Pages

Kamis, 27 Desember 2007

Harta yang sangat berharga itu bernama Kepedulian

Kamis, 27 Desember 2007
Entah akan seperti apa nasib para korban banjir di kotaku jika diantara mereka tidak ada rasa peduli antar sesama. Mungkin akan banyak korban jiwa berjatuhan. Yang berada di atap rumah hanya bisa berharap-harap cemas air akan surut atau malah meninggi atau rumah yang ada dibawahnya akan roboh diterjang arus yang begitu deras.

Alhamdulillah, masih ada para tetangga yang rela berendam dari subuh sampai menjelang maghrib untuk mengevakuasi para korban yang terjebak di rumahnya. Dengan modal nekat mereka berenang, dengan alat seadanya, menghampiri satu persatu korban tanpa peduli dulunya saling berseteru atau bermusuhan. Tanpa ditanya anak siapa atau saudara siapa. Yang paling penting mereka bisa selamat.

Rumah-rumah yang temboknya menghalangi arus air, rela untuk dijebol. Ganti rugi? Wah sudah tak terpikirkan lagi, yang penting banjir segera surut dan penderitaan segera berlalu. Yang rumahnya tidak terkena banir, melebihkan menanak nasi dan membungkusnya untuk dibagikan kepada mereka yang tidak sempat menanak.

Kepedulian membawa kita pada persaudaraan, rasa welas asih dan saling berbagi. Beban korban bencana akan sedikit terkurangi karena ada sesamanya yang mempunyai rasa peduli.

Tetapi yang lebih penting adalah kepedulian agar banjir tidak terjadi lagi. Kepedulian ini menyentuh jauh kepada masyarakat di puncak gunung sana. Agar tidak menggunduli hutan sehingga air hujan yang jatuh bisa tertahan akar-akar pohon. Air hujan yang langsung masuk ke sungai akan berubah menjadi aliran yang deras dalam volume yang banyak. Banjir bandang pun tak terelakkan.

Kepedulian yang membuat setiap orang yang akan menebang pohon berfikir terlebih dahulu apakah perbuatannya akan menyengsarakan saudaranya yang jauh di sana. Kepedulian yang juga membuat orang yang akan membuang sampah di sungai bertanya, akankah sampah ini menyumbat aliran sungai?

Banjir kemarin juga akibat hujan lebat yang turun mulai jam satu siang sampai jam 3 pagi. Hampir seluruh wilayah Ponorogo mendapat bagian hujan lebat itu. Seumur hidupku, belum pernah mengalami hujan yang seperti itu. Banjir besar ini pun, seingat Bapak, baru pertama kali terjadi. Biasanya hanya semata kaki, paling besar sebatas lutut. Tapi kali ini sampai menenggelamkan rumah.

Sepertinya iklim sudah berubah, musim sulit ditebak. Hujan dan badai semakin sering terjadi. Kata para pakar, perubahan iklim terjadi karena pemanasan global yang terjadi karena ulah manusia. Industrialisasi dan penebangan hutan menjadi penyebab utamanya. Juga karena pembakaran bahan bakar fosil dari kenalpot kendaraan.

Nah, kepedulian tidak hanya dituntut dalam lingkup lokal, tetapi juga dalam lingkup global. Kepedulian menjadi harta yang sangat berharga bagi keselamatan kita semua yang hidup dalam bumi yang sama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

12duadua © 2014