Pages

Sabtu, 08 Oktober 2005

Sumbangan

Sabtu, 08 Oktober 2005


Dullah masuk warung Cak Khosim dengan muka cemberut sambil
menggerutu, "Orang gila, ditanya baik-baik kok marah-marah, kalo minta
sumbangan itu ya yang baik-baik, sopan gitu, jadi yang mau ngasih itu
iklhas"


"Dul-dul baru dateng sudah ngomel-ngomel, bikin ngopi gak nikmat
aja, kalo ada masalah itu nggak usah dibawa kemari, bikin orang lain
sumpek aja," Protes Suroso yang sudah lebih dahulu berada di situ.
"Orang itu siapa, jangan ngawur lho kamu."


"Gini lho So, tadi pagi aku didatangi orang, dia mau minta
sumbangan, katanya sumbangan untuk pembangunan masjid di pesantrennya,
sudah beberapa kali dia datang ke rumahku, hampir setiap bulan dia
nongol. Karena sudah beberapa kali datang aku nanya sama dia, sudah
sampai dimana pembangunan masjidnya kok belum selesai-selesai, ee dia
malah ngamuk, kalo nggak mau nyumbang yang jangan nanya macem-macem
gitu katanya"


"Trus kamu bilang apa Dul" tanya Suroso


"Nggak sempat bilang apa-apa, aku kaget setengah mati, tidak ngira
kalo dia seperti itu, waktu aku mau ngomong dianya sudah kabur" Dullah
mengatur nafasnya "Sebenarnya setiap kali dia datang pasti aku kasih
meskipun cuma lima ribu, kali ini aku penasaran benar nggak uangku itu
untuk membangun masjid, jangan-jangan dia makan sendiri"


"Kamu sih aneh-aneh Dul, kalo ngasih ya ngasih aja jangan nanya macem-macem"


"Kok kamu malah belain dia So, apa aku salah nanya seperti itu, kan
aku punya hak tau untuk apa uang sumbanganku, aku nggak mau terima kalo
digunakan yang nggak benar lagian sudah beberapa kali aku nyumbang"


"Sudah berapa kali Dul, jumlahnya berapa, paling-paing ndak cukup beli semen satu truk"


"Semakin lama kok omonganmu semakin nggak enak gitu So, jangan-jangan itu keponakanmu ya, pantas aja kalo memang keponakanmu"


"Apa kamu bilang"


"Sudah-sudah, kok malah kalian yang bertengkar" Cak Khosim keluar
dari dapur "Bener Dul kalo memang niat mau ngasih ya ngasih aja jangan
berfikir yang macem-macem, jangan suudhon, kalo ada orang yang meminta
bantuan kewajiban kita memberi bantuan, termasuk jika ada orang yang
meminta sumbangan, kewajiban kita cuma sampai memberi sumbangan,
masalah untuk apa sumbangan yang kita berikan itu urusannya yang
meminta, kalo nggak bener yang tanggung jawab dia sendiri, bukan
tanggung jawabmu"


"Bener kan Dul, wuek..." Suroso mengejek.


"Tapi kalo kita nggak percaya sama orang itu gimana Cak, siapa orangnya yang mau dibohongi" Dullah membela


"Kemampuan itu bukan cuma diukur dari punya atau tidaknya uang,
tetapi juga dari mampu ndak kita mengiklaskannya, termasuk ikhlas untuk
dibohongi itu, kita kan tidak tau, jangan-jangan cuma pikiran kita yang
terlalu negatif pada orang itu, kecuali kalo kita tau pasti orang itu
memang berniat gak bener"


"Tapi orang itu kan nggak bener juga, ditanya baik-baik eee malah marah-marah, ya kan Cak"


"Bener Dul, kalo kamu nanyaknya baik-baik ya nggak papa, tapi kali
nanyakmu bernada menuduh, itu yang masalah, ya sudah jika orang itu
lewat mari kita tanya baik-baik, kalo bener untuk pembangunan masjid
mari kita bantu nyariin sumbangan, tapi kalo ndak bener mari kita
sadarkan sama-sama"


Disela pembicaraan itu tiba-tiba ada orang yang masuk dan langsung
menyodorkan map berwarna hijau pada Cak Khosim "Maaf Pak, saya mau
minta sumbangan untuk pembangunan masjid"


"Naaaa......h" teriak Dullah







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

12duadua © 2014