
Jumlah itu masih lebih kecil dibandingkan tahun yang lalu. Sebanyak 354 orang meninggal saat mudik lebaran tahun 2006.
Meski jumlahnya menurun angka 322 itu bukan angka yang kecil untuk ukuran nyawa. Satu nyawapun bisa sangat berarti bagi keluarga yang ditinggalkannya, apalagi kalau yang meninggal tersebut adalah tumpuan hidup seluruh anggota keluarga.
Tetapi kurang bijaksana jika karena alasan tersebut kita melarang orang untuk mudik saat lebaran. Mudik tidak hanya menjalankan tradisi bersilaturahmi. Lebih dari itu, bagi sebagian orang, mudik adalah wujud tanggung jawab seorang anak untuk berbakti kepada orang tua.
Banyak yang terjadi selama setahun dalam rumah tangga yang hanya dihuni oleh satu atau dua orang yang sudah lanjut usia. Banyak masalah juga yang dialami mengiringi hari-hari yang dijalaninya. Kehadiran anak menjadi harapan untuk menghapus keletihan hidup. Syukur kalau bisa membantu menyelesaikan masalah meski hanya menyumbang pikiran dan dorongan semangat.
Ditambah dengan alasan-alasan mudik yang lain dari sekedar untuk pamer kesuksesan sampai karena ingin menjenguk sanak saudara yang sudah berpuluh tahun ditinggalkannya, kita bisa memahami mengapa setiap tahun terjadi arus mudik.
Meski dalam kondisi ekonomi yang pas-pasan, mereka selalu berusaha mudik setiap lebaran. Termasuk mengupayakan mudik dengan biaya yang semurah-murahnya. Ini yang menjadi salah satu sebab banyak pemudik yang menggunakan sepeda motor. Dari catatan Ditlantas Polri yang ditulis Kompas, ada 1,97 sepeda motor keluar Jakarta menjelang lebaran. Meningkat 0,17 juta dibanding tahun 2006 yang lalu.
Sepeda motor sebenarnya tidak direkomendasikan untuk perjalanan jauh (lebih dari 8 jam perjalanan). Apalagi jika berada dalam satu jalur dengan kendaraan besar, mobil dan truck, akan sangat membahayakan bagi pengendara sepeda motor sendiri.
Mudik tidak bisa dihilangkan dari budaya masyarakat yang masih menganut hubungan kekerabatan yang kuat seperti di Indonesia. Jumlah pemudik bisa berkurang dengan pemerataan ekonomi dan meningkatkan daya tarik di seluruh daerah sesuai dengan karakter ekonomi masing-masing daerah.
Tetapi untuk Indonesia keadaan itu sepertinya belum bisa tercapai untuk 10 atau 20 tahun mendatang. Mudik akan terus ada setiap tahun.
Kita patut bersyukur ada banyak pihak yang peduli mengurangi jumlah kecelakaan saat mudik. Ada yang menyediakan pos-pos informasi, ada yang membuat tempat-tempat peristirahatan sementara di sepanjang jalur mudik, ada juga yang menyewakan bus-bus untuk mudik murah atau gratis. Terlepas dari kepentingan dibalik itu, pemudik terbantu dengan program itu. Banyak pemudik yang memanfaatkan tempat yang tersedia untuk beristirahat sementara. Bus-bus mudik terisi penuh menyebar ke berbagai daerah.
Pemerintah melalui jajarannya di kepolisian juga sangat responsif melihat fenomena mudik. Beberapa kepolisian daerah mengadakan pengawalan bagi pemudik yang bersepeda motor secara berkelompok. Daerah rawah kecelakaan juga dijaga dan dipantau.
Yang belum bisa dilaksanakan dengan baik adalah bagaimana meningkatkan kepedulian pemudik sendiri. Tidak ugal-ugalan di jalan. Sadar akan peraturan lalu lintas. Sabar dalam berkendara. Dan bagi pengendara sepeda motor tidak membawa barang yang berlebihan.
Selama mudik masih terus berlangsung dan membudaya di masyarakat, kepedulian terhadap keselamatan diri dan orang lain sangatlah penting untuk mengurangi jatuhnya korban. Semoga ini bisa disadari oleh semua pihak, pemerintah, swasta dan pemudik sendiri.
3 komentar: