Pages

Rabu, 19 September 2007

Orang Tua Renta Duduk di Pinggir Jalan

Rabu, 19 September 2007
Ada orang tua renta duduk di pinggir jalan, bersimpuh dengan tongkat yang bersandar di sebelahnya. Aku tidak tau persis mengapa ia disitu. Pengemis ? Ah sepertinya bukan. Tidak ada kaleng di depannya, tangannya juga tidak menengadah. Sebaiknya jangan berprasangka buruk dulu, siapa tau ia menunggu seseorang, mungkin anaknya atau cucunya.

Setiap pergi ke masjid, aku selalu lewat jalan itu. Beberapa hari ini orang tua itu selalu ada di tempat itu. Kalau menunggu seseorang, mengapa begitu lama, sampai berhari-hari ?

Ketika lewat di depannya, ia selalu memandangku, seperti berharap, memohon sesuatu dariku. Tapi tangannya tidak menengadah, tidak juga ada kaleng di depannya. Beberapa kali aku hanya lewat saja tanpa menghiraukannya, kadang pura-pura tidak melihatnya.

Tapi lama-lama rasa iba merayap di dadaku, terus masuk menembus jantungku hingga dada ini bergetar semakin kencang saat mendekatinya. Aku merogoh saku celanaku, mengeluarkan lembaran uang dan memberikan kepadanya. Rasa terima kasih yang sangat terpancar dari wajahnya. Kedua tangannya memegang erat tanpa berkata-kata.

Esoknya dan esoknya lagi hal yang sama berulang. Dan tidak hanya aku saja yang menghampiri. Ada sedan berhenti persis di depannya, penumpangnya turun dan mengulurkan tangan padanya. Begitu senangnya, ia memegang tangan orang bersedan itu lama-lama sambil menatapnya. Tetap tanpa kata-kata.

Hari ini aku menyiapkan lembaran lima ribuan untuknya. Menjelang adzan dzuhur aku bergegas menghampirinya. Sampai di tempat ia biasanya duduk, aku tidak menemukannya. Ah, mungkin ia belum datang, kuberikan saja setelah sholat. Tapi tidak ada juga. Sholat Ashar dan setelahnya juga tidak ada. Ya sudah kuberikan besok saja.

Pulang dari kantor ada kerumunan orang di jalan besar depan perumahan. Rupanya ada kecelakaan. Kabar dari orang-orang yang kutemui, ada kakek-kakek tertabrak sepeda motor saat ingin menyebrang. Deg. Langsung saja teringat orang tua yang kucari.

Aku parkir sepeda motorku dan menuju ke kerumunan. Ada orang yang terkapar di tengah-tengahnya dengan koran bekas menutup seluruh tubuhnya. Untung tidak ada darah yang mengalir sehingga aku berani membuka penutup wajahnya. Dan benar aku melihat wajah yang kucari. Matanya tertutup tapi dengan raut muka yang cerah seperti saat kemarin aku memberikan lembaran uang padanya, dan tentu tanpa kata-kata.

Di dekatnya ada bungkusan tas plastik bertuliskan nama toko baju seberang jalan itu. Isinya, sebuah baju koko putih kecil. 

13 komentar:

12duadua © 2014