
Kami, terutama aku, ingin Ramadhan ini juga menjadi milik seluruh teman-teman kelas dua, tidak hanya milik pengurus OSIS saja. Aku usul kepada Danang dan Winanto, "Nang, Win, bagaimana kalau seluruh teman kelas dua dilibatkan menjadi panitia."
"Wah, apa tidak terlalu banyak" kata Danang
"Iya, kalau seluruhnya kurasa terlalu banyak, bagaimana kalau kita pilih saja yang menurut kita cakap dan mampu melaksanakan tugas, juga yang pantas menjadi contoh adik-adik, jangan sampai panitia berkelakuan jelek di depan peserta," kata Winanto memberi pertimbangan.
Kalau dipilih-pilih, tidak menjadi milik semua dong, hanya milik sebagian saja, pikirku. Aku ingin mereka semua bisa merasakan menjadi panitia, menjadi penyelenggara, juga untuk teman-teman yang terkenal preman sekolahan. Kapan lagi mereka dikenalkan kegiatan kerohanian kalau tidak dengan cara seperti ini. Memang sewaktu kelas satu mereka juga pernah merasakan menjadi peserta, tapi rasanya kan lain, mungkin dulu mereka terpaksa ikut karena diwajibkan, sekarang kan sukarela, rasanya lebih menyentuh.
"Tenang saja, aku sudah punya rencana, semuanya bisa diatur, tanpa terlihat terlalu banyak panitia" kataku pada Danang dan Winanto, "untuk para teman-teman preman, aku kenal mereka semua, aku yakin mereka cukup mengerti kalau ini kegiatan keagamaan, inysa Allah mereka tidak akan membikin ulah."
Sebenarnya dalam hati aku juga kawatir, mereka anak-anak liar yang sulit diatur. Aturan sekolah saja sering mereka langgar, apalagi mematuhi kata-kataku. Memang aku kenal mereka, tapi untuk mengatur mereka rasanya sulit sekali, bahkan mungkin tidak bisa. Tapi, kalau mereka disisihkan, siapa lagi yang akan mengenalkan mereka dengan kegiatan-kegiatan seperti ini, apalagi melibatkannya menjadi penyelenggara. Bismillah, aku bertekad untuk tetap menjalankan rencanaku.
Alhamdulillah, semua persiapan sudah tertata, teman-teman konsumsi siap dengan urusan saur dan buka puasa. Bagian kegiatan siap dengan rencananya, termasuk menghubungi penceramah yang mengisi ceramah tarawih selama Pondok Ramadhan berlangsung. Bagian lomba-lomba juga sudah siap dengan sederet lomba yang akan dilakukan untuk peserta.
Nah untuk teman-teman yang dibilang preman, mempunyai tugas khusus. Aku bilang pada mereka untuk membantu bagian keamanan, menjaga keamanan lingkungan sekolah. Mereka akan begadang menjaga pos-pos dan berkeliling. Untuk itu, aku menyediakan rokok dan kopi untuk mereka. Ya, memang mereka sudah terbiasa merokok. Siangnya mereka boleh pulang. Nah dengan itu tidak terlalu tampak kebanyakan panitia.
Kami sangat terbantu dengan adanya teman-teman preman. Saat mempersiapkan ruang kelas menjadi tempat tidur peserta, merekalah yang giat mengangkut bangku dan kursi keluar kelas dan menatanya dengan rapi. Badan mereka kan besar-besar dan berotot. Sepertinya merekat tidak ada capeknya. Padahal waktu itu siang hari dan sudah masuk bulan Ramadhan. Apakah mereka puasa ? Hanya mereka sendiri yang tahu.
Pondok Ramadhan berjalan dengan lancar, semua panitia melaksanakan tugasnya dengan baik. Teman-teman penjaga malam juga mempunyai komitmen yang baik melaksanakan tugasnya. Aku senang semua rencanaku terlaksana, Danang dan Winanto akhirnya tau juga apa yang menjadi kemauanku melibatkan seluruh teman kelas dua.
Malam ini malam terakhir, peserta dikumpulkan di lapangan basket untuk menjalani renungan. Semua panitia juga berkumpul disana, kecuali teman-teman penjaga, tetap pada posnya masing-masing. Menjelang tengah malam, saya keliling, sekedar menyapa teman-teman penjaga. Di pos satu tidak saya jumpai seorang pun penjaga. Di pos dua juga demikian, sepi, hanya bangku dan kursi kosong, ada gelas bekas kopi tinggal separuh isi. Mendekati pos tiga ada bau aneh tercium hidungku, baunya agak menyengat. Aku mencermati dan menghirup dalam-dalam bau itu mencoba mengenali. Rasanya saya pernah mencium bau seperti ini, sepertinya ini bau alkohol dari minuman keras.
Aku mempercepat langkah, setengah berlari mendekati pos tiga yang kebetulah juga gudang OSIS. Cepat-cepat saya membuka pintu, bau alkohol menyengat sekali. Dan, benar, semua panita penjaga berkumpul disini, mereka sudah teler. Ada yang sudah tergeletak dilantai. Si Iwen yang badannya paling besar masih kuat berdiri, kaget melihat aku masuk. "Hei, apa-apan kalian, mana botol-botol itu" aku membentak dan merebut botol minuman keras dari tangan Iwen. Mereka kutarik keluar dan menyuruh mereka pulang. Dengan terhuyung mereka bergegas pergi meninggalkan sekolah.
Saat itu juga aku meminta panitia yang lain untuk ikut membantu menjadi penjaga keamanan. Aku tidak bercerita apa-apa tentang kejadian itu pada teman-teman panitia yang lain. Aku rasa bentakanku tadi sudah cukup memberi mereka peringatan, tidak perlu teman-teman yang lain ikut marah. Aku berdoa dalam hati, semoga mereka sadar dan tetap menjalankan komitmen sebagai penjaga malam.
Menjelang sahur ada panitia yang memberi tau, teman-teman penjaga malam sudah datang, "tapi mereka baunya aneh," katanya.
"Ya sudah, tinggalkan mereka" kataku sambil tersenyum, "mereka sudah tau tugasnya, lebih baik kita sahur saja, nanti aku sendiri yang akan mengirim mereka makan sahur di posnya masing-masing".
9 komentar: