
Rating: | ★★★★ |
Category: | Movies |
Genre: | Education |
Di sisi yang lain, anak mempunyai keinginan dan minat. Mempunyai teman dan sahabat sendiri yang terkadang tidak sesuai dengan kriteria orang tuanya. "Jaman sudah berubah, anak muda harus ikut perubahan," katanya. Sosok orang tua adalah sosok yang kuno, kolot dan kaku. Sulit sekali menerima perubahan jaman.
I Not Stupid, sebuah film lama, drama komedi produksi Singapura, memberi gambaran pertentangan itu. Tiga orang sahabat, Kok Pin, Boon Hock dan Terry Khoo, mempunyai nasib yang mirip. Ketiganya mendapat tekanan dari keluarganya masing-masing untuk mendapat prestasi akademis yang tinggi. Padahal sangat berat bagi mereka untuk mencapainya. Selain karena kemampuan mereka yang pas-pasan, lingkungan dimana mereka tinggal tidak mendukung untuk mencapai prestasi itu.
Kok Pin, payah sekali kemampuan berhitungnya. Usaha sekeras apapun, nilai matematikanya tidak bisa melewati angka 5. Sampai ibunya putus asa dan menggunakan kekerasan saat mendampinginya belajar matematika. Lengannya dipukul dengan rotan jika ia sulit mengerti apa yang diajarkan ibunya. Ia pun harus menyiapkan lengannya kembali jika pulang dengan membawa hasil test yang jelek.
Sebenarnya ia pandai sekali menggambar dan punya bakat dibidang itu. Tetapi ibunya tidak mau menerima, menggambar tidak bisa diandalkan untuk menghadapi masa depan kata ibunya.
Boon Hock lahir dalam keluarga yang kurang mampu. Setiap hari ia harus membantu melayani para tamu di restoran milik keluarganya. Ditambah lagi kewajiban mengurus adiknya yang masih balita. Sangat sedikit sekali waktunya untuk belajar.
Sebaliknya, Terry Khoo adalah anak seorang pengusaha sukses. Orangtuanya super sibuk. Waktu dan pikiran orang tuanya lebih banyak digunakan untuk mengurusi bisnis. Urusan anak menjadi tanggung jawab ibunya yang sayangnya juga sibuk berbisnis. Anak hanya dibekali aturan-aturan yang harus dipatuhi. Semua kegiatan anak harus sepengetahuan orang tua dan segala urusan anak harus diputuskan orang tua. Karena itu Terry menjadi anak yang lemah, kurang percaya diri dan tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri.
Kemudian muncullah Cheryl Chan sebagai wali kelas EM3 yang baru. EM3 adalah level terendah dalam sistem pendidikan di Singapura. EM3 berisi anak-anak yang mempunyai nilai akademis yang rendah, termasuk nilai matematika dan bahasa Inggris.
Dalam pertemuan pertama dengan anak-anak kelas EM3, Chery Chan mengatakan, "dulu saya juga mempunyai nilai matematika yang rendah seperti kalian. Kemudian saya berusaha mengenal matematika lebih dekat dan mendalam. Lama kelamaan menjadi suka dan akhirnya nilai matematika saya menjadi bagus."
Ia melanjutkan, "sebenarnya ketika saya mendapat nilai matematika yang bagus, bukan matematika yang saya taklukkan, tetapi diri saya sendirilah sebenarnya yang saya taklukkan."
Kata-kata Cheryl itu membuat motivasi Boon Hock dan Terry berkobar. Keduanya berusaha mengenal matematika. Mereka belajar bukan hanya karena ingin mendapat nilai bagus, tapi juga ingin mengenal matematika lebih dekat dan mendalam sekaligus inging menaklukkan diri mereka sendiri.
Sementara, Kok Pin tetap saja mendapat nilai yang rendah. Ia merasa bersalah tidak bisa membuat ibunya senang. Lebih sedih lagi, usia ibunya diperkirakan tinggal 3 bulan lagi. Leukimia yang diderita ibunya semakin parah.
Kok Pin memberanikan diri menemui ibunya yang saat itu sedang terbaring lemah di rumah sakit. Dengan hujan air mata ia memohon maaf belum bisa menyenangkan ibunya. Rupanya ibunya sadar dan menerima keadaan anaknya, "melihat kamu berusaha keras, ibu sudah senang".
Keadaan tambah haru ketika Cheryl datang membawa kabar baik. Kok Pin mendapat juara kedua lomba menggambar untuk anak sekolah di Amerika Serikat. Rupanya secara diam-diam Cheryl mengirimkan karya Kok Pin untuk ikut lomba itu.
Diakhir cerita, ketiga sahabat tadi menyadari, meskipun tidak semua perkataan orang tua dapat mereka terima tetapi mereka yakin semua itu karena orang tua ingin mereka menjadi baik.
Film ini sangat tepat menjadi tontonan keluarga. Gaya komedinya sangat menghibur. Keharuan yang ditampilkan bisa membuat yang bersitegang merenung, menyadari kekeliruan dan memahami sikap dan posisi masing-masing.




6 komentar: