dari semua masalah yang terus menerus datang. Bertubi-tubi menghantam setiap gerak dan langkah hidupku. Rasanya tak kuat aku menanggungnya. Kemudian aku teringat Pringgitan, sebuah bukit di selatan kota. Dari puncaknya aku bisa melihat cakrawala yang begitu luas. Dari sana pula aku bisa melihat kotaku seperti miniatur yang dipajang dalam kotak kaca.
 
Tak terhitung sudah beberapa kali aku sampai puncak Pringgitan. Dulu, tak kan pernah kubiarkan malam purnama terlewat tanpa menyusur lereng dan merebah diatas batu puncak Pringgitan. Sudah menjadi ritual kami, pelajar pecinta alam di SMA, bermalam di Pringgitan setiap bulan purnama. Adik dan kakakku pernah juga kuajak mencicipi keindahan kota dari puncak Pringgitan. Karena seringnya, sampai aku kenal Mbah Seto, penjaga warung kopi di kampung terakhir rute perjalanan. Warung ini menjadi tempat kami menanti kawan yang datang belakangan untuk kemudian naik bersama-sama menuju puncak.
 
Tapi malam ini tidak ada seorang kawanpun yang menyertaiku. Malam pun gelap gulita, selain bukan malam purnama, cahaya bintang tertutup mendung. Jarak terjauh yang bisa kulihat hanya dua atau tiga langkah kedepan. Suasana sepi, bahkan suara jangkrik pun tidak terdengar. Mbah Seto sudah menutup warungnya, berarti sudah lewat tengah malam.

Terus saja aku berjalan tanpa memperdulikan keadaan sekitar. Semakin lama langkah semakin cepat. Aku sedikit berlari ketika kaki ini tidak menemukan pijakan yang kuat. Seperti berjalan di awang-awang. Ya aku menginjak bibir jurang dengan semak-semak yang menutupinya. Seketika itu badanku meluncur tanpa bisa kukendalikan. Masih untung aku tidak terantuk batu. Di musim hujan seperti sekarang ini, semak dan rumput tumbuh lebat. Jadilah aku seperti meluncur di perosotan mainan anak taman kanak-kanak.
 
Percuma saja aku berusaha naik lagi. Dinding sangat licin. Tidak mungkin pula berpegangan pada rumput dan semak. Akarnya tertanam di tanah basah sehingga tidak kuat menahan berat tubuhku. Dinding yang lain memang lebih keras, tapi sangat terjal dengan kemiringan yang susah untuk dinaiki tanpa menggunakan tali. Keinginan mencapai puncak tanpa perhitungan dan persiapan yang matang hanya membuat keinginan itu seperti bulan yang dirindukan pungguk. Bahkan keinginan itu hanyalah impian yang menghempaskan kita ke dasar jurang yang paling dalam.
 
Aku mencari tempat yang nyaman untuk berebahan. Udara dingin dan basah menyejukkan kepalaku yang pening sejak dari rumah. Dalam kesejukan itu aku tertidur dan bermimpi melihat anak kecil yang berlarian di padang rumput. Menendang bola plastik kesana kemari. Anehnya tidak jauh dari situ ada singa jantan mondar-mandir. Sesekali melihat anak kecil itu dengan tatapan yang tajam. Lidahnya menjulur keluar. Air liurnya menetes dari sela-sela taringnya yang tajam. Sepertinya singa itu menahan lapar yang sangat.
 
Ketika singa itu mendekat hendak menerkam anak kecil itu, muncul anak singa dari semak di belakangnya. Anak singa berlari menuju sasaran mendahuluinya. Singa jantan yang lapar itu menhentikan langkahnya saat melihat anaknya bermain bola dengan anak kecil itu. Ia berbalik dan masuk kembali ke hutan. Tak tega membunuh teman sepermainan anaknya.
 
Ternyata hewan buas itu mempunyai hati yang lebih jernih dibanding aku. Memang Ia harus memperoleh makanan untuk disantap bersama keluarganya, tapi menyantap anak kecil itu sama saja membunuh keceriaan anaknya. Ia rela mencari mangsa yang lain. Aku ini apa, lari dari masalah dan membiarkan anak dan istriku kelaparan di rumah.
 
Aku terbangun saat sinar matahari menerpa tubuhku. Kehangatan pelan-pelan mulai menyebar. Aku berada pada puncak kesadaran. Setiap mahkluk yang hidup pasti mempunyai masalah. Lari dari masalah akan menambah masalah yang baru. Justru karena masalah itu menandakan kalau aku ini masih hidup. Aku ingat, saat pengajian di kampung ustad bilang "dibalik masalah itu pasti ada penyelesaiannya, dan percayalah bahwa Tuhan tidak akan membebani masalah pada mahkluknya di luar batas kemampuannya".
 
Aku berdiri dengan semangat yang baru. Dengan kekuatan seperti Gatot Kaca yang baru keluar dari Kawah Candradimuka. Siap mengerahkan sekuat tenaga untuk menghadapi masalah yang datang, berapapun banyaknya. Tapi masalahnya bagaimana aku bisa naik keatas sana ? Hoooooiiiiiiii......... Aku berteriak sekencang-kencangnya berharap ada pencari rumput yang mendengarkannya.

Catatan :
  • Pringgitan adalah bukit di daerah Slahung Ponorogo, biasa digunakan anak pecinta alam melatih pendakitan.
  • Gambar nyomot dari sini

Minggu, 28 Oktober 2007

Kata dan Makna

Minggu, 28 Oktober 2007
Kata, tidak hanya sederet huruf. Setiap kata mempunyai makna. Berbicara dan menulis sebenarnya tidak hanya melontarkan kata atau tulisan, tetapi maknalah yang kita sampaikan.

Dalam berkomunikasi, lisan maupun tulisan, sangat tidak efektif jika tidak ada kesepakatan mengenai makna suatu kata. Pernah saya diajak pusing-pusing oleh saudara saya yang baru datang dari Malaysia. Awalnya saya bingung, apa maksudnya mengajak pusing-pusing. Mau pusing saja kok ngajak-ngajak. Eh ternyata, pusing-pusing itu maksudnya jalan-jalan.

Antara anak-anak dan orang dewasa terkadang juga mempunyai pemahaman yang berbeda tentang makna sebuah kata. Masa kanak-kanak gampang sekali menyerap banyak kata, tetapi untuk menyerap makna butuh waktu dan pengalaman.

Suatu pagi anak saya bilang "yah, sepertinya aku tidak punya masalah"

Saya terperanjat, seketika itu saya hentikan membaca buku dan perhatian penuh tertuju padanya. Saya bertanya-tanya, apa yang sebenarnya ia maksud dengan "masalah" ? Apakah "masalah" yang saya pahami sama dengan "masalah" yang ia maksud.

"Ayah punya masalah ?" tanyanya kemudian.

Saya menjawab "Tidak"

"Ayo beli yah"

Hihihihi...saya tidak bisa menahan geli. Ternyata ia mempunyai makna sendiri tentang "masalah". Mungkin semacam mainan yang bisa dibeli di toko.

Sabtu kemarin saya mengajak ia ke Telaga Sarangan. Kebetulan saya diminta bapak mengantar beliau ke Magetan. Ada resepsi pernikahan anak seorang temannya. Karena sudah sampai Magetan, saya mengusulkan sekalian pergi ke Sarangan. Usul saya diterima.

Tujuan ke Sarangan sebenarnya bukan hanya untuk berekreasi saja tetapi sekaligus memberitahu anak saya kalau Sarangan itu nama sebuah telaga yang ada di Magetan. Soalnya, sudah berkali-kali ia menyebut Sarangan tetapi sambil menunjuk lapangan bola. Terakhir ia bilang Sarangan itu rumahnya bego (alat berat untuk mengeruk tanah). Semoga dengan pergi dan melihat langsung Telaga Sarangan, ia menjadi paham Sarangan itu apa. Kami juga menjelaskan "telaga" itu apa.

Tentang "masalah", semoga ada waktu dan kesempatan untuk menjelaskan kepada anak saya. Semoga juga ada konteks yang pas agar ia mudah memahaminya. Kalau ia sudah ngerti apa "masalah" itu sebenarnya, masihkah ia mengajak saya untuk membelinya ?

Kamis, 25 Oktober 2007

Full Music Radio

Kamis, 25 Oktober 2007
Beberapa bulan terakhir ini saya sering mendengarkan radio yang full music. Artinya radio yang hanya menyiarkan musik saja. Pada awal-awal siaran (radio ini masih baru) benar-benar full music. Selama 24 jam tidak ada iklan maupun suara penyiar, paling-paling hanya jingle radionya saja.

Saya teringat pada masa kuliah dulu. Ada radio amatir milik teman-teman Teknik Fisika yang juga menyiarkan musik sehari penuh. Nama radionya TF FM (bacanya : TF ngeF M). Karena radio kampus, otomatis tidak ada iklannya. Suara penyiarnya juga jarang-jarang terdengar.

Sebagai taman beraktifitas, mengerjakan skripsi, membaca dan mencuci pakaian, TF FM sangat pas sekali. Lagu-lagu yang diputar dipilih lagu yang sedang ngetop saat itu.

Sekarang saya menemukan radio yang serupa. Kebetulan saya kenal dengan pengelola radio full music ini. Kemarin saya berkunjung kesana. Dan ternyata, radio ini hanya dikelola oleh tiga orang saja. Satu direkturnya sekaligus marketing, satu administrasi sekaligus keuangan dan satunya lagi operator siaran.

Sebagai radio profesional, konsep full music itu sangat mengherankan saya. Awalnya saya menduga, karena masih baru jadi belum menemukan konsep yang pas. Sebagai perkenalan awal diputarlah musik, tanpa penyiar dan tanpa ada acara on-air (talk show, pilihan pendengar dan sebagainya).

Saya baru ngerti setelah sang direktur menjelaskan bahwa konsep radionya memang dibuat begitu, "sampai kapanpun, radio ini hanya memutar musik saja tanpa ada penyiarnya, yang penting kan ada iklannya Mas" katanya.

Bener juga. Sekarang sudah ada beberapa iklan yang masuk. Meski ada iklannya, radio ini masih menarik juga, masih banyak musiknya dibanding iklannya. Saya tidak tahu, apakah nanti setelah banyak iklan yang masuk, radio ini masih menarik atau berubah jadi menyebalkan. Harapan saya sih semoga bisa optimal pembagiannya agar saya masih bisa menikmati siarannya.

Rabu, 24 Oktober 2007

Rumus Bahagia

Rabu, 24 Oktober 2007
"Bahagia" adalah salah satu misteri yang sampai sekarang belum ada definisi yang diterima oleh semua orang. Ya. Setiap orang mempunyai definisi sendiri-sendiri tentang bahagia. Terkadang, definisi yang satu berlawanan dengan definisi yang lain.

Sebagian orang menganggap akan mendapat kebahagiaan jika memiliki uang yang berlebih. Dengan uang semua bisa diraihnya. Rumah, mobil, tempat-tempat rekreasi dan hiburan bahkan kekuasaan dan kehormatan pun bisa dibeli.

Tetapi menurut sebagian orang yang lain, uang sama sekali tidak memberikan kebahagiaan. Rumah bisa dibeli dengan uang, tetapi kehangatan, kasih sayang dan keharmonisan rumah tangga tidak bisa dibeli, money can buy house, but can't buy home.

Semua orang yang berduit dapat membeli sex, memuaskan hawa nafsunya. Tetapi siapa yang bisa membeli cinta yang tulus dari seorang istri atau suami ? Money can buy sex, but can't buy love.

Menjadi orang yang berlebih harta terkadang juga tidak bisa tidur nyenyak. Ada orang yang selalu takut, mengapa Tuhan memberi kemudahan dalam mencari harta, sampai-sampai saat duduk santai di rumah pun ada saja rejeki yang datang. Jangan-jangan ada sesuatu yang harus saya kerjakan dengan harta itu. Kalau tidak, kemurkaan Tuhan akan menimpa diri dan keluarganya. Tapi ia belum tahu apa yang dimaui Tuhan.

Apalagi harta yang dimilikinya hasil dari korupsi atau kejahatan. Hidupnya selalu dikejar-kejar ketakutan dan rasa was-was. Ada hansip nagih uang keamanan saja takutnya setengah mati. Money can buy bed, but can't buy sleep.

Bagaimana mencapai bahagia ? Masing-masing mempunyai rumus sendiri-sendiri juga. Bagi orang yang percaya bahwa uang bisa membahagiakan, berpedoman untuk mencapai bahagia maka carilah uang sebanyak-banyaknya.

Filosof mengatakan, kebahagiaan itu terletak dalam diri masing-masing orang, bukan pada semua yang ada diluarnya. Carilah kebahagiaan itu di dalam diri, karena tidak akan pernah ketemu di luarnya.

Ustad menasehati, untuk mencari bahagia terus-menerus dekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Karena kebahagiaan paling hakiki adalah jika kita dekat dengan-Nya.

Ada juga yang iseng mengatakan, bahagia itu akan didapat jika kita bisa berfoya-foya di masa muda, kaya-raya saat tua dan jika mati masuk surga. Ini rumus yang seenaknya sendiri.

Nah, pagi ini saya membaca di Kompas yang mengulas khusus "Hari Asuransi Indonesia" yang jatuh pada tanggal 18 Oktober kemarin. Menariknya, ada rumus bahagianya, bahagia (b) dapat dicapai dengan mengikuti asuransi (a) apa saja, menyelesaikan premi (p1) yang sesuai dengan perencanaan (p2).

b = ap2

Tentu teman-teman (boleh) punya rumus sendiri mencapai kebahagiaan. Bagaimana rumus kebahagiaan menurut teman-teman ?

Selasa, 23 Oktober 2007

Mr China

Selasa, 23 Oktober 2007
Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Business & Investing
Author:Tim Clissold
Dalam pertemuan dengan klien untuk meformulasikan sebuah riset pasar produknya, ada sebuah ketakutan yang diungkapkannya menyangkut prospek bisnis di tahun-tahun mendatang. Produk serupa dari China mulai membanjiri pasar di Indonesia dengan harga yang sangat kompetitif. "Kalau kondisi ini terus berlangsung pabrik kami akan tutup karena dengan usaha apapun kami tidak bisa bersaing harga dengan mereka," ungkapnya.

China memang menjadi fenomena yang menarik sekaligus menakutkan bagi negara-negara di dunia. Bahkan negara sebesar Amerika Serikat (AS) pun kawatir dengan perkembangan China. Dalam kurun waktu 25 tahun, China menjelma dari negara besar yang miskin menjadi pusat kekuatan kapitalisme global. Pertumbuhan ekonomi China tiga kali lebih cepat dibandingkan AS.

Dibalik kesuksesan China, ternyata ada kisah tragis dari seorang bankir Wall Street yang mengalami kerugian besar dalam usahanya membangun kerajaan bisnis di China. Kisah ini diramu menjadi sebuah novel yang menarik, "Mr China".

Buku ini sama sekali bukan buku anti China. Justru buku ini disusun karena Tim Clissold, sang pengarang, sangat menggandrungi China. Ia sudah delapan belas tahun tinggal dan bekerja di China. Peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam buku ini lebih banyak mengungkap kedunguan jenis orang seperti orang Wall Street yang terlalu bersemangat ingin menaklukkan China tanpa mengerti bagaimana China yang sebenarnya.

"Mr China" lebih tepat disebut kisah petualangan. Tiga petualang, seorang bankir Wall Street, seorang konsultan investasi Inggris dan seorang lokal, berangan-angan ingin menaklukkan China. Tetapi jalan terjal menghadang setiap usaha yang dilakukan ketiganya. Hingga angan-angan itu sirna bersama raibnya modal ratusan juta dolar nilai investasinya.

Clissold yang berperan sebagai aku, sangat terpesona dengan apa yang dilihatnya ketika pertama kali ditugaskan berkunjung ke China oleh sebuah konsultan besar di London tempatnya bekerja. Keterpesonaan itu membuatnya ingin ditugaskan kembali di China. Kekuatan sihir China membuat Ia memutuskan untuk keluar karena permintaanya ditolak pimpinan perusahaan.

Atas inisiatifnya sendiri Ia kembali ke Beijing dan belajar tentang China. Dua tahun kemudian, ketika Ia sudah fasih berbahasa mandarin dan sedikit tahu tentang budaya China, Ia melamar ke sebuah perusahaan yang membutuhkan penasehat investasi ke China. Tanpa disangkanya perusahaan itu adalah tempatnya bekerja yang dulu.

Saat itu terjadi eforia investasi ke China, banyak investor yang ingin menanamkan modalnya ke China. Dana-dana untuk China dalam jumlah yang besar terkumpul tanpa tahu bagaimana investasi ke China dilakukan. Sebagai penasehat investor, Clisold bertugas mencari proyek-proyek investasi untuk menyerap dana tersebut.

Dalam usahanya itu Ia bertemu dengan Pat, seorang bankir Wall Street dan Ai Jian, mantan pejabat pemerintah China. Ketiganya merupakan pasangan yang solit. Dalam kurun waktu dua tahun hubungan ketiganya berubah menjadi sebuah perusahaan dengan dua puluh bisnis dan mempunyai lebih dari dua puluh lima ribu pegawai.

Namun demikian, usaha ketiganya menghadapi banyak masalah. Mulai dari mental pekerja yang buruk, budaya tidak disiplin, pengeluaran perusahaan yang tidak terkontrol sampai pada penggelapan uang oleh direktur perusahaan. Belum terbentuknya perangkat hukum investasi dan juga kelakuan aparat pemerintah yang kurang tanggap menyebabkan usaha penyelesaian melalui polisi dan pengadilan menemui jalan buntu. Bukan menyelesaikan masalah, malah menambah masalah.

Menghadapi masalah yang terus-menerus datang membuat kesehatan Clissold terganggu. Ia mengambil jeda untuk mengembalikan kondisi kesehatannya. Dalam perenungannya, akhirnya Ia sadar bahwa pendekatan gaya Wall Street tidak bisa diterapkan di China. China mempunyai kebudayaan sendiri yang sudah berkembang sejak lima ribu tahun yang lalu.

Dengan semangatnya yang baru, Ia bertekat kembali ke China untuk memulai pertempuran dengan pola pikir yang baru. Memang tidak semua masalah diselesaikan dan tidak semua pertempuran dimenangkannya. Tetapi pertempuran itu membawanya pada kesadaran yang baru tentang bagaimana berhubungan dan berbisnis dengan China.

Kisah petualangan ini sangat menarik karena bisa menggambarkan bagaimana sisi lain dari kisah sukses China menguasai pasar dunia. Penggambaran itu sangat berguna bagi pebisnis untuk mendapatkan pelajaran bagaimana melakukan bisnis dalam iklim yang semrawut dan perilaku birokrat yang menyebalkan.

Di sisi yang lain, membaca "Mr China" menumbuhkan optimisme bahwa Indonesia akan bisa mencapai apa yang telah dicapai China. Tentu dengan syarat ada usaha yang serius dari semua pihak untuk mewujudkannya. Khusus bagi pemerintah, maukah meniru China yang tidak tanggung-tanggung memberantas korupsi tanpa pandang bulu ?

Senin, 22 Oktober 2007

Mudik dan Kepedulian Kita

Senin, 22 Oktober 2007
Saya miris membaca berita di Kompas Senin kemarin. Bayangkan ada lebih dari seribu kecelakaan lalu lintas selama mudik lebaran. Yang lebih mengerikan lagi, 322 orang meninggal akibat kecelakaan itu.
 
Jumlah itu masih lebih kecil dibandingkan tahun yang lalu. Sebanyak 354 orang meninggal saat mudik lebaran tahun 2006.
 
Meski jumlahnya menurun angka 322 itu bukan angka yang kecil untuk ukuran nyawa. Satu nyawapun bisa sangat berarti bagi keluarga yang ditinggalkannya, apalagi kalau yang meninggal tersebut adalah tumpuan hidup seluruh anggota keluarga.
 
Tetapi kurang bijaksana jika karena alasan tersebut kita melarang orang untuk mudik saat lebaran. Mudik tidak hanya menjalankan tradisi bersilaturahmi. Lebih dari itu, bagi sebagian orang, mudik adalah wujud tanggung jawab seorang anak untuk berbakti kepada orang tua.
 
Banyak yang terjadi selama setahun dalam rumah tangga yang hanya dihuni oleh satu atau dua orang yang sudah lanjut usia. Banyak masalah juga yang dialami mengiringi hari-hari yang dijalaninya. Kehadiran anak menjadi harapan untuk menghapus keletihan hidup. Syukur kalau bisa membantu menyelesaikan masalah meski hanya menyumbang pikiran dan dorongan semangat.
 
Ditambah dengan alasan-alasan mudik yang lain dari sekedar untuk pamer kesuksesan sampai karena ingin menjenguk sanak saudara yang sudah berpuluh tahun ditinggalkannya, kita bisa memahami mengapa setiap tahun terjadi arus mudik.
 
Meski dalam kondisi ekonomi yang pas-pasan, mereka selalu berusaha mudik setiap lebaran. Termasuk mengupayakan mudik dengan biaya yang semurah-murahnya. Ini yang menjadi salah satu sebab banyak pemudik yang menggunakan sepeda motor. Dari catatan Ditlantas Polri yang ditulis Kompas, ada 1,97 sepeda motor keluar Jakarta menjelang lebaran. Meningkat 0,17 juta dibanding tahun 2006 yang lalu.
 
Sepeda motor sebenarnya tidak direkomendasikan untuk perjalanan jauh (lebih dari 8 jam perjalanan). Apalagi jika berada dalam satu jalur dengan kendaraan besar, mobil dan truck, akan sangat membahayakan bagi pengendara sepeda motor sendiri. 
 
Mudik tidak bisa dihilangkan dari budaya masyarakat yang masih menganut hubungan kekerabatan yang kuat seperti di Indonesia. Jumlah pemudik bisa berkurang dengan pemerataan ekonomi dan meningkatkan daya tarik di seluruh daerah sesuai dengan karakter ekonomi masing-masing daerah.
 
Tetapi untuk Indonesia keadaan itu sepertinya belum bisa tercapai untuk 10 atau 20 tahun mendatang. Mudik akan terus ada setiap tahun.
 
Kita patut bersyukur ada banyak pihak yang peduli mengurangi jumlah kecelakaan saat mudik. Ada yang menyediakan pos-pos informasi, ada yang membuat tempat-tempat peristirahatan sementara di sepanjang jalur mudik, ada juga yang menyewakan bus-bus untuk mudik murah atau gratis. Terlepas dari kepentingan dibalik itu, pemudik terbantu dengan program itu. Banyak pemudik yang memanfaatkan tempat yang tersedia untuk beristirahat sementara. Bus-bus mudik terisi penuh menyebar ke berbagai daerah.
 
Pemerintah melalui jajarannya di kepolisian juga sangat responsif melihat fenomena mudik. Beberapa kepolisian daerah mengadakan pengawalan bagi pemudik yang bersepeda motor secara berkelompok. Daerah rawah kecelakaan juga dijaga dan dipantau.
 
Yang belum bisa dilaksanakan dengan baik adalah bagaimana meningkatkan kepedulian pemudik sendiri. Tidak ugal-ugalan di jalan. Sadar akan peraturan lalu lintas. Sabar dalam berkendara. Dan bagi pengendara sepeda motor tidak membawa barang yang berlebihan.
 
Selama mudik masih terus berlangsung dan membudaya di masyarakat, kepedulian terhadap keselamatan diri dan orang lain sangatlah penting untuk mengurangi jatuhnya korban. Semoga ini bisa disadari oleh semua pihak, pemerintah, swasta dan pemudik sendiri.

Selasa, 09 Oktober 2007

Gunung Kelud dan Tanggap Bencana

Selasa, 09 Oktober 2007
Sore, 10 Februari 1990, saya melihat ada yang aneh dengan langit di sebelah timur. Matahari di barat masih tinggi, tetapi warna langit sebelah timur sudah gelap. Awalnya saya mengira itu gejala biasa aja, pertanda akan turun hujan. Awan gelap lama kelamaan bergerak semakin mendekat. Sudah mulai banyak debu putih yang berjatuhan. Malam harinya, debu putih turun seperti hujan. Pagi harinya saya baru tahu Gunung Kelud meletus.

Beberapa minggu terakhir ini, aktifitas Gunung Kelud menunjukkan gejala-gejala akan meletus. Dilihat dari 3 letusan sebelumnya, tahun 1951, 1966, dan 1990, Gunung Kelut termasuk gunung berapi dengan perionde waktu letusan yang singkat, antara 10 sampai 25 tahun. Rentang waktu dari letusan yang terakhir sampai sekarang sudah 17 tahun, berarti sudah masuk periode letusan.

Hasil pemantauan Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) juga menunjukkan tanda-tanda Gunung Kelud siap meletus. Danau kawah di puncak Gunung Kelud mengalami perubahan warna. Suhu air danau meningkat, pada kedalaman 15 meter suhunya mencapai 37 derajat celcius. Suhu normal pada kedalaman tersebut 33 derajat celcius. Dapur magma berada pada kedalaman 4,2 km di bawah danau kawah, padahal pada kondisi normal kedalamannya antara 5 sampai 10 km.

Meski belum bisa dipastikan kapan terjadi letusan, sangat perlu untuk mempersiapkan upaya-upaya penanganan jika sewaktu-waktu Gunung Kelud benar-benar meletus. Pak Amien Widodo, Ketua Pusat Studi Bencana Alam LPPM ITS menghimbau agar masyarakat di sekitar Gunung Kelud bisa memberdayakan diri sendiri dan saling membantu untuk upaya penyelamatan saat terjadi krisis.

Pak Amien berpendapat, upaya peberdayaan masyarakat lokal lebih efektif mencegah jatuhnya banyak korban saat bencana alam terjadi. Karena, masyarakat lokal lebih mengenal karakteristik wilayahnya sendiri dan mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi dengan wilayah bencana. Mereka juga mempunyai kemampuan yang bisa dipergunakan meskipun dalam keadaan darurat.

Pemberdayaan masyarakat sangat tepat untuk diterapkan di Indonesia mengingat hampir seluruh wilayah Indonesia rawan terjadi bencana abaik karena pergerakan lempeng bumi maupun aktifitas gunung berapi. Pemberdayaan ini dapat meningkatkan kemampuan masyarakat menghadapi bencana yang sewaktu-waktu datang. Tujuan akhirnya adalah agar kemampuan masyarakat tersebut menjadi budaya dan kearifan lokal yang tanggap terhadap bencana.

Kita semua berharap tidak ada lagi korban yang berjatuhan, atau paling tidak bisa menekan sekecil mungkin korban akibat ketidaktahuan dan ketidaksiapan menghadapi bencana. Kita juga mempunyai kewajiban untuk lebih peduli dan saling membantu saudara-saudara kita. Hari ini mereka, tapi mungkin suatu saat kita sendiri yang mengalaminya.


Tautan terkait aktifitas Gunung Kelut :

Himbauan Pak Amien Untuk Masyarakat Di Sekitar Gunung Kelut. Bencana tsunami Aceh, gempa di Yogya dan Jawa Tengah, tsunami Pangandaran, meletusnya Gunung Merapi, gempa di Bengkulu-Padang dan bencana-bencana lain di Indonesia mestinya memberi pelajaran sangat penting untuk bangsa kita bagaimana menangani bencana dan bagaimana memulihkan keadaan setelah bencana. Kenyataanya hampir semua dampak bencana yang ditimbulkan selama ini masih menyisakan derita dan trauma bagi masyarakat yang terpapar.

Tim Vulkanologi : Mungkin Sudah Saatnya Gunung Kelud Meletus. Selama 7 hari terakhir, warna air di danau kawah menunjukan perubahan sebagai tanda-tanda Gunung Kelud meletus. Selain itu, hasil pengukuran deformasi dengan metode Laveling juga menujukan posisi tanah yang telah mengalami penurunan mencapai 20 centimeeter.

25 Paranormal Gelar  Ritual di Danau  Kawah Gunung Kelud. Aktivitas Gunung Kelud yang terus meningkat membuat khawatir. Tak kurang dari 25 paranormal yang berada di sekitar Gunung Kelud, Kamis (20/9/2007) menggelar ritual di sekitar danau kawah untuk meminta agar bencana letusan gunung api tidak terjadi.

Minggu, 07 Oktober 2007

Cinta Seorang Pembantu

Minggu, 07 Oktober 2007
Saya tidak mengerti apa itu cinta, lagian saya ini seorang pembantu tidak pantaslah terus-menerus memikirkan cinta. Yang saya tahu, Si Mas orangnya baik, pengertian dan enak diajak ngomong. Ia juga suka membantu kalau saya bawa belanjaan yang banyak.

Saya kenal Si Mas setahun yang lalu. Ia buruh bangunan di gedung sebelah rumah majikan saya. Katanya, rumah Si Mas di kampung, di Jawa Tengah sana. Memang terlihat dari tindak-tanduk dan gaya bicaranya yang lembut dan sopan, Ia asli orang Jawa.

Saya semakin hari-semakin akrab dengannya. Beberapa kali saya keluar bareng, makan atau sekedar jalan-jalan di pasar kaget pinggiran kompleks perumahan. Majikan saya mengijinkan saya dekat dengan seseorang, tapi selalu mewanti-wanti jangan terlalu dekat dan mudah tergoda dengan seseorang.

"Ini kota besar nduk, orangnya banyak dan bermacam-macam, kita tidak tahu asal-usulnya dari mana. Nduk, kehidupan kota itu sangat keras. Orang yang kelihatannya baik bisa berubah jahat kalau kepepet."

Tapi, kelihatannya Si Mas tidak seperti sangkaan majikan saya. Ia orangnya tegas dan bertanggung jawab. Apalah artinya cinta tanpa tanggung jawab, nasehat majikan saya suatu waktu. Saya memegang kata-kata itu dan menjadi janji saya, kalau mencari jodoh harus pilih orang yang bertanggung jawab.

"Jum, maukan kau menikah denganku ?" kata Si Mas suatu sore di trotoar depan perumahan.

Saya kaget mendengarnya. Dada saya berdebar, mulut saya terkunci tidak bisa berkata-kata. Tidak pernah saya mendengar kata-kata seindah itu. Seumur hidup, saya menjadi manusia kelas bawah, kelas pembantu, selalu disuruh-suruh tanpa sekalipun menyuruh. Kali ini saya seperti terlahir kembali menjadi manusia yang setara, yang bebas memilih, menentukan masa depan saya sendiri.

Tapi saya tidak langsung mengiyakan. Kata orang tua, tidak baik langsung menerima lamaran orang tanpa pertimbangan. Saya meminta waktu barang dua-tiga hari untuk berfikir sekaligus meminta pertimbangan pada majikan saya. Mau minta pertimbangan orang tua, terlalu lama, di rumah saya tidak ada telepon, bisanya hanya berkirim surat. Belum tentu juga surat itu nyampek, terkadang terselip di meja pak sekdes. Majikan saya kan sudah saya anggap orang tua saya sendiri.

Majikan saya meragukan niat baik Si Mas karena tidak tahu asal-usulnya dari mana, orang tuanya siapa dan statusnya, perjaka, menikah atau duda. Tapi saya tetap ngotot, saya yakin Si Mas baik dan bertanggung jawab. Akhirnya majikan saya menyerahkan keputusan sepenuhnya pada saya. Majikan saya juga berpesan, kalau saya jadi menikah, saya diminta sebisa mungkin mengabari keluarga di kampung. Bagaimanapun, orang tua sayalah yang mempunyai tanggung jawab penuh untuk menikahkan saya.

Setelah enam bulan menikah ada yang berubah dari Si Mas. Ia menjadi pemarah dan susah sekali diajak ngobrol tentang masa depan rumah tangga kami. Saya yang sering mengalah. Saya tidak ingin bertengkar. Saya harus lebih bersabar, mungkin Ia capek sekali. Saya harus lebih pandai mencari waktu untuk mengobrol dengannya.

Suatu saat, Si Mas berkunjung ke rumah majikan saya. Saya sendang mencuci pakaian waktu itu. Oh ya, saya dan Si Mas ngontrak rumah, majikan saya juga yang membayar uang kontrakan kami. Ia bertanya, apakah saya punya uang, katanya untuk modal bisnis dengan temannya. Ia tidak mau terus-menerus menjadi buruh bangunan, Ia Ingin berubah.

Saya senang sekali mendengarnya. Kalau bisnis suami saya majua, tak usahlah saya menjadi pembantu. Biar saya di rumah saja, mengurus anak-anak. Terbayanglah kehidupan yang bahagia di masa depan. Tapi saya tidak begitu jelas bisnis apa suami saya itu.

"Pokokknya bisnis, kamu tidak usah banyak tanyak, yang penting menhasilkan uang," katanya.

Waktu itu saya tidak punya uang. Ada sih, tapi kan untuk hidup sampai akhir bulan. Ia tetap ngotot. Ini kesempatan yang baik, sayang kalau dilewatkan dan kesempatan itu tidak bisa datang dua kali, katanya. Saya juga ngotot tidak punya uang. Ia marah dan masuk kamar majikan saya.

"Jangan Mas, jangan" saya menangis dan meronta menghalanginya. Tapi badannya terlalu kekar untuk saya tahan. Setelah beberapa lama di dalam kamar, Ia keluar dan pergi begitu saja tanpa pamit kepada saya.

Beberapa hari kemudian majikan saya kaget, uang dan perhiasannya hilang. Nilainya cukup besar, puluhan juta rupiah. Saya menjadi tersangka utama. Saya hanya tertunduk dan menangis saat majikan saya menginterogasi. Saya pasrah, meski harus berhadapan dengan polisi dan jeruji besi.

Oh, saya semakin tidak mengerti apa cinta itu. "Semoga kamu tidak bernasip seperti saya, semoga kamu mendapat cinta yang sebenarnya," saya usapkan telapak tangan saya ke perut yang sudah kelihatan membesar ini.

Gambar pinjam dari Abstract-Life
12duadua © 2014