Pages

Sabtu, 31 Desember 2011

Waktu

Sabtu, 31 Desember 2011
Seorang Ayah memegang pundak anaknya dan berkata, "Anakku, barusaja kita melewati pergantian tahun, suatu tanda bahwa waktu tetap berjalan dan akan terus berjalan, berhati-hatilah agar tidak tergilas olehnya."

Jumat, 02 Juli 2010

Bergaul

Jumat, 02 Juli 2010

Saya membaca status seorang teman di situs jejaring sosial. Ia mengutip kitab Bughyah al-Mustarsyidin, salah satu kitab rujukan kyai-kyai Nahdatul Ulama karya Al-Hadrami.

Seorang tidak akan melakukan delapan hal kecuali Allah akan memberinya delapan hal pula. Kalau ia banyak bergaul dengan orang kaya, maka timbul dalam hatinya kesenangan terhadap harta. Kalau ia akrab dengan orang miskin, maka timbul dalam hatinya rasa syukur dan qana’ah. Kalau ia berteman dengan penguasa, maka timbullah rasa sombong.

Temanya menarik, tentang pergaulan. Disadari atau tidak, lingkungan pergaulan turut membentuk karakter kita. Bahkan teman-teman sepergaulan menunjukkan identitas diri seseorang. Jika ingin mengetahui siapa dia, lihatlah siapa teman-temanya.

Namun, rasanya kurang pas jika ajaran Al-Hadrami tersebut dimaknai sebagai anjuran untuk pilih-pilih teman. Misalnya dalam kalimat, “Kalau ia banyak bergaul dengan orang kaya, maka timbul dalam hatinya kesenangan terhadap harta.” Jika dimaksudkan anjuran untuk pilih-pilih teman, ajaran ini seolah-olah melarang kita bergaul dengan orang kaya, karena akan menjadikan kita senang terhadap harta.

Pertanyaan yang muncul kemudian, apakah semua orang kaya itu senang harta? Jika benar, apakah senang harta itu sesuatu yang buruk?

Ketika merenungkan pertanyaan-pertanyaan itu saya teringat, beberapa waktu lalu saya tertarik mengetahui kisah Warren Buffett, investor nomor wahid sejagad dan salah satu orang terkaya di dunia. Saya tertarik karena dia seorang yang bersahaja. Ia bukan tipe pebisnis yang mengandalkan kejelian melihat kekurangan orang lain dan mengambil untung darinya. Meski ia bermain saham, tapi ia bukan spekulan yang membeli disaat harga rendah dan menjualnya saat harganya melonjak.

Ia tidak akan membeli saham sebuah perusahaan jika produknya tidak dikenal betul. Tidak heran jika tidak satu pun saham perusahaan dotcom yang dimilikinya, karena ia tidak mengenal bisnis dotcom. Ia akan membangun perusahaan yang sahamnya dia beli sehingga perusahaan tersebut memunyai nilai tambah. Otomatis, nilai sahamnya juga akan bertambah. Di situlah ia mendapat untung. Karena gayanya itu, ia dijuluki pembeli bisnis, bukan pembeli saham.

Ada salah satu sifatnya yang menurut saya sesuai dengan tema ini. Dia orang kaya yang sederhada dan tidak pelit. Meski mampu membeli istana, tapi dia tetap tinggal di rumah yang dibelinya 40 tahun yang lalu. Ia sudah merasa cukup dengan itu.

Lalu, kemana uang-uangnya? Dia punya janji, setelah meninggal ia akan mendermakan hartanya. Namun, janji itu ia penuhi lebih cepat. Pertengahan 2006, ia menyumbangkan  sebagian besar sahamnya di Berkshire. Total sumbangannya waktu itu senilai US$ 31 milliar, jika dirupiahkan kurang lebih 300 trilliun.

Buffet merupakan salah satu bukti, menyenangi harta dan menjadi kaya bukanlah hal yang buruk. Bila kita membaca sejarah, sahabat-sahabat dulu juga banyak yang kaya raya, hartanya melimpah, ternaknya ribuan. Namun, kesenangannya terhadap harta tidak mengalahkan kecintaannya pada upaya memperjuangkan nilai-nilai Islam.

Karena itu, saya lebih suka memahami ajaran Al-Hadrami diatas sebagai rambu-rambu agar kita berhati-hati dalam bergaul. Berhati-hatilah bergaul dengan orang kaya, bisa-bisa kamu senang terhadap harta, bahkan melebihi orang kaya itu, sehingga kesenangan itu membuatmu lupa segalanya. Bergaullah dengan orang kaya untuk belajar bagaimana ia menggunakan potensinya mencapai kemakmuran dunia. Kemudian bersyukurlah atas apa yang kamu peroleh, karena disekitarmu masih banyak orang-orang yang lebih buruk keadaanya dibanding kamu.

Rabu, 30 Juni 2010

Kepedulian terhadap Risiko

Rabu, 30 Juni 2010
Menarik sekali sentilan kartun majalah Tempo edisi 28 Juni – 4 Juli 2010. Dalam kartun itu tertulis, “baru elpiji udah booom, apalagi nuklir”. Sindiran setengah mengejek itu sungguh tepat. Sejak dicanangkannya konversi energi dari minyak tanah ke gas elpiji, sering kita dengar berita, tabung gas meledak. Di Jakarta saja puluhan kasus terjadi selama empat bulan pertama tahun 2010.

Mari kita tengok data dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta. Dari Januari sampai April 2010 terjadi 205 kali kebakaran, 28 kasus diantaranya disebabkan oleh tabung gas elpiji tiga kilogram yang meledak.

Sangat sulit mengurai permasalan ini. Banyak analisa dikemukakan, mulai dari kurang berkualitasnya tabung gas yang beredar sampai dugaan adanya pihat-pihak yang memalsukan tabung gas. Terlepas dari apa penyebabnya, harus kita akui, ternyata kita memang belum siap dengan program konversi ini.

Ternyata, perubahan bukan hanya masalah teknis, menyalurkan gas elpiji ke masyarakat dan mengurangi stok minyak tanah, kemudian masalah selesai. Ada soal budaya di situ. Penggunaan gas elpiji memerlukan kehati-hatian dan kedisiplinan yang lebih dibanding minyak tanah. Bila ceroboh risikonya akan lebih besar.

Kepedulian terhadap risiko ini yang tampaknya kurang digarap dalam program itu. Tidak untuk menakut-nakuti tapi menjamin keselamatan. Misalnya di setiap desa ditugaskan seorang penyuluh, seperti penyuluh pertanian, yang tugasnya memastikan bahwa masyarakat benar dan mengikuti prosedur penggunaan kompor gas. Ia bisa juga menjadi rujukan bila masyarakat ada yang ragu-ragu apakah peralatan yang digunakan sudah memenuhi standar atau belum.

Lebih jauh lagi, ia menjadi pendeteksi dini jika ada pihak tertentu yang melakukan kecurangan, misalnya memasulkan tabung gas, menyuntik atau mengurangi isi gas, dan lain-lain.

Sentilan kartun majalah Tempo itu benar, jika kepedulian terhadap risiko masih seperti sekarang ini, rawan sekali jika rencana pengadaan energi nuklir itu dilaksanakan. Jika tetap dipaksakan, bahanya melebihi tabung gas yang meledak.

---------
Gambar pinjam dari sini
Sumber data dari Elpiji Meledak, Pertamina Salahkan Selang Bocor

Sabtu, 05 Juni 2010

Adhitia Sofyan (Cara Baru Jualan Musik)

Sabtu, 05 Juni 2010

http://adhitiasofyan.wordpress.com/
Mungkin cara inilah yang paling efektif melawan pembajak musik, merelakan sebuah karya diunduh, diedarkan, bahkan dibajak sekalipun.

Melalui sebuah blog, saya mengenal Adhitia Sofyan. Saya suka lagu-lagunya, tapi yang membuat saya salut, karyanya boleh disebar tanpa takut dengan tuntutan hak cipta. Bagaimana dia mendapat hasil jerih payahnya? “Album pertama saya di-download tiga ribu orang dalam dua hari pertama dan itu gratis. Saya cari uang lewat gigs,” katanya

Jumat, 28 Mei 2010

Kita yang Kreatif, Produsen Mobil yang Sebel

Jumat, 28 Mei 2010
Saya pernah mendengar cerita bahwa produsen mobil sangat jengkel pada orang Indonesia. Masalahnya, orang Indonesia itu sangat kreatif. Suku cadang mobil yang seharusnya diganti bisa berfungsi kembali berkat tangan-tangan trampil teknisi lokal kita. Pokoknya, selama suku cadang bisa diotak-atik, para teknisi lokal akan berusaha sebisa mungkin untuk tidak mengganti dengan yang baru.

Akibat kreatifitas mengutak-atik itu, permintaan suku cadang baru tak sebanyak jumlah yang seharusnya. Otomatis, pendapatan produsen tak sesuai dengan yang diharapkan.

Tentu, cerita yang saya dengar itu hanya sekedar desas-desus, boleh juga disebut kabar burung yang tak bisa dipertanggungjawankan kebenarannya.

Namun, masuk akal sekali jika cerita tersebut memang benar. Mengganti suku cadang memerlukan biaya yang tidak sedikit. Kadang jauh lebih mahal dibandingkan me-reuse suku cadang tersebut. Kalau masih bisa digunakan, mengapa harus diganti. Kalau bisa menekan biaya, mengapa harus mengeluarkan lebih. Begitulah kira-kira prinsipnya.

Para podusen mobil mungkin akan lebih jengkel lagi jika mereka melihat bengkel di pelosok-pelosok Indonesia. Mereka lebih gila lagi, apa yang tidak bisa ditangai oleh teknisi di kota, ternyata bisa diselesaikannya.

Saya pernah menyervis mobil di bengkel sekitar Jakarta. Ada suku cadang yang divonis harus diganti. Saya tanya berapa biayanya. Ternyata mahal sekali. Saya memutuskan untuk membiarkannya dulu, nanti kalau sudah cukup dana baru diganti.

Tak lama setelah itu, saya pulang kampung. Saya menceritakan kerusakan itu kepada bapak saya. Kemudian, Bapak mengantar saya ke bengkel langganannya. Saya tercengang, ternyata suku cadang yang seharusnya diganti itu bisa berfungsi kembali dengan baik, dan biayanya sepuluh kali lebih murah dibanding kalau harus diganti.

Kreatifitas memang senjata yang ampuh. Dengan itu kita bisa memunyai kekuatan yang sangat dasyat.

Namun, untuk kreatifitas dalam urusan service-menyervice harus ditambah catatan, "perlu perhatian lebih pada suku cadang yang menyangkut keselamatan berkendara, jangan sampai kreatifitas itu justru menimbulkan bahaya."

Selasa, 11 Mei 2010

Museum Wayang, Indah tapi Kurang Menarik

Selasa, 11 Mei 2010
Saat teman mengajak ke Museum Wayang, saya bersemangat. Terik matahari tak jadi masalah. Saya membayangkan akan mendapat pengalaman yang mengesankan. Terus terang, baru siang itu saya tahu ada Museum Wayang, makanya saya penasaran.

Sampai di depan pintu masuk, penasaran saya bertambah. Pintunya begitu apik. Museum ini terletak di kawasan cagar budaya Museum Fatahilah. Bangunannya khas bangunan zaman Belanda, besar dan kokoh.

Setelah membayar tiket masuk yang hanya dua ribu, kami menyusuri ruangan demi ruangan, melewati lorong-lorongnya. Kami takjub dengan apa yang terpajang di etalase maupun di dinding-dinding. Sebuah karya seni yang sungguh indah.

Saya ingat pernah menulis tentang wayang di suatu media. Bentuk wayang yang sedang kami nikmati ini merupakan hasil kompromi antara larangan menciptakan bentuk menyerupai manusia dan keinginan penciptanya membuat karakter manusia.

Wayang memang diciptakan untuk menggambarkan berbagai macam karakter manusia. Interaksi antar karakter itu kemudian digunakan untuk menyampaikan suatu pesan. ”Mana Janaka,” kata teman saya mencari tokoh Pandawa yang sering dijadikan idola itu. Teman saya yang satunya lagi tak henti-hentinya mengagumi keindahan bentuk dan ukiran wayang.

Saya juga sangat menikmati kunjungan ini. Namun, saya merasa ada yang kurang. Mengapa tempat yang menampung karya-karya indah ini tak membuat saya tertarik berkunjung lagi? Kenikmatan yang saya rasakan selesai begitu saja saat keluar museum. Harusnya, saya membawa setumpuk cerita yang bisa saya bagi-bagikan. Syukur lagi bisa menyerap pesan dari penggambaran masing-masing karakter wayang. Akan menjadi luar biasa.

Saya mengira-ira. Mungkin museum ini kurang menarik karena hanya sekedar memajang benda-benda, tak banyak yang saya peroleh selain keindahan. Akan lain apabila selain berjalan-jalan ada yang bercerita, menjelaskan siapa karakter yang sedang dilihat dan apa relevansinya dengan kehidupan sekarang. Apalagi kalau pengantar tersebut seorang dalang dan bisa menunjukkan keahliannya menghidupkan karakter itu.

Saat kami akan keluar, saya melihat beberapa turis sedang melihat-lihat souvnir. Tak tahu, apakah mereka memunyai pengalaman yang sama seperti saya, tapi kelihatannya mereka begitu antusias, semoga saja ada yang bisa mereka ceritakan setelah kembali ke negaranya.

Kamis, 15 April 2010

SurveyGizmo [Anda bisa survey meski bukan Lembaga Survey]

Kamis, 15 April 2010

http://www.surveygizmo.com
Menjelang makan siang, ponsel saya bergetar, ternyata istri saya yang menelpon. "Yah, tolong buatin survey online, kata Vic (teman istri saya) bisa lewat surveygizmo.com".

Saya langsung mengetik alamat itu ke browser di layar monitor. Untuk bisa memanfaatkan fasilitasnya saya harus mendaftar. Ternyata ada yang free account.

Your Account is Perfect for:
- Conducting Research
- Senior thesis research
- Dissertation research
- Test marketing & viability of new ventures
- Classwork
- Group projects
- Marketing Research & Consumer Behavior class
- Psychology & Sociology classes
- For Fun
- Poll friends to decide where to go for Happy Hour
- Create party RSVP forms
- Vote anonymously on club officers

Oke, saya langsung coba bikin kuesionernya. Tak terlalu lama, survey online sudah jadi. Silahkan kalau teman-teman ingin melihat, klick saja di Surve Sosial dan Kebijakan. Sekalian saja kalau berkenan mengisi.
12duadua © 2014