Pages

Kamis, 19 Januari 2006

Yusuf Dan Rohana : Bagian 1 Kedekatan Dua Keluarga

Kamis, 19 Januari 2006

Meski Yusuf dan Rohana bisa dikatakan pacaran
tetapi tidak
pernah sekalipun mereka jalan berduaan, pergi ke tempat hiburan bersama
atau
sekedar makan di warung pojok pinggir jalan. Tempat satu-satunya untuk
mereka
bertemu adalah di rumah Rohana, itupun tidak mesti seminggu sekali.
Mereka
mempunyai prinsip semuanya tidak boleh dilakukan sebelum menikah dan
mereka
mempunyai komitmen untuk melaksanakan prinsip itu. Pernah suatu saat
ada pasar malam di alun-alun kecamatan. Tidak sengaja mereka bertemu di
alun-alun itu, Rohana bersama teman-temannya sedangkan Yusuf sendirian
saja. Mereka hanya saling menyapa dan berpisah melanjutkan niatnya
masing-masing.











Cinta mereka berdua bersemi ketika sama-sama
datang ke
pengajian akbar di alun-alun kecamatan. Secara tidak sengaja pandangan
mereka
saling bertemu dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.
Sebenarnya Yusuf tidak pernah menyatakan cinta kepada Rohana, begitupun
Rohana. Tapi mereka sama-sama tahu, meskipun mulut mereka tidak bicara
tetapi hati mereka yang bicara.








Semakin hari hubungan mereka semakin dekat.
Kebetulan
keduanya mempunyai banyak kesamaan. Yusuf adalah anak seorang kiai yang
sangat
terpandang di desanya. Ayah Yusuf sering diundang menjadi pembicara
acara
kawinan, memberikan wejangan bagi pasangan yang baru menikah. Ketika
ada perselisihan antar warga, ayah Yusuflah yang dipercaya menjadi
penengahnya. Setiap sholat
berjamaah di masjid desa, ayah Yusuf yang sering menjadi imamnya,
sering juga ia menjadi khotib jum'at. Meskipun agak risih, Yusuf
terkana imbasnya juga, terkadang jamaah masjid tempat ayahnya menjadi
imam memanggilnya
Gus. Rohana juga anak seorang terpandang, yang meskipun tidak sehebat
ayah Yusuf. Ayah rohana juga punya banyak santri, sebagian besar adalah
tetangga-tetangganya sendiri.Tetangga-tetangga Rohana memanggilnya
ustad. Rumah rohana yang sekaligus menjadi tempat sholat berjamaah juga
sering digunakan untuk pengajian bersama para tetangganya. Pengajian
itu diisi oleh ayah Rohana sendiri.








Ayah rohana tidak melarang hubungan mereka berdua karena ia
percaya pada anaknya. Rohana sudah besar sudah tahu mana yang boleh dilakukan
dan mana yang harus ditinggalkan. Pikir
ayah Rohana, pengetahuan
agama Rohana sudah cukup untuk
menjaga hubungan mereka agar tidak mengarah pada perbuatan yang
dilarang. Yusuf juga sering ditanya oleh ayah Rohana tentang
keluarganya ketika sempat nimbrung dengan mereka berdua. Keterangan
dari Yusuf membuat ia semakin yakin mereka berdua tidak akan berbuat
macam-macam. Mereka berdua sama-sama punya dasar agama yang kuat.








Kedua keluarga sudah saling kenal meskipun tidak
pernah
bertemu. Hanya dari keterangan anak-anaknya saja mereka saling
mengenal. Ayah Yusuf juga tidak melarang
mereka, malah terus mendesak Yusuf kapan mereka akan menikah, “Sebentar
Bi,
kami masih belum membicarakan itu, masih banyak yang harus kami
persiapkan” kata Yusuf
ketita ditanya ayahnya. “Tunggu apa lagi, kalo masalah makan, keluarga
kita masih sanggup menerima satu
anggota keluarga lagi, jangankan satu, lima sekaligus kita masih
sanggup memberinya
makan” desak ayah Yusuf. “Menikah kan tidak hanya makan saja Bi, sudah
Bi jangan mendesak Yusuf terus, nanti
kalo kami sudah siap pasti bilang ke Abi”. Kedekatan kedua keluarga itu
tidak hanya sebatas antar hati saja, tetapi berlanjut sampai perilaku
saling memberi. Ketika suatu saat pohon mangga di belakang rumah Yusuf
banyak berbuah, ibu Yusuf memetik beberapa buah, dibungkusnya dan
disuruh Yusuf mengantar ke rumah Rohana. Begitu juga keluarga Rohana,
ketika Yusuf pulang sering diberi kue-kue buatan ibu Rohana sendiri.
Begitulah saling memberi itu sering terjadi. Tetapi tetap mereka tidak
saling bertemu, hanya dari keterangan anak-anaknya saja mereka merasa
semakin dekat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

12duadua © 2014