
Dokter yang menangani pernah mengatakan pada kami yang menungguinya, "ibu ini semangat hidupnya tinggi sekali, sangat membantu menstabilkan kondisinya. Biasanya, dalam kondisi seperti ini, pasien sudah shock dan koma."
Sudah beberapa kali ia muntah dan berak darah. Dalam frekuensi yang hampir sama, cairan yang menumpuk dalam tubuhnya dikeluarkan melalui selang yang dimasukkan melalui hidung dan mulut. Tapi setiap kami bertanya tentang keadaannya, ia selalu menjawab, "alhamdulillah sudah lumayan enak kok."
Semangat untuk tetap hidup memang lebih penting dibanding hidup itu sendiri. Orang hidup yang tidak mempunyai semangat layaknya mayat yang berjalan.
Pembantu saya mempunyai seorang anak yang sudah duduk di bangku SMP. Suaminya sudah meninggal saat anaknya masih kecil karena penyakit yang sama seperti yang saat ini dideritanya. Kami menduga, ia tertular penyakit suaminya. Karena ia bekerja pada kami, anaknya dititipkan pada keluarganya di kampung.
Awalnya memang agak berat meninggalkan anaknya sendirian tanpa ia tunggui. Tapi setelah beberapa saat ia mengetahui anaknya tumbuh lebih dewasa. Sekolah dan mengajinya tambah rajin. Berbeda ketika ia berada di rumah, semuanya tergantung padanya. Segala keperluan sekolah dan mengaji selalu ia yang menyiapkan. Makanpun sering minta disuapin.
Karena itulah ia semakin tenang bekerja. Alasan lain, ia ingin mengumpulkan biaya untuk sekolah anaknya. Ia ingin agar anaknya bisa sekolah sampai setinggi-tingginya, tidak seperti dirinya, SD saja tidak tamat.
Cita-citanya itulah yang membuat semangat hidupnya menggebu. Ia tidak perduli penyakit yang dideritanya itu apa, yang penting ia harus segera sembuh dan bekerja lagi.
Hubungan baik antar sesama manusia menumbuhkan semangat dan menjadi alasan mengapa ia harus tetap hidup. Tidak hanya hubungan antara orang tua dan anak saja, hubungan persahabatan dan pertemanan yang baik sudah cukup menguatkan semangat hidup seseorang.
Tidak salah jika agama menganjurkan agar selalu menjalin tali silaturahim antar sesama umat manusia. Janji bagi siapa yang menyambung tali silaturahmi akan dipanjangkan umurnya itu benar adanya.
Masih kurang percaya?
Saya kutibkan hasil studi ilmiah dari buku "Social Intelligence" yang ditulis Daniel Goleman. Studi itu tentang orang-orang tua yang dirawat di rumah sakit karena gagal jantung. Bagi mereka yang tidak mempunyai siapa-siapa yang bisa mereka andalkan untuk dukungan emosi, mempunyai kemungkinan tiga kali lebih besar untuk mengalami serangan yang lain yang membuat mereka perlu kembali ke rumah sakit untuk dirawat dibandingkan mereka yang mempunyai relasi yang hangat dengan orang lain.
Nah, bagi yang ingin dipanjangkan umurnya, jadilah orang tua yang menyenangkan, bos yang menyemangati karyawan serta carilah teman atau sahabat sebanyak-banyaknya dan jalinlah relasi yang baik dengan mereka.
Sebaliknya, jadilah orang tua yang kejam, bos yang bengis dan teman yang menyebalkan kalau kita ingin didoakan cepat meninggalkan dunia ini.
----------------------------------------
Gambar diilustrasikan oleh John Shakespear yang saya ambil dari sini
14 komentar: