Pages

Jumat, 13 Juni 2008

Bapak-bapak Yang Kesepian

Jumat, 13 Juni 2008
Orang yang kesepian sering menunjukkan perilaku yang aneh-aneh. Misalnya, orang dewasa yang kesepian bisa bersifat kekanak-kanakan. Sebaliknya anak-anak yang kesepian bertindak layaknya orang dewasa, seperti merokok. Meskipun tidak semua anak yang merokok itu karena kesepian. Atau seperti lirik nakal lagu Iwan Fals berikut :

Tante tante yang kesepian
Bertingkah seperti perawan
Berlomba lomba mencari pasangan
..............

Saya bertemu dengan dua orang bapak. Keduanya mengalami masalah yang sama, yaitu sama-sama menderita kesepian. Bapak yang pertama menangis saat ngobrol dengan saya. Tangisannya mirip seperti anak kecil yang menangis sambil mengadu ke ibunya bahwa mainannya dirusak temannya. Bukan untuk mengejek, tetapi memang benar begitu kenyataannya.

Saya tahu kalau ia sangat kesepian setelah lama ngobrol dengannya. Ia butuh teman untuk mendengar keluhannya. Dan secara tidak sadar ia mengakuinya. Temen ngobrol sangat langka baginya. Orang-orang di kampungnya menganggap ia ketinggian omong karena banyak omongannya yang orang tidak bisa mengerti. Bahkan Pak Lurah pun ogah menampung ide-idenya.

Di rumah, tidak ada yang menganggapnya, termasuk istri dan anak-anaknya. Mereka masih tinggal satu rumah dengan mertuanya (keluarga dari istri). Bukan karena kurang mampu, tapi karena istrinya enggan untuk berumah tangga sendiri. Mertuanya pun enggan untuk berpisah dengan anaknya. Jadilah satu rumah dua keluarga.

Karena ada dua kepala keluarga dalam satu rumah, terjadilah dualisme nilai. Di satu sisi ia ingin menerapkan nilai-nilai yang dianggapnya bagus, sedangkan di sisi yang lain mertuanya menolak nilai itu dan mempunyai nilai sendiri. Misalnya, ia ingin anaknya mengurangi menonton televisi dan lebih banyak menggunakan waktunya untuk belajar. Tetapi ketika ia mencoba menerapkannya dan dengan tegas melarang anaknya menonton televisi di jam-jam belajar, mertuanya malah melindungi cucunya itu. Tentu, bagi anak akan memilih apa yang sesuai dengan kesenangannya. Lama-kelamaan ia merasa menjadi penghuni asing di rumah itu.

Kami mengobrol sampai berjam-jam. Ia sangat bersemangat sekali, seperti menemukan mata air di tengah padang gurun yang kering. Saking semangatnya, sulit bagi saya untuk mencari celah mengakhirinya, bukan apa-apa, saya harus kerja.

Salah satu yang menjadi obrolan kami adalah keinginannya untuk membangun pusat informasi bagi petani di desanya. Ia mempunyai rumah di tempat lain yang tidak ditempati. Di rumah itu ingin dipasangi komputer dengan akses internetnya. Tetapi bagaimana caranya dan berapa biayanya ia masih belum jelas. Selama ini tidak ada yang bisa diajaknya ngobrol. Kebetulan sekali saya baru mendapat penjelasan singkat tentang internet. Dari sedikit yang saya ketahui itu, saya menularkan kepadanya. Tentu yang sedikit sangat berharga bagi orang yang tidak sama sekali.

"Petani-petani itu butuh informasi mas" katanya, "informasi tentang cara bercocok tanam, cara memperoleh bibit yang unggul, bagaimana menghasilkan padi yang berkualitas dan sebagainya. Di internet kan banyak informasi tentang itu, bener nggak mas?"

Iya juga ingin rumahnya itu bisa menjadi tempat belajar. Salah satu ruangannya ingin dijadikan perpustakaan. Banyak anak-anak putus sekolah di situ, mereka bisa belajar gratis dari buku-buku dan akses yang disediakannya. Ia mengatakan, "mereka perlu kesempatan mas. Bukan tidak mungkin, jika ada kesempatan, mereka bisa mencapai cita-citanya."

Saya membenarkan dengan bercerita tentang kisah Laskar Pelangi, novel karya Andrea Hirata itu. Ia sangat tertarik dan ingin membacanya.

"Anak Bapak suka membaca juga?"

"Iya mas."

"Novel ini bisa juga menggugah kesadaran anak untuk semangat belajar Pak. Kalau anak Bapak sempat membacanya bisa jadi ia akan berubah. Tanpa disuruh dan diatur ia akan belajar sendiri." Ia semakin tidak sabar ingin membacanya.

Akhirnya saya punya alasan untuk mengakhiri obrolan kami. Sebelum pergi, ia sempat nitip untuk dibelikan Laskar Pelangi.

Setelah obrolan di pagi itu saya tidak bertemu dengannya lagi. Dua hari kemudian saya harus meninggalkan kotanya. Tapi sebelum hari itu, saya menyempatkan diri ke toko buku, membeli Laskar Pelangi untuk saya berikan kepadanya.

Bersambung ya......

10 komentar:

12duadua © 2014