Pages

Jumat, 14 Oktober 2005

Nahi Mungkar

Jumat, 14 Oktober 2005


Biasanya kita sering melakukan amal ma'ruf tetepi jarang menjalankan nahi mungkar. Kedua tindakan tersebut sebenarnya sama pentingnya bagi kelangsungan hidup kita bermasyarakat dan bernegara. Pentingnya nahi mungkar
ini sempat disampaikan Rosulullah dalam sebuah cerita. Rosulullah
bercerita, suatu saat ada sekelompok orang yang menaiki sebuah perahu.
Perahu tersebut terbagi menjadi dua tingkat, tingkat atas dan tingkat
bawah. Kedua tingkat penuh dengan penumpang sehingga sulit bagi
penumpang untuk bergerak atau berpindah tempat.



Setelah sekian lama perahu melaju, penumpang perahu di tingkat bawah
merasa kesulitan untuk pergi mengambil minum karena air minum hanya
dapat diambil dari tingkat atas. Karena kesulitan tersebut maka salah
satu penumpang di tingkat bawah menyampaikan usul bagaimana jika
dinding perahu di tingkat bawah ini dilubangi sehingga air laut dapat
masuk dan penumpang yang di tingkat bawah tidak perlu lagi naik ke atas untuk minum.



Mendengar usulan salah satu penumpang di tingkat bawah, semua penumpang
menolaknya. Mereka beralasan jika dinding perahu di tingkat bawah
dilubangi perahu akan kemasukan air laut dan lama-kelamaan akan
tenggelam. Jika perahu tenggelam maka matilah semua penumpang. Akhirnya
usulan tersebut tidak bisa dilaksanakan.



"Begitulah", kata Rosulullah "Jika tidak ada satupun penumpang yang
mencegah perbuatan itu maka semua penumpang akan terkena akibatnya,
begitupun kemaksiatan, jika tidak ada satu orangpun yang mampu mencegah
kemaksiatan, maka kita semua, tanpa terkecuali, akan mendapat adzab
dari Allah"



Berkaca pada cerita Rosulullah diatas, bagaimana jika perahu tersebut
adalah negara kita dan penumpangnya adalah warga negaranya termasuk
kita. Maka mencegah kemungkaran atau kemaksiatan adalah tanggung jawab
kita bersama, jika tidak ada satupun dari kita mampu mencegah
kemungkaran dan kemaksiatan maka mari kita tunggu kehancuran negara ini
karena azab Allah pasti akan turun.


Lalu bagaimana melakukan nahi mungkar ? Rasulullah bersabda : "Jika
kita melihat kemungkaran maka cegahlah dengan tanganmu, jika tidak
mampu dengan tangan cegahlah dengan lisanmu, jika dengan lisanpun tidak
mampu maka cegahlah dengan hatimu. Mencegah dengan hati merupakan iman
yang selemah-lemahnya
"


Sekarang kita melihat kondisi negara kita saat ini. Kasus suap yang
terjadi di Mahkamah Agung (MA) sangat memprihatinkan bagi kita. MA
sebagai lembaga tertinggi dalam penegakan hukum di negeri ini terlibat
jual beli perkara. Keputusan bersalah atau bebas tidak lagi bersumber
dari kebenaran dan keadilan tetapi berdasarkan ada atau tidaknya uang bahkan sudah
berada pada taraf cukup atau tidaknya uang. Tidak tanggung-tanggung
pemicu terbongkarnya Mafia Peradilan di MA adalah uang senilai 16 milyar
rupiah. Ternyata uang sebesar itu masih belum cukup untuk menutup
sebuah kasus peradilan sehingga Probo merasa perlu untuk bersuara.



Kita mungkin juga masih ingat dengan kasus rekening misterius milik petinggi
Polri yang diduga hasil transaksi yang tidak benar. Kaus ini bak
tertelan ombak lautan, tidak ada kabarnya lagi. Kepentingan korp
kepolisian lebih penting dari kepentingan bangsa ini sehingga
penyelidikan dan pemutusan perkara ini ditangani sendiri oleh instrumen
di kepolisian. Jika bapak polisi kita sadar bahwa kasus ini bukan saja
sebatas kasus korp kepolisian tetapi menjadi kasus bangsa yang tentunya
masyarakat perlu mengetahui hasil penyelidikan dan keputusan yang
diambil.



Jaksa, polisi dan hakim sebagai tiga lembaga penegak hukum kita yang
mempunya kekuatan dan kekuasaan, seharusnya menjadi pelopor nahi mungkar, tetapi pada
kenyataannya malah melakukan kemungkaran dan kemaksiatan itu sendiri.
Lalu siapa lagi yang kita harapkan menjaga tegaknya hukum di negeri
ini, haruskah rakyat sendiri yang melakukannya, jika jawabannya ya,
siapa yang akan menjamin tidak akan muncul hukum rimba, siapa yang
kuat dialah yang berkuasa ? Siapa yang menjamin tidak terjadinya tindakan seperti yang
dilakukan FPI, merusak tempat-tempat hiburan malam di Jakarta karena
mereka menganggap pemerintah tidak mampu melakukannya ?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

12duadua © 2014