
Acaranya banyak dihadiri oleh pejabat penting di jajaran Pemerintah Kota maupun PT Telkom. Masyarakat sekitar Taman Bungkul juga tidak ketinggalan. Acara ini penting bagi Pemerintah Kota Surabaya karena Taman Bungkul, salah satu tempat wisata di Surabaya, dijadikan taman kota modern yang terbuka untuk umum dengan fasilitas olah raga dan hotspot. Selain itu diselenggarakannya acara ini untuk memancing BUMN, BUMD maupun swasta yang lainnya untuk ikut cawe-cawe membangun Kota Surabaya.
Saat itu Walikota, pejabat Telkom dan orang-orang penting yang lainnya duduk di deretan paling depan kursi undangan. Tiba-tiba angin berhembus kencang, menggoyang kain penutup tribun. Tidak disangka ada air yang menggerojok dari atas tepat menimpa kepala Walikota hingga basah kuyub.
Tentu kejadian itu menghebohkan seluruh hadirin yang hadir pagi itu. Apalagi kejadiannya tidak hanya sekali, seingat saya dua sampai tiga kali. Meskipun MC yang mewakili penyelenggara meminta maaf atas ketidak nyamanan itu dan Walikota tidak tampak marah-marah bahkan sempat tertawa, tetapi saya yakin dibelakang nanti, evaluasi penyelenggaraan akan sangat serius.
Kejadian itu menurut saya akibat dari kekuranghati-hatian penyelenggara. Sebenarnya kalau penyelenggara jeli kejadian itu tidak seharusnya terjadi. Malam sebelum acara, Surabaya diguyur hujan deras, tentu penyelenggara juga mengetahuinya. Air hujan yang mengisi kain penutup tribun bisa dibuang pagi-pagi sebelum acara dimulai.
Ternyata ada juga yang melihat kejadian itu dari sisi mistis. Taman Bungkul dikeramatkan oleh sebagian orang karena di taman itu ada makam Mbah Bungkul yang menurut cerita adalah mertua dari Sunan Ampel, ada juga yang menyebut Mbah Bungkul dengan sebutan Sunan Bungkul. Karena itu, malam hari sebelum acara, diadakan selamatan oleh pihak-pihak yang terkait dengan pembangunan Taman Bungkul. Kabarnya hanya pihak penyelenggara saja yang tidak hadir. Itulah makanya terjadi peristiwa yang memalukan itu.
Terserah teman-teman untuk memilih dari sudat pandang yang mana, sudut pandang saya atau sudut pandang mistis. Yang penting jangan sampai kejadian seperti itu tidak terulang untuk acara-acara di tempat yang lain.
Terlepas dari kejadian itu, dibangunnya kembali Taman Bungkul dan dijadikannya taman kota yang terbuka untuk umum tentu sangat menggembirakan khususnya bagi masyarakat sekitar Taman Bungkul dan juga masyarakat Surabaya secara umum. Memang suasana kota seperti Surabaya, membutuhkan tempat-tempat rekreasi atau sekedar melepas penat.
Semoga pembangunan Taman Bungkul disusul dengan pembagunan taman-taman kota yang lain sehingga tidak perlu lagi ada anak-anak yang bermain sepak bola di jalan raya yang membahayakan.
14 komentar: