“Satu pertanyaan yang menggugah saya, mengapa Allah melahirkan saya ke bumi? Padahal Allah tak butuh kita, tak butuh shalat kita. Apakah kita beriman atau tidak, Ia tetap Allah yang Esa. Bahkan ada atau tidak adanya kita, keagungan Allah tak berkurang sedikit pun.”
Astrid Ayudewi Darmawan merasakan kegamangan makna hidupnya. Ia resah justru pada saat semua sudah dicapainya. Bayangkan, di usia yang baru menginjak 20 tahun, penghasilannya sebagai model papan atas mencapai US$3,000 perhari. Secara intelektual, ia termasuk perempuan yang cerdas sehingga bisa kuliah di salah satu universitas terbaik di Indonesia. Selain itu, kepandaiannya bergaul membuatnya dikenal banyak orang ternama.
Kesungguhannya mencari makna hidup membuat ia lebih serius belajar. Banyak buku dibacanya. Ia juga mendatangi pengajian-pengajian dan mendengar uraian para ustad. Tak puas dengan satu buku, ia mencari buku yang lain. Jika belajar pada satu ustad dirasa belum bisa menjawab kegundahan hatinya, tak segan ia datang ke pengajian yang lain dan belajar dari ustad di situ. Belajar dari banyak buku dan ustad, menjadikan mantan atlet nasional itu lebih mengenal Islam. Ia juga mengatakan, “Belajar itu tak boleh berhenti. Tak baik pula kita hanya belajar pada satu guru saja. Itu akan menyebabkan taklit buta.”
Astrid dibesarkan dalam keluarga yang heterogen. Keluarga besar dari garis sang ayah adalah penganut Islam, sedangkan keluarga dari Ibu, penganut Katholik. Ia menempuh pendidikan di sekolah-sekolah Katholik. Tentu kurikulum belajarnya menganut ritual agama Katholik, termasuk ritual misa. Sebenarnya siswa non-Katholik tak diperkenankan mengikuti misa, tapi ia nekat mengikutinya.
Agama Katholik di sekolahnya termasuk Ordo Asisi, salah satu ordo dalam Katholik yang tak mengakui perwakilan Paus sebagai wakil tunggal dalam hubungan hamba dengan Tuhan. Ordo ini juga meyakini bahwa Yesus bukanlah Tuhan, ia hanya pembawa pesan saja.
Pengalaman ber-Islam didapatkannya di rumah. Ayahnya, Dr. Hariadi Darmawan adalah Muslim yang taat. Setiap Shubuh, Maghrib, dan Isya’, Astrid selalu diajak shalat berjamaah. Seminggu sekali, seorang guru mengaji didatangkan khusus ke rumahnya.
Mengenal Rasulullah Saw
Dalam sistem pengajaran Katholik, cerita tentang kebaikan Yesus dan kemuliaan Bunda Maria begitu dominan. Karena itu ia sangat mengenal keduanya. Ia heran, mengapa pengajian yang diikutinya itu tak menceritakan keagungan Nabi Muhammad Saw? Selain itu ia gerah dengan metode ceramah sang ustad. Sering sekali dalam ceramahnya, ustad menjelek-jelekkan agama dan keyakinan orang lain.
Baginya, Rasulullah Saw adalah guru dari segala guru. Jika ingin selamat di dunia dan akhirat harus belajar darinya, mengikuti seluruh tuntunannya. Jadilah, Nabi Muhammad Saw menjadi figur religius bagi dirinya. Tak heran jika ia membutuhkan figur semacam itu karena pengaruh ajaran Katholik. Bagi kaum Katholik, Yesus menjadi figur sentral dari setiap ajarannya.
Ia juga mengatakan, untuk mencapai tujuan itu, kita tak boleh sekali-sekali menyekutukan-Nya. Artinya, fokus tujuan kita hanya kepada Allah, bukan yang lain. Sering sekali dalam doa, kita memaksakan keinginan kita, minta ini dan itu. Tujuan yang sebenarnya terlupakan.
Setelah tamat Sekolah Menengah Atas, ia diterima di jurusan Teknik Elektro Universitas Indonesia. Kemudian ia lanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun di tingkat pasca sarjana, ia lebih tertarik di bidang bisnis. Karena itu, ia lebih memilih jurusan Bisnis International di perguruan tinggi yang sama.
Ia masuk dunia modeling sejak usia 12 tahun. Debut pertamanya ketika menjadi model di majalah SPORTIF. Tahun 1985 sampai 1995 Astrid menjadi model profesional. Astrid juga pernah berkecimpung di bidang olahraga, khususnya renang. Ibu dua anak ini pernah menjadi atlet renang nasional pada kejuaraan se-Asia Tenggara. Pernah juga mewakili daerahnya bertanding di Pekan Olahraga Nasional.
Di sela-sela aktivitasnya sebagai perempuan karir dan mengurus keluarga, ia menyempatkan diri untuk menulis. Buku pertamanya pun lahir, Al-Qur’an, The Ultimate Secret terbitan Ufuk Press. Saat ini, ia sedang menyiapkan penerbitan buku keduanya. Apa isi buku keduanya itu? “Tak lucu jika saya ceritakan sekarang,” ujarnya sambil tersenyum. « [imam dan esthi]
Alhamdulillah it's Firday Edisi 18
"Akhlak Sang Nabi"
----------------------------------------------------------------
13 komentar: