Pages

Senin, 02 Maret 2009

Pekerjaan

Senin, 02 Maret 2009
Saya heran saat pertama kali melihat polisi cepek di Surabaya. Ada-ada saja yang dilakukan orang untuk mencari uang. Polisi cepek? itu lho orang yang membantu pengendara mobil putar balik atau menyeberang jalan. Maklum di kampung dulu tak terbayang jenis pekerjaan semacam itu.

Saya lebih heran lagi saat beberapa bulan tinggal di sekitar Jakarta. Ada orang yang tiap malam kerjaannya nongkrong di atas jembatan, menunggu genset untuk lampu penerang reklame. Jenis pekerjaan ini tak mungkin saya temui di kampung saya.

Ya, setiap orang perlu bekerja agar kelangsungan hidup diri dan keluarganya terjamin. Lebih-lebih bagi kaum laki-laki, bekerja adalah kebutuhan sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada keluarga.

Apabila kebutuhan untuk bekerja ini dihubungkan dengan pemberi pekerjaan alias pemilik modal atau pengusaha, sebenarnya siapakah yang membutuhkan, pengusaha atau pekerja? Kalau jawaban teman-teman keduanya saling membutuhkan, itu sama dengan apa yang saya pikirkan.

Tapi, ada salah satu pengusaha, pemilik modal besar, yang merasa (lebih tepatnya dianggap) berjasa karena mempekerjakan ribuan karyawan. Bahkan ia disebut lebih nasionalis dibanding Wimar karena banyak menolong rakyat yang butuh pekerjaan.

Logika semacam itu dipakainya untuk mendapat dana pinjaman pemerintah karena saat ini perusahaannya kembang kempis diterjang krisis global. Ia merasa layak mendapatkan fasilitas itu dengan alasan, agar banyak rakyat terselamatkan.

Saya kok agak janggal dengan logika itu. Saya bisa mengerti kalau pengusaha itu memang benar-benar memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Tidak mengupah mereka pada batas minimal (UMR) dan tidak mengorbankan karyawan pertama kali saat terjadi krisis.

Siapakah pengusaha itu? Silahkan baca sendiri di perspektif.net plus diskusi yang melingkupinya. <<

Catatan: Gambar pinjam dari Clipart ETC

5 komentar:

12duadua © 2014