Setelah membaca Balthasar's Odyssey, saya kecanduan membaca karya Amin Maalouf lainnya. Kebetulan, di sebuah majalah, saya menemukan resensi "Misteri Rubaiyat Omar Khayyam" karya Amin Maalouf juga. Saya langsung berketetapan hati untuk membeli buku itu jika nanti ke toko buku.
Tanpa pikir panjang, saya langsung mencari petugas dan menanyakannya. Eh, petugas itupun tidak tahu. Dicarilah atasannya. Tak lama berselang, atasannya datang, kedua orang petugas itu membantu saya mencari. Rak buku kelompok novel sudah kami ubek, hasilnya kosong. Beberapa petugas lainnya ikut membantu. Masih belum ketemu juga.
Ya sudah, mungkin memang belum waktunya membeli buku. Saya melangkah untuk keluar. Tiba-tiba teman saya menunjuk ke tumpukan buku. Hehehehe....ternyata buku yang saya cari ada di situ, jauh dari rak kelompok novel. Saya ambil satu. Sebelum menuju kasir, saya memberi tahu petugas bahwa buku yang saya cari sudah ketemu. Kasihan mereka jika terus mencari.
Sampai di rumah, saya kecewa. Bukan, bukan karena isi buku itu. Tapi karena bukunya yang cacat. Ada satu lembar, di tengahnya, terlipat. Saya tidak yakin bisa membuka lipatannya, kedua ujungnya melekat di dasar buku. Karena itu harus saya tukarkan. Struk belanja masih saya simpan. Dulu pernah mengalami hal serupa. Saya bisa menukarnya dengan yang baru, struk menjadi senjatanya, padahal jangka waktu pembeliannya sudah lama. Saya terkesan, Gramedia memang te o pe.
Tapi kesan saya itu berubah. Saya pergi ke Gramedia di Serpong, dekat dengan rumah. Saya berharap bisa menukar buku yang cacat itu. Ternyata, Gramedia Serpong menolak, buku harus ditukar di tempat pembelian. Padahal kalau Gramedia mau fleksibel, seharusnya hal itu bisa dilakukan.
Yah, perhatian Gramedia kepada pelanggannya masih belum penuh. Terpaksa, harus nunggu kesempatan ke D'Best lagi untuk mendapat gantinya.
12 komentar: