Pages

Kamis, 29 November 2007

Kondom Yes, Prostitusi dan Seks Bebas No

Kamis, 29 November 2007
Besok, 1 Desember diperingati hari AIDS sedunia. Masyarakat dunia perlu memperingatinya karena saat ini AIDS menjadi salah satu momok bagi masyarakat. AIDS, meski sudah dicap sebagai penyakit kotor, penyebarannya sudah sangat serius.
 
Masyarakat yang tidak berdosa bahkan janin yang masih dalam kandungan pun ikut menderita seumur hidup terinveksi AIDS yang saat ini belum ditemukan obatnya.

Jika melihat kasus penderita AIDS di Indonesia sungguh sangat memprihatinkan. Menteri Kesehatan melaporkan 8% kasus AIDS di Indonesia menimpa penderita usia produktif yaitu usia antara 15 sampai 49 tahun. Jumlah kasus AIDS sendiri sudah mencapai 9.689 kasus. (Kompas Cyber Media, 14 November 2007).
 
Sebagai bagian dari peringatan itu, di Indonesia diadakan Pekan Kondom Nasional, tanggal 1 sampai 8 Desember mendatang. Ada kampanye penggunaan kondom disertai dengan pembagian kondom gratis, stiker dan penyampaian materi edukasi di tempat-tempat umum.
 
Kampanye ini dimaksudkan untuk mencegah penularan AIDS di masyarakat. AIDS memang tidak hanya menular melalui hubungan seksual, terbesar disebabkan penggunaan jarum suntik yang tidak steril dari aktifitas penggunaan narkoba. Tetapi kasus penularan AIDS melalui hubungan seksual menunjukkan peningkatan.
 
Timbul perdebatan dalam pelaksanaan kampanye penggunaan kondom ini. Ada aspek moral yang melingkupinya. Bagi masyarakat yang tidak mendukung, kampanye penggunaan kondom dinilai dapat mendorong bertumbuhnya prostitusi dan seks bebas. Pria hidung belang yang suka jajan dan pekerja seks komersial akan merasa lebih aman. Juga bagi mereka yang menjadi budak nafsu akan lebih leluasa menyalurkan hasratnya.
 
Yang mendukung, melihat kenyataan yang ada bahwa penyebaran AIDS di Indonesia sudah pada tingkat yang serius. Untuk itu penyebarannya harus segera dicegah agar tidak semakin banyak korban.
 
Kedua kubu saling bertentangan dengan argumennnya masing-masing.
 
Sebenarnya, keduanya tidak harus bersitegang. Saya melihat ada satu kunci yang bisa menjadi tujuan bersama, yaitu "melindungi masyarakat". Yang pro dan kontra sama-sama menginginkan masyarakat Indonesia menjadi baik, bermoral dan terhindar dari penyakit yang mematikan itu.
 
Kalau berangkat dari tujuan itu, saya kira mereka bisa duduk bersama, menyatukan langkah dan berpikir bersama bagaimana mencapai tujuan itu berdasar pada keahlian dan ketrampilan msing-masing.

Semua harus berangkat pada kenyataan yang ada, tidak berdasarkan ego kelompok atau berpijak hanya pada kepentingan satu pihak saja. Yang lebih diutamakan adalah kepentingan masyarakat dan melindungi generasi muda.

Bisakah hal ini dilakukan, atau hanya impian yang mustahil diwujudkan?

Selasa, 27 November 2007

Mimpi

Selasa, 27 November 2007
Nabi Yusuf semasa kanak-kanak bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan. Bintang, matahari dan bulan itu bersujud padanya. Kemudian ia menceritakan mimpinya kepada ayahnya. Mendengar cerita anaknya, sang ayah melarang Yusuf bercerita kepada saudara-saudaranya karena mereka akan memperdayakan dengan segala tipu daya.
 
Selanjutnya, ayah Yusuf mengatakan "Demikianlah Tuhanmu telah memilihmu dan mangajarkan takwil mimpi kepadamu."
 
Kemampuan mengartikan sebuah mimpi membawa Yusuf pada seorang raja di Mesir dan karena itu ia mendapat tempat terhormat di negeri itu.
 
Suatu saat sang raja bermimpi, tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan tujuh ekor sapi betina yang kurus, dan tujuh tangkai yang hijau, dan tujuh tangkai lain yang kering. Sang raja ingin mengetahui apa sebenarnya maksud dari mimpi itu. Tidak ada seorang pun yang mengetahui arti mimpi raja itu.
 
Kemudian salah seorang pegawai kerajaan ingat akan Yusuf yang punya kemampuan mengartikan mimpi. Diutuslah ia menemui Yusuf untuk memintanya mengartikan mimpi raja.
 
Yusuf berkata, "Kamu bercocok tanamlah tujuh tahun seperti biasa, maka apa yang kamu tunai hendaklah kamu biarkan pada tangkainya, kecuali sedikit daripadanya untuk kamu makan. Kemudia setelah itu, akan datang tujuh tahun yang amat sulit menghabiskan apa yang kamu sediakan kecuali sedikit yang kamu simpan. Kemudian sesudah itu akan datang tahun yang padanya manusia akan diberi hujan dan masa itu mereka memeras buah-buahan."
 
Begitulah kisah Nabi Yusuf tentang mimpi masa kanak-kanaknya dan kemampuannya mengartikan mimpi sang raja yang diceritakan dalam Surat Yusuf.
 
Dalam masyarakat Jawa, mimpi-mimpi khusus mempunyai arti. Mimpi itu memberikan informasi apa yang akan terjadi di kemudian hari. Ada kitab yang dimiliki masyarakat Jawa yang berisi mimpi-mimpi khusus dan apa arti dari mimpi itu.
 
Seorang bujangan misalnya, ketika bermimpi digigit ular berarti dalam waktu dekat ia akan menemukan jodohnya dan akan segera menikah. Jika  ada orang yang bermimpi sedang dikagumi karena pekerjaan atau pakainnya berarti akan disayangi banyak teman terutama pasangannya. Masih banyak lagi mimpi-mimpi yang dicatat dalam kitab orang Jawa tersebut.
 
Saya sempat memikirkan bagaimana kitab itu disusun. Apakah dari hasil semedi seorang tokoh yang akhirnya mendapat wangsit seperti suara-suara gaib yang mengatakan satu persatu arti mimpi itu dan menuliskannya seperti ketika Nabi Muhammad mendapat wahyu melalui malaikat Jibril? Bisa jadi demikian.

Tetapi saya mengira kitab itu disusun berdasarkan cerita-cerita mimpi yang dikumpulkan dari banyak orang dalam waktu yang panjang. Kemudian mimpi itu dihubungkan dengan kejadian yang dialami oleh orang itu setelahnya. Nah dari banyak pengalaman itu orang Jawa bisa menduga kejadian setelah mimpi dialami seseorang. Seperti kalau kita melihat awan yang tebal kehitaman. kita pun bisa menduga, sebentar lagi akan turun hujan.
 
Minggu lalu, Kakek, bapak dari bapak saya meninggal. Setelahnya Bapak baru bercerita bahwa ia bermimpi giginya tanggal. Kitab mimpi orang jawa mengatakan kalau bermimpi gigi tanggal berarti ada salah satu keluarga dekat yang akan meninggal.
 
Dua hari kemudian, Pakde, kakak ipar ibu saya meninggal. Setelahnya itu juga, Bapak baru mengatakan kalau dalam mimpinya kemarin, gigi yang tanggal dua buah.
 
Mungkin memang benar, ada mimpi yang tidak hanya bunga tidur saja, melainkan mengandung informasi bagi orang yang mengetahuinya.
 
Ah, saya tidak suka mengetahui informasi itu. Biarlah apa yang terjadi di masa datang saya ketahui saat kejadian itu terjadi, bukan sebelumnya. Biarlah mimpi saya menjadi bunga tidur saja. Syukur kalau bunga itu indah, menyebar bau yang harum semerbak dan tumbuh diantara bunga-bunga indah lain di taman bunga. Kalaupun bunganya tidak indah, semoga cepat layu, mengering dan hilang diterpa angin.


--------------------
Gambar pinjam dari sini

Senin, 26 November 2007

Masa Muda

Senin, 26 November 2007
Terkadang, mendengar pengamen bus kota beraksi mendendangkan sebuah lagu sangat mengasyikkan. Meski suaranya parau karena sudah seharian berteriak-teriak menyaingi kerasnya deru mesin, tapi jika pembawaannya pas enak juga didengar.

Seperti Jum'at lalu, dua orang anak muda, satu membawa gitar, satunya lagi menenteng ketipung buatan dari bekas ban dalam yang ditutupkan ke satu sisi paralon. Setelah berbasa-basi sejenak mereka mendendangkan lagu yang sedang ngetop saat saya duduk di sekolah dasar.
Darah muda darahnya para remaja
Yang selalu merasa gagah
Tak pernah mau mengalah
Pikiran melayang, teringat pada dua kelompok anak muda yang selalu membikin keributan karena saling berseteru. Dua-duanya mempunyai keahlian bela diri. Ya, keduanya terhimpun dalam perguruan pencak silat. Merasa yang paling gagah dan terhebat, kudanya saling berantem. Tapi anehnya kok mainnya keroyokan, tidak pernah satu lawan satu.

Anehnya lagi, sebenarnya mereka itu saudara, guru nenek moyangnya satu. Nah pada saat ziarah ke makam guru nenek moyang mereka, selalu muncul keributan. Ada aja sebabnya. Mula-mula saling ejek selanjutnya tawuran masal.
Masa muda masa yang berapi-api
Yang maunya menang sendiri
Walau salah tak peduli
Masa muda memang penuh energi. Gerakannya lincah. Dan semangatnya berkobar-kobar. Karena melimpah, energi tersebut perlu penyaluran. Idealnya, penyaluran itu ke arah yang positif dan berdampak positif bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Rupanya masa muda ideal sudah menjadi mimpi yang semakin sulit untuk terwujud. Banyak penyaluran yang justru membahayakan dirinya dan orang lain. Lihatlah geng motor yang ada di Bandung, buku putihnya mendoktrin anggotanya untuk berani melawan polisi, bahkan harus berani melawan orang tuanya jika suatu saat orang tuanya menghalangi kegiatannya.

Lihat juga geng sekolah di Jakarta, lagaknya seperti preman, main palak dan main rampas. Petuah sang guru sudah tidak mempan lagi mengarahkan limpahan energi dalam track yang "benar". Daya lingkungan luar lebih menarik ketimbang suasana sekolah yang katanya paling indah itu.

Saya sepakat, jika ada orang yang bilang masa muda itu masa untuk mencoba-coba, masa belajar apa saja. Salah tidak apa-apa, kan masih belajar. Tidak masalah berkubang di lumpur yang kotor kalau dengan itu justru akan mengetahui mana yang bersih. Tapi perlu waspada juga, jangan sampai kelakuan di masa muda merusak masa depannya.
Wahai kawan para remaja
Waspadalah dalam melangkah
Agar tidak menyesal akhirnya

Rabu, 21 November 2007

Dinas Pendidikan : Pendidikan Itu Lautan

Rabu, 21 November 2007
Minggu ini saya berkesempatan mengikuti diskusi mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) di jajaran Pemerintah Kota Surabaya. Diskusi diikuti oleh perwakilan dari Dinas Pengkajian, BAPEKO, Disperindag, Dinas Koperasi, Dinas Pertamanan dan Dinas Pendidikan.

Diskusi ini diadakan untuk menindak lanjuti dikeluarkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas yang salah satu pasalnya mengatur tentang pelaksanaan Tanggung Jawa Sosial dan Lingkungan yang wajib dilaksanakan oleh perseroan yang menjalankan usaha di bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam.

Meski banyak mendapatkan protes dari kalangan pengusaha dan bahkan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) sendiri masih akan mengajukan gugatan uji materi terhadap undang-undang tersebut, tapi tidak ada salahnya bagi pemerintah kota mempersiapkan seandainya banyak pengusaha yang akan melaksanakan CSR itu.

Yang menarik saat giliran perwakilan dari Dinas Pendidikan diberi kesempatan berbicara, beliau mengungkapkan bahwa pendidikan itu seperti lautan, diberi bantuan berapapun pasti bisa dialokasikan. Maksudnya, permasalahan di dunia pendidikan banyak sekali, mulai dari banyak bangunan sekolah yang roboh sampai peningkatan mutu pendidikan yang masih di level bawah dibandingkan negara-negara maju.

Sementara alokasi dana dari APBD maupun APBN untuk pendidikan masih jauh dari cukup. Amanah UUD yang mengatur 20% anggaran pemerintah untuk pendidikan masih jauh dari kenyataan. Karena itu, berapapun dana bantuan yang akan dialokasikan ke pendidikan pasti dapat disalurkan. Jangan kuatir, pos-posnya masih banyak.

Sontak kami yang hadir semua tersenyum tapi juga getir. Bagaimana pendidikan yang banyak didengungkan menjadi solusi yang jitu mengatasi keterpurukan dan keterbelakangan bangsa ini belum menjadi prioritas dalam penyusunan anggaran negara. Dan berharap banyak kepada pihak swasta untuk bermurah hati rela menyisihkan sebagian keuntungannya untuk membantu pembenahan pendidikan.

Di tahun depan sepertinya pendidikan masih menjadi lautan. Dalam RAPBN 2008 alokasi untuk pendidikan sebesar 61,4 triliun atau 10,8%, masih jauh dari amanat UUD45. Alokasi tersebut lebih kecil dibandingkan anggaran untuk membayar bunga utang yang sebesar 91,54 triliun atau 16,2%.

Dunia pendidikan pun tidak hanya tersenyum tapi akan tertawa terbahak-bahak sambil tangan kanannya memegang dadanya yang terasa sesak. Sementara tangan kirinya menengadah meminta belas kasihan dari program CSR.

--------------------------------------
Illustrasi dari UTA Magazine Online

Senin, 19 November 2007

Ingin Dipanjangkan Umur ?

Senin, 19 November 2007
Pada kondisi yang sangat kritis karena kanker hati yang dideritanya, Yu Rah, pembantu di rumah kami tetap tersenyum. Setiap saya masuk ke kamarnya di rumah sakit tempatnya berbaring, ia selalu menunjukkan wajah yang sumringah, meski kondisi fisiknya tidak bisa berbohong, ia sangat lemah.
 
Dokter yang menangani pernah mengatakan pada kami yang menungguinya, "ibu ini semangat hidupnya tinggi sekali, sangat membantu menstabilkan kondisinya. Biasanya, dalam kondisi seperti ini, pasien sudah shock dan koma."
 
Sudah beberapa kali ia muntah dan berak darah. Dalam frekuensi yang hampir sama, cairan yang menumpuk dalam tubuhnya dikeluarkan melalui selang yang dimasukkan melalui hidung dan mulut. Tapi setiap kami bertanya tentang keadaannya, ia selalu menjawab, "alhamdulillah sudah lumayan enak kok."
 
Semangat untuk tetap hidup memang lebih penting dibanding hidup itu sendiri. Orang hidup yang tidak mempunyai semangat layaknya mayat yang berjalan.
 
Pembantu saya mempunyai seorang anak yang sudah duduk di bangku SMP. Suaminya sudah meninggal saat anaknya masih kecil karena penyakit yang sama seperti yang saat ini dideritanya. Kami menduga, ia tertular penyakit suaminya. Karena ia bekerja pada kami, anaknya dititipkan pada keluarganya di kampung.
 
Awalnya memang agak berat meninggalkan anaknya sendirian tanpa ia tunggui. Tapi setelah beberapa saat ia mengetahui anaknya tumbuh lebih dewasa. Sekolah dan mengajinya tambah rajin. Berbeda ketika ia berada di rumah, semuanya tergantung padanya. Segala keperluan sekolah dan mengaji selalu ia yang menyiapkan. Makanpun sering minta disuapin.
 
Karena itulah ia semakin tenang bekerja. Alasan lain, ia ingin mengumpulkan biaya untuk sekolah anaknya. Ia ingin agar anaknya bisa sekolah sampai setinggi-tingginya, tidak seperti dirinya, SD saja tidak tamat.
 
Cita-citanya itulah yang membuat semangat hidupnya menggebu. Ia tidak perduli penyakit yang dideritanya itu apa, yang penting ia harus segera sembuh dan bekerja lagi.
 
Hubungan baik antar sesama manusia menumbuhkan semangat dan menjadi alasan mengapa ia harus tetap hidup. Tidak hanya hubungan antara orang tua dan anak saja, hubungan persahabatan dan pertemanan yang baik sudah cukup menguatkan semangat hidup seseorang.
 
Tidak salah jika agama menganjurkan agar selalu menjalin tali silaturahim antar sesama umat manusia. Janji bagi siapa yang menyambung tali silaturahmi akan dipanjangkan umurnya itu benar adanya.
 
Masih kurang percaya?
 
Saya kutibkan hasil studi ilmiah dari buku "Social Intelligence" yang ditulis Daniel Goleman. Studi itu tentang orang-orang tua yang dirawat di rumah sakit karena gagal jantung. Bagi mereka yang tidak mempunyai siapa-siapa yang bisa mereka andalkan untuk dukungan emosi, mempunyai kemungkinan tiga kali lebih besar untuk mengalami serangan yang lain yang membuat mereka perlu kembali ke rumah sakit untuk dirawat dibandingkan mereka yang mempunyai relasi yang hangat dengan orang lain.
 
Nah, bagi yang ingin dipanjangkan umurnya, jadilah orang tua yang menyenangkan, bos yang menyemangati karyawan serta carilah teman atau sahabat sebanyak-banyaknya dan jalinlah relasi yang baik dengan mereka.
 
Sebaliknya, jadilah orang tua yang kejam, bos yang bengis dan teman yang menyebalkan kalau kita ingin didoakan cepat meninggalkan dunia ini.

----------------------------------------
Gambar diilustrasikan oleh John Shakespear  yang saya ambil dari sini

Kamis, 15 November 2007

Musuh Dalam Diri

Kamis, 15 November 2007
Membaca catatan Dahlan Iskan saat menjalani proses transplantasi hati memang sangat menarik. Selain gaya bahasanya yang ringan, juga ada banyak pelajaran dan pengetahuan yang didapat.

Ada yang mencemooh, mengapa pengalaman yang "biasa" seperti itu dimuat di Jawa Pos sampai berseri-seri. Apa hanya karena ia pemimpin Jawa Pos sehingga tulisan-tulisan itu terus dimuat setiap hari. Coba kalau orang lain yang menulis, tentu banyak pertimbangan untuk dimuat di harian itu sekali terbit saja.

Tapi banyak juga yang sangat senang dengan tulisan itu. Termasuk dari istri almarhum Nurcholis Majid yang sangat berterima kasih karena dalam salah satu serinya menjelaskan ketidakbenaran fitnah yang ditujukan kepada Cak Nur.

Mengetahui banyak yang merespon positif, Jawa Pos menerbitkan 33 seri catatan Dahlan Iskan itu dalam sebuah buku. Judulnya "Ganti Hati". Luar biasa, hanya dalam waktu seminggu 30 ribu cetakan pertama sudah ludes.

Rabu kemarin, Dahlan Iskan menulis kembali di harian yang sama, kini tentang "Kinerja 100 Hari Kabinet Organ setelah Ganti Hati".

Yang menarik, ia mengisahkan banyak teman-temannya yang mengingatkan, bahkan mengancam bos Jawa Pos itu untuk tidak terlalu percaya diri karena merasa sudah sehat seperti orang normal lagi: jangan over convident!, kata teman-temannya

Kemudian ia bertutur, "over convident" adalah musuh tingkat kedua dalam miniti jalan sukses hidupnya. Musuh tingkat dua ini lebih sulit dihadapi dibanding musuh tingkat satu, "rasa takut". Menghadapi musuh tingkat satu sangat mudah katanya, musuh ini tidak sakti. Banyak orang yang sudah sangat mahir mengalahkan rasa takut. Hanya sebagian kecil saja yang gagal.

Ketika sudah bisa mengatasi rasa takut, orang jadi percaya diri. Kesuksesan demi kesuksesan diraihnya. Ketika sudah sukses, banyak orang yang lupa diri dan merasa mampu yang berlebihan sehingga gagal meraih sukses lanjutannya. Percaya diri yang berlebihan menjadi musuh orang yang sukses.

Bagi yang berhasil mengalahkan musuh tingkat kedua, datanglah musuh tingkat ketiga yaitu "kekuasaan". Sebenarnya kekuasaan itu hasil dari kesuksesan yang didapat, tetapi kekuasaan akan menjelma menjadi musuh ketika orang lupa diri dan tidak pandai menggunakan kekuasaan itu. Orang yang gagal mengalahkan kekuasaan akan jatuh, akibatnya lebih sakit dibanding jatuh karena gagal meraih kesuksesan.

Semakin sedikit orang yang berhasil mengalahkan musuh yang ketiga ini. Yang sedikit itu biasanya menjadi orang yang selalu dihormati karena kebijaksanaannya. Kata-katanya menjadi petuah yang selalu dituruti banyak orang. Kebahagiaan menyertai perjalanan hidupnya. Tetapi, sedikit orang inipun akan menghadapi musuh yang sangat sakti, yaitu "umur".

Saking saktinya tidak ada satu orangpun yang bisa melawannya. Umur terus berjalan, mengurangi sedikit demi sedikit jatah hidup kita di dunia. Sampai suatu saat semua orang akan tunduk pada habisnya umur, alias mati. Hanya satu yang bisa dilakukan untuk menghadapinya, bukan melawan, yaitu mempersiapkan sebaik-baiknya menyongsong habisnya umur.

--------------------------------------------
Catatan Dahlan Iskan : "Kinerja 100 Hari Kabinet Organ setelah Ganti Hati" dapat dibaca di sini.

Selasa, 13 November 2007

Animasi, Membaca Tanda Bencana

Selasa, 13 November 2007
Negeri kita adalah negeri bencana. Yang wilayahnya dikelilingi deretan gunung berapi dan tempat pertemuan lempeng bumi. Sungguh, hidup di Indonesia selalu dihantui rasa was-was akan terkena gempa, gunung meletus atau tsunami.
 
Jika tidak belajar dari bencana yang telah terjadi, korban akan banyak berjatuhan lagi. Banyak lagi yang akan kehilangan sanak-saudara, tetangga dan teman-teman dekat. Kehilangan mata pencaharian. Dan yang lebih parah lagi, kehilangan semangat untuk hidup.
 
Peran pemerintah melalui badan-badannya (BMG,PVMBG dan lain-lain) sangat diperlukan disini. Karena badan-badan tersebut mempunyai keahlian untuk membaca tanda-tanda bencana. Dari tanda-tanda itu bisa diambil langkah-langkah untuk menekan sekecil mungkin korban bencana. Langkah-langkah itu bisa berupa peringatan ataupun anjuran untuk melakukan pengungsian.
 
Namun, jika hanya mengandalkan pemerintah saja rasanya masih kurang. Mayarakat di sekitar potensi bencana sendiri perlu melakukan antisipasi secara mandiri untuk mempercepat upaya penyelamatan. Berarti masyarakat perlu juga mempelajari tanda-tanda bencana itu.
 
Bagaimana masyarakat harus belajar ? Ada sebuah animasi dari AFP tentang proses dari awal bagaimana kekuatan angin bisa menyebabkan kerusakan dan juga menimbulkan gelombang laut yang sangat besar. Animasi ini sangat menarik karena dilengkapi dengan data yang lengkap dan foto-foto bencana serupa yang pernah terjadi. Tanda-tanda bencana juga dapat dilihat dengan jelas seperti perubahan arah asap yang keluar dari cerobong, langit yang semakin lama semakin gelap dan angin yang bertiup semakin kencang.
 
Saya yakin siapapun, dengan tingkat pendidikan apapun dan yang berstatus sosial kelas manaapun jika melihat animasi ini pasti bisa mengerti. Bahkan anak taman kanak-kanan pun dengan tambahan sedikit penjelasan mungkin juga bisa mengerti.
 
Kemudian saya berfikir bagaimana jika dibuat animasi untuk bencana yang berpotensi terjadi di Indonesia seperti tsunami, gempa bumi dan gunung meletus. Foto-foto bencana yang pernah terjadi sudah ada, videonya pun juga ada. Tentu aimasi ini akan sangat membantu sekali memberi pengetahuan akan tanda-tanda bencana ke semua lapisan masyarakat.
 
Dengan tanda-tanda yang sudah dimengerti, masyarakat akan selalu siap jika sewaktu-waktu bencana benar-benar terjadi. Anjuran untuk mengungsi tentu juga lebih mudah untuk disampaikan dan dimengerti masyarakat.
 
Ketika saya menginformasikan ini kepada teman yang biasa membuat animasi, teman saya bilang, "sebenarnya membuat animasi seperti itu sangat mudah, yang sulit bagaimana memperoleh data-data yang akurat mengenai tanda-tanda bencana itu."
 
Kalau masalah data, saya yakin pemerintah mempunyai data yang lengkap. Buktinya saat gunung Kelud meletus kepala PVMBG begitu gamblang menjelaskan bagaimana prosesnya dengan data-data pengukuran yang sangat lengkap disertai sekenario-skenario letusan yang mungkin akan terjadi.
 
Nah, data akurat sudah tersedia. Berarti pembuatan animasi tidak ada kendala lagi. Selain teman saya itu, tentu masih banyak ahli-ahli animasi lain yang tidak kalah jagonya di Indonesia. Bagaimana, animasi membaca tanda bencana bisa dibuat kan ?


Click di sini untuk melihat animasinya


Senin, 12 November 2007

Mobil Muslim

Senin, 12 November 2007
Proton, produsen mobil dari Malaysia, berencana mengeluarkan mobil khusus untuk umat Islam di seluruh dunia. Ide pembuatan mobil ini diperoleh setelah para pejabat dan politisi Malaysia mengadakan serangkaian kunjungan ke Timur Tengah. Saat kunjungan ke Iran, para pejabat iran mengeluarkan gagasan untuk membuat mobil yang khusus untuk pengendara muslim.

Akhirnya Malaysia mendapat kesepakatan kerjasama untuk membuat "Mobil Muslim" tersebut. Menurut Managing Director Proton Zyed Zaenal Abidin Zyed Mohammed Tahir, produksi akan dilakukan di Malaysia, Iran dan Turki (AFP, 11 Nov 2007).

Melakukan differentiation adalah salah satu strategi untuk memasarkan produk. Tujuannya agar produk mempunyai ciri dan image khusus di benak konsumen yang menjadi target pasarnya. Secara ideal defferentiation dilakukan untuk memberikan kepuasan kepada penggunanya. Dengan begitu produsen berharap produknya dapat terserap oleh pasar.

Proton melakukan differentiation dari sisi feature-nya. "Mobil Muslim" tersebut direncanakan mempunyai beberapa featur untuk kebutuhan umat Islam seperti ada kompas penunjuk arah kiblat serta tempat khusus untuk menyimpan Al-Qur'an dan jilbab.

Kondisi Proton saat ini sedang mengalami masa-masa sulit. Pangsa pasar Proton di Malaysia mengalami penurunan yang sangat tajam karena pemerintah mengijinkan lebih banyak mobil asing masuk ke Malaysia. Proton juga mendapat serangan dari produsen-produsen lokal lain yang menjadi pesaingnya.

Karena itu "Mobil Muslim" bisa dilihat sebagai salah satu strategi mendongkrak pangsa pasar Proton yang sedang lesu. Proton juga sedang gencar membidik pasar di Indonesia dan di Thailan.

Tetapi melihat feature yang ditawarkan "Mobil Muslim", apakah umat Islam memerlukan kompas penunjuk arah kiblat di dalam mobilnya, bukankan di dalam perjalanan (darurat) bisa sholat menghadap arah mana saja ? Kalau memang perlu kompas, harga kompas kan murah jadi mobil manapun bisa dilengkapi kompas.

Kemudian tempat Al-Qur'an dan jilbab. Bukankan di mobil lain juga tersedia tempat, meskipun tidak khusus, yang bisa juga untuk menyimpan Al-Qur'an maupun jilbab ? Jadi apa bedanya tempat khusus itu dengan tempat di mobil-mobil lainnya ?

Menurut saya, strategi Proton dengan feature differentiation yang seperti itu tidak akan efektif. Lain lagi misalnya Proton dengan teknologi GPS menambahkan fetature untuk menunjukkan lokasi masjid terdekat, sehingga umat Islam tau harus berhenti dimana untuk melaksanakan sholat. Mungkin featur ini akan lebih menarik dibanding kompas dan tempat khusus menyimpan Al-Qur'an maupun jilbab.


Gambar pinjam dari AFP

Lukisan Jalanan Surabaya




Karena tertarik dengan graffiti, hari Jum'at kemarin saya berkeliling mencari lukisan jalanan itu di beberapa tempat di Surabaya. Berbekal kamera digital pinjaman, saya ditemani Teguh meluncur ke Jalan Tunjungan.

Di deretan toko yang tidak pernah buka, kami menemukan beberapa lukisan di rolling door dan di dinding bagian atas. Lukisan-lukisan di situ kebanyakan sudah rusak, ada bekas sobekan poster iklan sehingga gambarnya terkesan jelek. Graffiti yang di tembok atas hanya tagging saja, jadi sangat jelek dam terkesan kotor.

Setelah puas memotret langsung meluncur ke Jembatan Mayangkara, dekat Darmo Trade Center (DTC), Wonokromo. Saya ingat di kolong jembatan ada lukisan-lukisannya. Cukup menarik, lukisan yang bergaya mural itu menggambarkan kota Surabaya dengan icon-iconnya. Ada Tugu Pahlawan, Bambu Runcing, Patung Jales Veva Jayamahe dan beberapa lukisan gedung. Sayang mural ini dibuat karena dukungan salah satu produsen rokok, jadi ya ada logo perusahaan yang besar tertempel.

Kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Agung. Di dekat situ ada tembok memanjang yang banyak graffiti-nya. Meski ada tagging disana-sini, sebenarnya banyak juga lukisan-lukisan yang bagus, tapi catnya sudah usang. Yang menyedihkan ada iklan terselubung. Maksudnya sepertinya graffiti tetapi gambarnya iklan persewaan mobil.

Yang saya senang, saat kami sampai di perempatan Ngagel, BAT (be a te). Di dinding gedung mangkarak ada lukisan yang bergaya mural. Dilihat dari isi tulisannya, mural ini dibuat untuk memperingati HUT RI yang ke-62. Mural ini dikerjakan oleh Fakultas Seni dan Desain UK Petra, DKV Petra dan warga kecamatan Wonokromo. Tentu didukung oleh Camat dan Pemerintah Kota Surabaya.

Kamis, 08 November 2007

[Graffiti] Keindahan atau Sampah Visual Kota

Kamis, 08 November 2007
Sebuah Dokumentasi Urban Art di Yogyakarta
(Diambil dari Tembokbomber Forum)

Memandang graffiti tergantung dari cara apa memandangnya. Bila terlanjur selalu mencap negatif, maka graffiti yang bagus dan berestetika tinggi pun akan selamanya buruk. Namun bila selalu berpikir pada sisi positifnya, maka graffiti bisa berpotensi sebagai pemandangan kota. --Pinky Saptandari--

Perdebatan mengenai graffiti sebagai karya seni yang memperindah atau hanya coretan yang mengotori kota akan lebih menarik jika mengetahui apa sebenarnya yang menjadi memotivasi seorang bomber melakukan aksinya.
 
Obed Bima Wicandra dan Sophia Novita Angkadjaja, dosen jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Kresten (UK) Petra, melakukan penelitian untuk menemukan secara ilmiah motivasi bomber dalam melakukan aktifitasnya membuat graffiti. Penelitian difokuskan pada graffiti yang ada di Surabaya dan terbatas pada graffity artistik saja.
 
Dari wawancara terhadap bomber dari Surabaya dan sebagian Jakarta terungkap bahwa motivasi utama ngebom adalah untuk memperindah kota selain juga untuk menunjukkan jati diri mereka. Mereka juga menganggap kegiatan ngebom adalah kegitan yang positif dibanding mabuk-mabukan atau mengkonsumsi narkoba.
 
"Daripada mabuk-mabukan maupun beli narkoba mendingan uangnya dipakai buat beli cat aerosol," kata salah seorang bomber yang menjadi informan.
 
Mereka juga mengungkapkan bahwa ngebom jauh dari vandalisme. Dalam graffiti tidak ada aktifitas merusak, menggempur maupun membongkar tembok, ngebom justru memberi kesan indah dengan sentuhan artistik untuk pada tembok. Lokasi ngebom pun tidak sembarangan, tidak asal ngebom.
 
Sasaran utama ngebom adalah tembok yang tidak terawat. Definisi tembok yang tidak terawat menurut mereka adalah tembok yang dibiarkan kumuh dan banyak tempelan poster dan iklannya. Tembok yang warna catnya sudah memudar dan banyak ditumbuhi lumut. Tembok yang dibiarkan rusak. Dan tembok di tempat-tempat strategis yang dibiarkan apa adanya sehingga menjadi sasaran empuk poster iklan dan pamflet.

Musuh mereka adalah poster iklan dan pamflet yang ditempel sembarangan dan semrawut. Juga bomber yang hanya meninggalkan coretan (tagging) yang memperburuk citra graffiti di masyarakat.

Menurut Pinky Saptandari, seorang antropolog dan Sekretaris Jendral Dewan Kota Surabaya, kegiatan ngebom sebenarnya tidak perlu dilarang sepanjang tidak dilakukan di tempat-tempat yang tidak semestinya misalnya cagar budaya seperti candi, tempat bersejarah dan monumen perjuangan kemerdekaan. Pinky juga berpendapat, bentuk-bentuk iklan yang terlalu bebas tertempel di dinding-dinding kota itulah yang justru lebih buruk pemandangannya daripada graffiti.
 
Semangat memperindah wajah kota dan melindungi tempat umum dari serangan poster iklan dan pamflet inilah yang berpotensi menjadikan graffiti bukan sebagai sampah visual yang mengotori kota. Akan lebih bagus lagi bila graffiti mampu berinteraksi dengan lingkungan, peka terhadap kondisi sosial dan mampu menunjukkan karakter budaya setempat.

Rabu, 07 November 2007

[Graffiti] Seni Jalanan Pendobrak Kekuasaan

Rabu, 07 November 2007

Bayangkan ketika graffiti tidak ilegal, sebuah kota dimana setiap orang dapat menggambar apa yang mereka suka. Dimana setiap jalan berisi jutaan warna dan frasa-frasa yang bermakna. Mengantri bus menjadi tidak membosankan lagi. Sebuah kota yang terasa memberi nafas bagi semua orang, tidak hanya pada agen real estat dan iklan-iklan perusahaan raksasa. Bayangkan sebuah kota seperti itu, dan berhentilah bersandar di dinding-dinding yang basah --- Banksy ---

Itulah mimpi seorang Banksy, pelukis graffiti (bomber) terkenal dari Inggris yang baru saja menjadi perbincangan karena indentitasnya mulai terkuak. Beberapa foto yang diduga fotonya diekspos di media masa.
 
Graffiti menjadi kontroversial dikalangan masyarakat termasuk masyarakat di Indonesia. Ada sebagian yang menganggap graffiti merupakan karya seni yang mengandung nilai estetika yang tinggi. Bahkan ada yang menganggap pelukis graffiti adalah seorang seniman yang genius dan pemberani.
 
Sebagian yang lain menyebut graffiti adalah visual sampah yang mengganggu keindahan dan mengotori kota. Karenaya melukis graffiti termasuk perbuatan kriminal. Banyak sudah kelompok-kelompok pelukis graffiti yang digrebek polisi saat menjalankan aksinya.
 
Graffiti sendiri termasuk dalam seni publik (public art). Dalam dunia seni rupa dalam lingkup yang lebih khusus, seni publik diartikan sebagai seni yang dibuat secara individu maupun kelompok yang menggunakan prinsip tertentu dalam menggulirkan wacana untuk disampaikan kepada publik atau masyarakat luas.
 
Selain graffiti contoh lain yang juga termasuk lingkup seni publik antara lain performance art, seni instalasi, happening art, stencil, mural dan poster. Dibandingkan dengan yang lain, graffiti kurang mendapat tempat atau sedikit mendapat apresiasi karena sifatnya yang vandalisme, merusak milik orang lain atau milik umum.
 
Sebagai gambaran aksi vandalisme kita simak karya Banksy yang dipasang di Galeri 49 British Museum. "Early Man Goes to Market", sebuah batu bergambar manusia purba yang sedang berburu membawa keranjang belanja. Tentu pemasangan itu tanpa sepengetahuan pengelola museum. Pengelola museum baru mengetahui ada tambahan koleksi setelah Banksy mengumumkan di situs pribadinya.
 
Yang menarik, setelah pengelola museum mengetahui ada karya Banksy terpampang di salah satu galerinya, pengelola bukan mehilangkannya malah mempertahankan menjadi salah satu koleksi tetapnya.
 
Mungkin pihak museum menilai karya Banksy termasuk dalam karya yang mempunyai nilai seni yang tinggi. Mungkin juga karya itu mempunyai nilai komersial yang dapat menarik orang berkunjung ke museum. Bandingkan dengan poster-poster iklan produk atau foto-foto calon peserta pilkada yang banyak dipasang di tembok-tembok kota, halte dan tempat-tempat umum lainnya yang semakin semarak apalagi saat kampanye tiba.
 
Inilah yang coba dilakukan oleh Banksy dan bomber-bomber yang lain, termasuk di Indonesia, membebaskan masyarakat dari serangan iklan komersial dan intrik-interik politik yang tidak mendidik dan kurang atau tidak ada sama sekali unsur seninya.

Menarik sekali jika kita simak gugatan mereka, para bomber, "Sama-sama mengotori tempat umum, mengapa mereka tidak ditangkap ? Justru kami yang membuat tembok tak terawat menjadi indah, harus digrebek ?"

Gambar : Early Man Goes to Market karya Banksy di British Museum

Senin, 05 November 2007

[cerpen] Di Dasar Jurang Pringgitan

Senin, 05 November 2007
Berjalan dalam gelap membuat mata seperti buta. Tidak ada yang bisa kulihat melainkan pekatnya malam. Justru karena itu aku berjalan seenaknya tanpa memperhitungkan ada jurang menganga di hadapanku. Meski Pringgitan bukan bukit yang cukup tinggi, tapi di lerengnya ada jurang yang dalam dengan dinding yang curam. Pemberani tidak selamanya orang yang tangguh, ada juga orang menjadi pemberani karena kebodohan dan ketidaktahuannya.
 
Sama sekali aku tidak mempersiapkan pendakian ini. Ini pelarianku dari semua masalah yang terus menerus datang. Bertubi-tubi menghantam setiap gerak dan langkah hidupku. Rasanya tak kuat aku menanggungnya. Kemudian aku teringat Pringgitan, sebuah bukit di selatan kota. Dari puncaknya aku bisa melihat cakrawala yang begitu luas. Dari sana pula aku bisa melihat kotaku seperti miniatur yang dipajang dalam kotak kaca.
 
Tak terhitung sudah beberapa kali aku sampai puncak Pringgitan. Dulu, tak kan pernah kubiarkan malam purnama terlewat tanpa menyusur lereng dan merebah diatas batu puncak Pringgitan. Sudah menjadi ritual kami, pelajar pecinta alam di SMA, bermalam di Pringgitan setiap bulan purnama. Adik dan kakakku pernah juga kuajak mencicipi keindahan kota dari puncak Pringgitan. Karena seringnya, sampai aku kenal Mbah Seto, penjaga warung kopi di kampung terakhir rute perjalanan. Warung ini menjadi tempat kami menanti kawan yang datang belakangan untuk kemudian naik bersama-sama menuju puncak.
 
Tapi malam ini tidak ada seorang kawanpun yang menyertaiku. Malam pun gelap gulita, selain bukan malam purnama, cahaya bintang tertutup mendung. Jarak terjauh yang bisa kulihat hanya dua atau tiga langkah kedepan. Suasana sepi, bahkan suara jangkrik pun tidak terdengar. Mbah Seto sudah menutup warungnya, berarti sudah lewat tengah malam.

Terus saja aku berjalan tanpa memperdulikan keadaan sekitar. Semakin lama langkah semakin cepat. Aku sedikit berlari ketika kaki ini tidak menemukan pijakan yang kuat. Seperti berjalan di awang-awang. Ya aku menginjak bibir jurang dengan semak-semak yang menutupinya. Seketika itu badanku meluncur tanpa bisa kukendalikan. Masih untung aku tidak terantuk batu. Di musim hujan seperti sekarang ini, semak dan rumput tumbuh lebat. Jadilah aku seperti meluncur di perosotan mainan anak taman kanak-kanak.
 
Percuma saja aku berusaha naik lagi. Dinding sangat licin. Tidak mungkin pula berpegangan pada rumput dan semak. Akarnya tertanam di tanah basah sehingga tidak kuat menahan berat tubuhku. Dinding yang lain memang lebih keras, tapi sangat terjal dengan kemiringan yang susah untuk dinaiki tanpa menggunakan tali. Keinginan mencapai puncak tanpa perhitungan dan persiapan yang matang hanya membuat keinginan itu seperti bulan yang dirindukan pungguk. Bahkan keinginan itu hanyalah impian yang menghempaskan kita ke dasar jurang yang paling dalam.
 
Aku mencari tempat yang nyaman untuk berebahan. Udara dingin dan basah menyejukkan kepalaku yang pening sejak dari rumah. Dalam kesejukan itu aku tertidur dan bermimpi melihat anak kecil yang berlarian di padang rumput. Menendang bola plastik kesana kemari. Anehnya tidak jauh dari situ ada singa jantan mondar-mandir. Sesekali melihat anak kecil itu dengan tatapan yang tajam. Lidahnya menjulur keluar. Air liurnya menetes dari sela-sela taringnya yang tajam. Sepertinya singa itu menahan lapar yang sangat.
 
Ketika singa itu mendekat hendak menerkam anak kecil itu, muncul anak singa dari semak di belakangnya. Anak singa berlari menuju sasaran mendahuluinya. Singa jantan yang lapar itu menhentikan langkahnya saat melihat anaknya bermain bola dengan anak kecil itu. Ia berbalik dan masuk kembali ke hutan. Tak tega membunuh teman sepermainan anaknya.
 
Ternyata hewan buas itu mempunyai hati yang lebih jernih dibanding aku. Memang Ia harus memperoleh makanan untuk disantap bersama keluarganya, tapi menyantap anak kecil itu sama saja membunuh keceriaan anaknya. Ia rela mencari mangsa yang lain. Aku ini apa, lari dari masalah dan membiarkan anak dan istriku kelaparan di rumah.
 
Aku terbangun saat sinar matahari menerpa tubuhku. Kehangatan pelan-pelan mulai menyebar. Aku berada pada puncak kesadaran. Setiap mahkluk yang hidup pasti mempunyai masalah. Lari dari masalah akan menambah masalah yang baru. Justru karena masalah itu menandakan kalau aku ini masih hidup. Aku ingat, saat pengajian di kampung ustad bilang "dibalik masalah itu pasti ada penyelesaiannya, dan percayalah bahwa Tuhan tidak akan membebani masalah pada mahkluknya di luar batas kemampuannya".
 
Aku berdiri dengan semangat yang baru. Dengan kekuatan seperti Gatot Kaca yang baru keluar dari Kawah Candradimuka. Siap mengerahkan sekuat tenaga untuk menghadapi masalah yang datang, berapapun banyaknya. Tapi masalahnya bagaimana aku bisa naik keatas sana ? Hoooooiiiiiiii......... Aku berteriak sekencang-kencangnya berharap ada pencari rumput yang mendengarkannya.

Catatan :
  • Pringgitan adalah bukit di daerah Slahung Ponorogo, biasa digunakan anak pecinta alam melatih pendakitan.
  • Gambar nyomot dari sini
12duadua © 2014