
Disela-sela membantu Cak Khosim, bapaknya, Sarjan membaca jurnal ilmu pengetahuan yang kemarin diperolehnya dari internet.
"Dik Sarjan, sedang baca apa, kok serius banget ?" tanyak Dullah pelanggan setia warung Cak Khosim
"Ini Pak, jurnal tentang bagaimana membuat tempe yang enak "
"Coba pinjam, kelihatannya menarik, buat tempe aja kok dibuat tulisan seperti itu ?"
Dullah
membolak-bailk beberapa lembar kertas yang diberikan Sarjan padanya.
Setelah beberapa lama kerutan di dahinya nampak jelas, kelihatan ia
sedang berfikir. Lalu kertas itu dibolak-balik lagi, lembar demi lembar.
"Dul-dul,
kayak orang pinter aja kamu, baca sambil mikir, emang kamu tahu apa
isinya" hardik Suraso yang duduk di sebelah Dullah.
"Tahu sih tahu, ini cara membuat tempe So, tapi tulisannya kok pakek bahasa planet gini"
"Itu bahasa Inggris Pak " saut Sarjan sambil mesem.
"Semprul kamu Dul, bilang aja gak mudeng, gitu pakek berlagak, SD aja gak tamat mau ngerti bahasa Ingris"
"Iya Dik Sarjan, kenapa pakek bahasa Ingris, emang yang bahasa Indonesia gak ada ?" tanya Dullah.
"Soalnya
yang nulis orang Inggris Pak. Kebanyakan jurnal-jurnal ilmu pengetahuan
ditulis oleh orang Inggris. Buku-buku kuliah Sarjan dulu semuanya juga
pakek bahasa Ingris. Sekarang ini bahasa Inggris sudah menjadi Bahasa
Ilmu Pengetahuan. Jadi setiap orang yang ingin belajar Ilmu Pengetahuan
harus bisa bahasa Inggris"
"Siapa yang menetapkan bahasa Inggris menjadi bahasa Ilmu Pengetahuan Dik, itukan namanya menangnya sendiri" protes Suroso
"Tidak
ada yang menetapkan Pak. Itu terjadi karena literatur-literatur Ilmu
Pengetahuan banyak yang ditulis oleh orang yang kebetulan menggunakan
bahasa Inggris. Selain bahasa Inggris, bahasa Jerman juga menjadi
bahasa Ilmu Pengetahuan, khususnya dalam ilmu teknik. Saat ini bahasa
Jepang dan China juga mulai berkedudukan sama dengan bahasa Ingris dan
Jerman"
"Terus apa bahasa Indonesia, bahasa kita ini, tidak bisa
mempunyai kedudukan yang sama dengan bahasa-bahasa itu ?" kata Suroso
lagi.
"Sebenarnya bisa Pak. Dulu bahasa Indonesia sempat menjadi
bahasa yang sangat terkenal. Buku karangan Pramoedya Ananta Toer banyak
tersebar di seluruh dunia dan menjadi literatur ilmu sastra di beberapa
perguruan tinggi di luar negeri. Pidato-pidato Bung Karno dulu juga
pernah menjadi bahan kajian banyak orang di dunia"
"Lha berarti bisa kan? Suroso masih belum terima.
"Makanya
So, kalo kamu mau bahasa kita menjadi bahasa terkenal, kamu buat jurnal
atau buku yang menarik orang seluruh dunia membacanya, jangan enaknya
sendiri, mau terkenal tapi tidak mau berusaha" Cak Khosim keluar dari
dapur.
"Kalo gitu aku mau buat buku bagaimana menyedu kopi yang
nuiiiiiiiikmaaat kayak kopi sampeyan Cak" Suroso menyeruput kopi
"Jaaaaan, enak tenan, Sampeyan mau kan saya wawancarai Cak"
"Huuuuu" Dullah menyorong bahu Suroso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar