
Waktu kecil saya selalu merengek-rengek minta kepada bapak
untuk pergi ke pasar malam di alun-alun kota. Pasar malam di kotaku selalu
diadakan menjelang lebaran sampai seminggu seetelah lebaran. Mungkin karena
rengekanku itu bapak menjanjikan setiap hari ketiga lebaran, kami sekeluarga
akan pergi ke pasar malam. Dan begitulah, pergi ke pasar malam menjadi tradisi
di keluargaku di hari ketiga lebaran.
Beberapa wahana kami kunjungi, komidi putar, ombak banyu,
tong setan, jinontro, topeng monyet sampai ke rumah hantu. Sebagian besar
wahana tersebut digerakkan oleh manusia. Yang membuat saya dan adik saya paling
senang adalah membawa oleh-oleh mainan, saya dijatah satu mainan dan adik juga
satu. Hanya saat itulah saya dan adik dibelikan mainan, di hari-hari yang lain
jarang sekali kami dibelikan mainan. Mainan tersebut menjadi tontonan
teman-teman di kampungku, mereka juga ikut senang dan menikmati mainan
oleh-olehku dari pasar malam. Saya ingat, terakhir bapak membelikan saya kereta
api mainan yang digerakkan baterei dan
berjalan diatas rel, kami semua senang memainkannya secara bergantian.
Selain lebaran, pasar malam juga sering diadakan setelah
selesai musim panen. Pasar malam yang ini tidak di alun-alun kota, tetapi di
alun-alun kecamatan. Jumlah wahananya tidak terlalu banyak, mungkin hanya
seperempatnya dibandingkan pasar malam di kota. Keberadaan pasar malam ini
menjadi hiburan bagi rakyat yang sebagian besar petani sebagai pesta merayakan
musim panen yang telah lewat.
Pasar malam memberikan fenomena kemasyarakatan yang
tersendiri. Orang-orang yang memainkan wahana-wahana, hidup secara berkelompok,
berpindah-pindah dari satu kecamatan ke kecamatan yang lain. Bahkan perpindahan
mereka sampai lingkup nasional, dari propinsi ke propinsi. Pasar malam di
kotaku merupakan kumpulan beberapa kelompok pasar malam keliling.
Saya sering melihat dalam kelompok pasar malam itu, ada
anak-anak yang masih balita serta nenek dan kakek yang sudah lanjut. Rupanya
kelompok pasar malam itu terdiri dari beberapa keluarga dengan ayah ibu dan
anak serta keluarga besarnya, nenek dan kakeknya. Mereka adalah pewaris
wahana-wahana pasar malam dari keturunannya yang terdahulu. Entah sudah
generasi keberapa mereka itu.
Seperti bedol desa, keluarga besar tersebut berpindah-pindah
tempat. Tentunya anak-anak mereka tidak sekolah seperti saya, sekolah mereka ya
pasar malam itu, anak-anak itulah nanti yang menjadi generasi penerus yang
harus menjalankan wahana-wahana tersebut. Tidak ada pilihan yang lain.
Bagaimana Pasar Malam Sekarang ???
Saya sempat sedih melihat pasar malam di kampung saya
beberapa waktu yang lalu. Suasananya sangat berbeda dibanding pasar malam waktu
saya kecil dulu. Sepi, tidak meriah dan banyak wahana yang kusam dan kumuh.
Pengunjungnya hanya beberapa saja, banyak wahana yang kosong tanpa pengunjung.
Maklumlah saat ini banyak wahana bermain yang bagus dan
lebih menarik. Ada playground, time zone, water park dan
taman-taman bermain lainnya. Masyarakat tidak perlu menunggu lebaran atau
selesai panen untuk menikmatinya, setiap hari wahana-wahana baru tersebut
dibuka. Harga tiketnya juga tidak terlalu mahal, terjangkau bagi masyarakat
kelas menengah, mungkin juga masyarakat kelas bawah. Apalagi sekarang ada play
stasion dan online game di internet yang juga murah, 3.000 rupiah
perjamnya, membuat wahana-wahana pasar malam terkesan udik dan tidak bermutu.
Tetapi sungguh tidak saya sangka, pada hari sabtu dan malam
minggu, pasar malam ramai dikunjungi orang. Kata tetangga-tetanggaku
pengunjungnya sebagian besar adalah masyarakat dari pelosok-pelosok kota yang
turun gunung. Alhamdulillah kataku dalam hati. Benar kata orang bijak, “rejeki
itu Allahlah yang mengatur dan menentukannya, kita hanya diwajibkan berusaha”.
Jika dikemas lebih menarik, pasar malam dapat meriah seperti
dulu lagi. Pasar malam dapat diselenggarakan sebagai perayaan ulang tahun
sebuah kota dan dikemas sebagai pagelaran budaya bersamaan dengan pagelaran
ludruk, ketoprak, wayang orang, wayang kulit dan pasar jajanan rakyat, seperti
MALANG KEMBALI. Jika didukung dengan promosi dan pemasaran yang menarik bisa
saja tidak hanya masyarakat setempat yang berkunjung, tetapi turis manca negara
yang akan berkunjung.
26 komentar: