Kami salah masuk. Seharusnya bukan pintu gerbang yang ini yang harus kami lewati agar dekat dengan tempat yang kami tuju. Kami harus berputar mengitari kompleks Islamic Center. Tapi kami senang, justru karena kesalahan itu kami mengetahui beberapa sudut bangunan itu.
Kata orang yang berkantor di situ, bangunan mangkrak dan tak terawat itu rencananya untuk diklat. Itu zaman Sutiyoso menjadi gubernur dulu. Sekarang, setelah ganti gubernur, pembangunannya berhenti.
Ya, memang sayang. Dalam perjalanan pulang kami mikir, buat apa ya bangunan segede dan seindah itu. "Mungkin buat nampung pengungsi banjir akan lebih bermanfaat," kataku. Sekarang kan pada musim banjir. Kasihan para korban yang tidak dapat tempat berteduh.
"Nggak Mam, lebih baik untuk pendidikan. Buat sekolah misalnya. Pasti banyak anak-anak di sekitar situ yang perlu dibantu sekolahnya."
Ya. Pendidikan. Apalagi pendidikan yang berkonsep sosial, membantu anak yang kurang mampu. Sepakat. Ditambah dengan fasilitas perpustakaan yang besar dan lengkap, wah sungguh dasyatnya.
Pikiranku melayang pada kota Alexandria, abad 3-2 SM, khususnya pada perpustakaannya yang sangat besar. Koleksinya diperkirakan antara 400.000 sampai 700.000 buku. Dari tempat itu lahirlah karya-karya besar diberbagai bidang. Cendikiawan dan ilmuan besar dunia tumbuh bersamanya. Archimedes, matematikawan terkenal itu mengembangkan teori-teorinya di tempat itu.
Tiba-tiba sopir taksi di depan ikut nimbrung. "Tetap saja, penghuninya yang dulu masih ada. Cuma tempatnya saja yang beda, malah semakin menyebar ke mana-mana."
Hahahahaha....kami tertawa. "Memang sulit sekali menghapus itu Pak," kataku.
1 komentar: