
Menarik sekali tulisan dalam baliho itu, "PEMIMPIN SEJATI ADALAH PELAYAN RAKYAT". Gambarnyapun menarik, seolah-olah mengatakan kalau ingin menjadi gubernur harusnya mau menjadi pelayan rakyat. Arti pelayan pun dianalogikan sebagai tukang sapu dengan pakaian yang sederhana.
Kalau kesadaran ini memang benar dipunyai oleh calon gubernur itu saya salut padanya dan saya akan memilih dia seandainya saya punya hak pilih disana.
Pemerintahan diadakan karena ada kebutuhan dan keperluan rakyat yang harus diurus dan dicukupi. Kalau rakyat bisa mengurus kebutuhan dan keperluannya sendiri tidak ada gunanya pemerintahan didirikan. Rakyat mengumpulkan uang dengan membayar pajak untuk menggaji pejabat dalam pemerintahan. Sama artinya dengan seorang majikan yang menggaji para pembantunya. Nah kalau pemimpin pemerintahan sadar akan hal itu dia memang seorang pemimpin sejati.
Tapi benarkah baliho itu berangkat dari kesadaran seorang calon pemimpin? Nanti dulu. Masa kampanye adalah masa tebar pesona. Janji-janji indah ditebar dimana-mana. Seolah-olah semua masalah akan selesai tuntas kalau rakyat memilihnya.
Indonesia tercinta ini akan bebas dari masalah jika para pemimpin itu memenuhi janjinya saat kampanye. Jakarta bebas banjir dan macet. Pendidikan gratis. Kesehatan bagi semua rakyat terjamin. Kesempatan kerja akan terbuka luas. Pengangguran dan kemiskinan akan tuntas tas tanpa sisa.
Tapi kita bisa lihat dan rasakan bersama, bagaimana janji-janji kampanye itu terlupakan begitu saja. Rakyat juga sudah pesimis, siapa saja yang akan terpilih tetap saja mereka hidup dalam kesusahan.
Kalau memang benar pemimpin sejati itu adalah pelayan, lebih pengalaman mana calon gubernur itu dengan para TKI yang sudah bertahun-tahun menjadi pelayan bagi majikannya?
6 komentar: