
Sunggu aku tidak pernah menduga. Di siang hari yang panas. Di tengah keramaian terminal. Dan di depan masjid. Aku mendapat pengalaman ini. Siang itu aku menunggu kakakku. Janjian bertemu jam 11. Masih satu jam lagi. Aku sengaja berdiri tepat di tengah halaman masjid yang bisa dilihat dari semua arah agar kakakku gampang menemukanku.
"Nunggu siapa Mas" kata lelaki yang datang kearahku.
"Teman" kataku.
Mulailah percakapanku dengannya. Dari basa-basi kenalan sampai pada pengakuannya yang sangat mengejutkan itu.
"Saya nunggu bojoku Mas, bojo lanang" ucapnya dalam dialek Surabaya yang kental.
"Bojo lanang, suami maksud Mas" setengah tidak percaya aku mengulanginya.
Ia mengangguk dan berterus terang mengatakan bahwa Ia seorang gay. Mungkin jaman sudah berubah. Menjadi gay bukan hal yang perlu ditutup-tutupi lagi. Aku teringat sebuah artikel yang mengatakan sudah dari sononya manusia itu tercipta menjadi gay atau lesbi. Karena itu, sebenarnya ada empat jenis manusia, selain laki-laki dan perempuan, ada dua jenis lagi, gay dan lesbi. Keempat jenis itu sudah terpetakan dalam kode-kode genetik manusia.
Tapi, bukan karena percaya dengan kesimpulan artikel itu aku mau ngobrol dengannya. Sebagai sesama manusia, aku harus memperlakukannya selayaknya manusia yang lain. Menghormati dan berusaha tidak menyinggung perasaannya. Akupun menyembunyikan kecanggunganku. Rasa penasaranku juga muncul. Ingin rasanya mengetahui, mengapa Ia lebih memilih laki-laki daripada perempuan. Dan pada saat yang tepat aku menanyakannya.
"Barang saya mati Mas" jawabnya.
Ia juga mengaku, barangnya sudah tidak berfungsi sejak kecil. Tapi, apakah hanya karena itu Ia menjadi gay ? Bukankan banyak orang yang bisa menyembuhkan kekurangannya itu ? Lihat saja iklan-iklan di koran, banyak yang menawarkan diri dengan caranya masing-masing. Dari cara yang sederhana menggunakan minyak oles sampai teknologi mutakhir layaknya dokter spesialis. Berarti tidak hanya karena itu kan ? Ada faktor-faktor yang lain.
Lalu faktor lain itu apa ? Pernah juga aku membaca. Dulu ada perdebatan yang sengit di kalangan ahli psikologi. Sebagian menyebutkan faktor genetislah yang mempengaruhi perilaku manusia. Ini membenarkan bahwa empat jenis manusia itu ada sejak awal penciptaannya. Sebagian yang lain tidak setuju dengan kesimpulan itu, yang paling menentukan adalah pola pengasuhan dan pengalaman yang diterima manusia di masa yang lalu. Jadi tidak benar manusia itu tercipta empat jenis.
Nah yang mana yang harus kuanut ? Belumlah sampai pada kesimpulan yang mana, aku dikejutkan lagi oleh kata-katanya. Dengan sedikit pelan Ia mengatakan,
"Mas ganteng lo, lebih ganteng dari bojoku"
Mekanisme pertahanan dalam diriku mulai memberi aba-aba. Lampu kuning tanda peringatan sudah menyala. Aku harus mencari cara, bagaimana menghindar darinya. Bukan, bukan karena aku tidak mau berteman dengannya. Aku tidak ingin kita berteman dengan cara itu. Meski tidak yakin Ia berbeda jenis denganku, aku mengerti mengapa Ia berperilaku seperti itu. tapi jangan paksa aku untuk bertindak seperti itu. Maafkan aku teman, terpaksa aku meninggalkanmu.
Gambarnya pinjam dari Sabin Corneliu Buraga
19 komentar: