Membaca catatan Dahlan Iskan saat menjalani proses transplantasi hati memang sangat menarik. Selain gaya bahasanya yang ringan, juga ada banyak pelajaran dan pengetahuan yang didapat.
Ada yang mencemooh, mengapa pengalaman yang "biasa" seperti itu dimuat di Jawa Pos sampai berseri-seri. Apa hanya karena ia pemimpin Jawa Pos sehingga tulisan-tulisan itu terus dimuat setiap hari. Coba kalau orang lain yang menulis, tentu banyak pertimbangan untuk dimuat di harian itu sekali terbit saja.
Tapi banyak juga yang sangat senang dengan tulisan itu. Termasuk dari istri almarhum Nurcholis Majid yang sangat berterima kasih karena dalam salah satu serinya menjelaskan ketidakbenaran fitnah yang ditujukan kepada Cak Nur.
Mengetahui banyak yang merespon positif, Jawa Pos menerbitkan 33 seri catatan Dahlan Iskan itu dalam sebuah buku. Judulnya "Ganti Hati". Luar biasa, hanya dalam waktu seminggu 30 ribu cetakan pertama sudah ludes.
Rabu kemarin, Dahlan Iskan menulis kembali di harian yang sama, kini tentang "Kinerja 100 Hari Kabinet Organ setelah Ganti Hati".
Yang menarik, ia mengisahkan banyak teman-temannya yang mengingatkan, bahkan mengancam bos Jawa Pos itu untuk tidak terlalu percaya diri karena merasa sudah sehat seperti orang normal lagi: jangan over convident!, kata teman-temannya
Kemudian ia bertutur, "over convident" adalah musuh tingkat kedua dalam miniti jalan sukses hidupnya. Musuh tingkat dua ini lebih sulit dihadapi dibanding musuh tingkat satu, "rasa takut". Menghadapi musuh tingkat satu sangat mudah katanya, musuh ini tidak sakti. Banyak orang yang sudah sangat mahir mengalahkan rasa takut. Hanya sebagian kecil saja yang gagal.
Ketika sudah bisa mengatasi rasa takut, orang jadi percaya diri. Kesuksesan demi kesuksesan diraihnya. Ketika sudah sukses, banyak orang yang lupa diri dan merasa mampu yang berlebihan sehingga gagal meraih sukses lanjutannya. Percaya diri yang berlebihan menjadi musuh orang yang sukses.
Bagi yang berhasil mengalahkan musuh tingkat kedua, datanglah musuh tingkat ketiga yaitu "kekuasaan". Sebenarnya kekuasaan itu hasil dari kesuksesan yang didapat, tetapi kekuasaan akan menjelma menjadi musuh ketika orang lupa diri dan tidak pandai menggunakan kekuasaan itu. Orang yang gagal mengalahkan kekuasaan akan jatuh, akibatnya lebih sakit dibanding jatuh karena gagal meraih kesuksesan.
Semakin sedikit orang yang berhasil mengalahkan musuh yang ketiga ini. Yang sedikit itu biasanya menjadi orang yang selalu dihormati karena kebijaksanaannya. Kata-katanya menjadi petuah yang selalu dituruti banyak orang. Kebahagiaan menyertai perjalanan hidupnya. Tetapi, sedikit orang inipun akan menghadapi musuh yang sangat sakti, yaitu "umur".
Saking saktinya tidak ada satu orangpun yang bisa melawannya. Umur terus berjalan, mengurangi sedikit demi sedikit jatah hidup kita di dunia. Sampai suatu saat semua orang akan tunduk pada habisnya umur, alias mati. Hanya satu yang bisa dilakukan untuk menghadapinya, bukan melawan, yaitu mempersiapkan sebaik-baiknya menyongsong habisnya umur.
--------------------------------------------
Catatan Dahlan Iskan : "Kinerja 100 Hari Kabinet Organ setelah Ganti Hati" dapat dibaca di sini.
15 komentar: