
Itu sebutan anakku untuk Pohon Natal. Ya, awalnya aku sendiri juga bingung, mengapa ia menyebutnya begitu.
Ceritanya, pada suatu Minggu kami jalan-jalan ke toko buku. Kebetulan toko itu berada di sebuah mall. Tau sendiri kan, kalo bulan Desember seperti sekarang ini banyak Pohon Natal terpajang di mall-mall. Saat itu anakku bertanya, "Yah, kenapa disini banyak pohon pusing?"
Aku celingukan mencari pohon apa yang dimaksud. Kemudian ia mengarahkan telunjuknya ke arah Pohon Natal. "Itu Pohon Natal," kataku. "Mengapa Azif bilang itu pohon pusing?"
Dia bilang, "kan ada bintang-bintangnya."
Aku dan istriku sontak tertawa. "Anak kita kartun banget ya," kataku pada istri.
Memang Azif sering sekali melihat film kartun di televisi. Tau kan gambaran orang pusing di kartun itu bagaimana. Karena itu, ketika melihat pohon yang disekitarnya ada banyak bintangnya ia langsung berfikir pohon itu sedang pusing.
Aku kira setiap anak cenderung mempunyai pikiran yang sama dengan Azif. Berfikir bebas tanpa ada frame yang membatasinya, sebelum orang dewasa seperti kita ini memberi batasan-batasan tertentu. Pikirannya sering keluar dari kotak-kotak yang dimiliki orang dewasa. Sebenarnya pikiran yang semacam itu sangat diperlukan untuk mengembangkan kreatifitasnya.
Woody Norris dari American Technologi Corporation, sebuah perusahaan pencipta produk baru, pernah berfikir bagaimana menciptakan suara yang hanya didengar oleh orang tertentu saja. Misalnya, suara musik dalam mobil hanya bisa didengar oleh orang yang duduk di depan saja sehingga orang yang di belakang bisa mendengar musik yang lain tanpa menggunakan headphone.
Bagi kebanyakan orang, pikirannya itu tidak akan mungkin diwujudkan karena biasanya suara yang terpancar ke udara yang didengar oleh satu orang, pasti akan didengar juga oleh orang lain.
Tapi ia menemukan jawabannya. Ia belajar dari pemancaran sinar laser. Sinar laser bisa memfokuskan sinarnya karena intensitas cahaya yang dipancarkan sangat tinggi. Suara pun jika frekuensi gelombangnya semakin tinggi akan semakin terarah dan fokus.
Nah, setiap anak mempunyai potensi yang besar untuk berfikir kreatif. Tapi jika terlalu dipaksakan dengan batasan-batasan tertentu sehingga anak jadi takut untuk berpikir lagi, daya kreatifnya akan menurun, bahkan bisa hilang.
Gambar minjam dari ClipartGuide
10 komentar: