Pages

Kamis, 29 November 2007

Kondom Yes, Prostitusi dan Seks Bebas No

Kamis, 29 November 2007
Besok, 1 Desember diperingati hari AIDS sedunia. Masyarakat dunia perlu memperingatinya karena saat ini AIDS menjadi salah satu momok bagi masyarakat. AIDS, meski sudah dicap sebagai penyakit kotor, penyebarannya sudah sangat serius.
 
Masyarakat yang tidak berdosa bahkan janin yang masih dalam kandungan pun ikut menderita seumur hidup terinveksi AIDS yang saat ini belum ditemukan obatnya.

Jika melihat kasus penderita AIDS di Indonesia sungguh sangat memprihatinkan. Menteri Kesehatan melaporkan 8% kasus AIDS di Indonesia menimpa penderita usia produktif yaitu usia antara 15 sampai 49 tahun. Jumlah kasus AIDS sendiri sudah mencapai 9.689 kasus. (Kompas Cyber Media, 14 November 2007).
 
Sebagai bagian dari peringatan itu, di Indonesia diadakan Pekan Kondom Nasional, tanggal 1 sampai 8 Desember mendatang. Ada kampanye penggunaan kondom disertai dengan pembagian kondom gratis, stiker dan penyampaian materi edukasi di tempat-tempat umum.
 
Kampanye ini dimaksudkan untuk mencegah penularan AIDS di masyarakat. AIDS memang tidak hanya menular melalui hubungan seksual, terbesar disebabkan penggunaan jarum suntik yang tidak steril dari aktifitas penggunaan narkoba. Tetapi kasus penularan AIDS melalui hubungan seksual menunjukkan peningkatan.
 
Timbul perdebatan dalam pelaksanaan kampanye penggunaan kondom ini. Ada aspek moral yang melingkupinya. Bagi masyarakat yang tidak mendukung, kampanye penggunaan kondom dinilai dapat mendorong bertumbuhnya prostitusi dan seks bebas. Pria hidung belang yang suka jajan dan pekerja seks komersial akan merasa lebih aman. Juga bagi mereka yang menjadi budak nafsu akan lebih leluasa menyalurkan hasratnya.
 
Yang mendukung, melihat kenyataan yang ada bahwa penyebaran AIDS di Indonesia sudah pada tingkat yang serius. Untuk itu penyebarannya harus segera dicegah agar tidak semakin banyak korban.
 
Kedua kubu saling bertentangan dengan argumennnya masing-masing.
 
Sebenarnya, keduanya tidak harus bersitegang. Saya melihat ada satu kunci yang bisa menjadi tujuan bersama, yaitu "melindungi masyarakat". Yang pro dan kontra sama-sama menginginkan masyarakat Indonesia menjadi baik, bermoral dan terhindar dari penyakit yang mematikan itu.
 
Kalau berangkat dari tujuan itu, saya kira mereka bisa duduk bersama, menyatukan langkah dan berpikir bersama bagaimana mencapai tujuan itu berdasar pada keahlian dan ketrampilan msing-masing.

Semua harus berangkat pada kenyataan yang ada, tidak berdasarkan ego kelompok atau berpijak hanya pada kepentingan satu pihak saja. Yang lebih diutamakan adalah kepentingan masyarakat dan melindungi generasi muda.

Bisakah hal ini dilakukan, atau hanya impian yang mustahil diwujudkan?

12 komentar:

12duadua © 2014