![]() |
Sunggung nyamannya jika tentara kita mempunyai hati nurani. |
Menjadi tentara menjadi salah satu cita-cita saya semasa kecil. Saya ingin menjadi pejuang, berkorban dan mengabdi pada negara ini. Menjadi tentaralah alternatif yang paling bagus. Pada waktu itu, di desa saya sedang banyak tentara, satu truk tentara menginap di balai desa. Ya, desa saya termasuk daerah yang terkena program ABRI Masuk Desa yang lebih dikenal dengan AMD.
Saya sering bermain dengan mereka, bergurau layaknya teman. Merekapun sangat senang jika saya dan teman-teman sebaya saya berkunjung ke balai desa, mengajak mereka main catur atau sepak bola. Sesekali main kartu, yang kalah dihukum mengenakan helm tempur tentara dari baja yang beratnya lumayan buat kepala kecil seperti saya.
Warga desa juga sangat senang dengan program itu. Desa jadi ramai dan tentu saja aman, waktu itu masih banyak pencuri yang berkeliaran di desa saya. Banyak infrastruktuf seperti jalan dan jembatan dibangun. Desa saya masih termasuk desa miskin jadi kami sangat senang pembangunan itu.
Ketika SMP, saya tambah semangat ingin masuk akademi militer. Saya sangat tertarik dengan film (atau sinetron ya...) bagaimana para taruna Angkatan Laut menjalankan pendidikan militer di Bumi Moro. Kesan saya, taruna-taruna itu sangat gagah dan berwibawa.
Ternyata teman-teman saya juga banyak yang ingin menjadi tentara. Waktu ada pendaftaran SMA Taruna Nusantara banyak yang mendaftar. Tapi saya tidak ikut mendaftar, saya tidak percaya diri dengan postur tubuh saya yang kecil dan kurus kering. Keinginan saya untuk menjadi tentara saya salurkan ke kegiatan kepramukaan. Lumayan bisa merasakan bagaimana susahnya belajar baris-berbaris dan halang rintang ala tentara.
Ketertarikan saya menjadi tentara berkurang saat saya masuk SMA, mungkin sudah capek disuruh tegap terus ketika menjadi Pramuka. Kakak sepupu saya juga memberikan pandangan yang lain. Kebetulan kakak sepupu saya itu berhasil masuk ITS. Mahasiswa ITS masih sangat jarang di desa bahkan di kecamatan saya. Sayapun beralih cita-cita, ingin masuk perguruan tinggi.
Alhamdulillah saya keterima UMPTN dan masuklah saya ke ITS. Selama menjadi mahasiswa saya aktif di salah satu kegiatan kampus. Sayapun banyak berkenalan dengan aktifis-aktifis kampus dan sering diskusi dengan mereka. Disitulah persepsi saya tentang tentara berubah 180 derajat.
Peristiwa reformasi saya alami. Banyak kejadian terjadi, menambah buruk citra tentara bagi saya. Manusia yang punya akal kok didoktrin untuk tidak digunakan. Apa yang dilakukannya hanya menurut perintah atasan. Tak perduli di depan siapa, kalau ada perintah tembah ya harus ditembak. Begitulah pandangan saya tentang tentara.
Kejadian di Alas Tlogo kemarin menambah gelap pandangan saya terhadap tentara. Selain dilarang berfikir dan membantah juga tidak punya hati nurani. Sungguh sangat kejam.
Saya penasaran, sebenarnya bagaimana sih tentara itu ? Ketemulah saya dengan sejarah tentara. Ternyata tentara dulu terbentuk dari rakyat yang berjuang demi kepentingan dan keselamatan rakyat. Pemberontakan PETA di Blitar juga karena melihat rakyatnya menderita akibat Romusa.
Tetapi mengapa sekarang rakyat yang harus menderita justru karena tentara. PETA sekarang bukan Pembela Tanah Air tapi Pembela Tanah Abah.
Saya hanya bisa berharap, semoga tentara itu tidak seburuk seperti apa yang saya persepsikan dan semoga saya menemukan alasan untuk merubah persepsi buruk itu.
8 komentar: