Saya punya pengalaman yang kurang menyenangkan dengan tukang semir sepatu. Ceritanya, sehari sebelum puasa, saya sholat dzuhur di masjid deket Pemkot Surabaya. Sepatu, saya taruh di depan teras, seperti orang-orang kebanyakan.
Pas selesai sholat, sepatu saya tidak ada di tempatnya. Sempat berpikiran jelek, sepatu saya dicuri orang. Saya bingung sekali, sebentar lagi mau presentasi. Kalau benar-benar hilang, bagaimana mencari penggantinya dengan cepat. Tidak mungkin kan presentasi tanpa memakai sepatu ?
Saya masih berusaha mencari di sekeliling. Hati semakin lama semakin berdebar, takut kalau benar-benar hilang. Sampailah saya di depan tukang semir sepatu. Saya lihat satu persatu sepatu di depannya. Ternyata, salah satu diantaranya adalah sepatuku.
Penginnya mendamprat tukang semir itu, "saya kan tidak meminta untuk disemir, kenapa disemir ?" Atau langsung saja saya ambil sepatuku tanpa memberinya bayaran, salah sendiri kan, saya kan tidak minta disemir.
Tapi semua itu saya urungkan. Kemarin saya sudah janji tidak akan marah-marah selama bulan puasa, syukur kalau bisa terus sampai puasa berikutnya. Meski puasa kurang sehari saya ingin menepati janji itu, itung-itung buat latihan.
Ternyata janji itu ada ujiannya. Baru sehari saya berjanji, ujian sudah datang, padahal belum masuk bulan puasa. Syukurlah saya bisa mengatasinya. "Berapa Pak ?" tanya saya. "Dua ribu" jawab tukang itu. Akhir saya bisa presentasi dengan memakai sepatu.
16 komentar: