
Setelah pulang kampung temanku bercerita tentang orang tuanya yang
seorang petani. Dalam sebuah perbincangan temanku menyarankan kepada
orang tuanya untuk berhenti saja menggarap sawah, tidak ada gunanya,
malah merugi. Biaya dan tenaga yang dikeluarkan tidak sesuai dengan
hasil yang didapat ketika panen. Lebih baik sawah dijual saja.
"Aku
ini petani, Nduk. Petani itu kerjanya ya menggarap sawah, tidak peduli
itu untung atau rugi. Kalo petani sudah tidak mau menggarap sawah, dari
mana kita makan ? jawab orang tuanya.
Jawaban orang tua temanku
membuat aku jadi gelisah. Jika dilihat dari teori ekonomi jelas itu
tidak dibenarkan. Usaha yang dihasilkan harus lebih besar dibandingkan
modal yang dikeluarkan, sehingga usaha yang kita kerjakan dapat
berkembang. Begitu kata teori ekonomi. Jika memang usaha yang kita
kerjakan sudah tidak memungkinkan untuk memberi keuntungan dan tidak
berkembang hendaknya kita cepat berubah mencari usaha lain yang
mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mendapat keuntungan.
Jangan malas untuk berusaha dan mencari terobosan baru, masih banyak
usaha lain selain menjadi seorang petani.
Terbersit juga dalam
pikiranku sisi yang lain diluar teori ekonomi tadi. Ketulusan dia
mengabdi pada pekerjaannya dan kecintaannya menggarap sawah yang sudah
berpuluh-puluh tahun menjadi sahabatnya setiap hari, membuatnya
bertahan untuk tidak menjual sawahnya. Ada sesuatu yang lebih besar
yang didapatkannya selain materi dan uang. Hidup kitakan tidak melulu
materi dan uang. Rejeki itukan pemberian Tuhan dan pasti tidak akan
tertukar.
Mana yang harus dipilih ?? Entahlah, saat ini aku
belum mempunyai alasan untuk condong pada salah satu sisi dan otomatis
aku tidak dapat membenarkan atau menyalahkan salah satunya.
Idealnya,
selain ketulusan dan kecintaan pada pekerjaan juga mendapat keuntungan
dari pekerjaan itu sehingga kita bisa berkembang. Itu mah jangan
diomongkan !!!!!!!!!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar