
Hal yang sama juga saya rasakan di Muhajirin, masjid dekat kantor saya. Karena kesejukannya itu banyak sekali jamaah yang menyempatkan diri tidur-tiduran setelah sholat dzuhur. Termasuk juga Amin, pedagang roti keliling. Saya selalu menjumpainya saat sholat dzuhur dan ashar. Rupanya selama antara dzuhur dan ashar itu Ia tidur. "Kalau siang pembelinya sepi Mas, mendingan istirahat disini" katanya suatu saat kepada saya.
Selain Amin, masih banyak lagi yang memanfaatkan masjid untuk tidur siang atau sekedar duduk-duduk. Masalahnya, bagaimana menjaga kesucian masjid dari najis yang dikeluarkan saat orang sedang tidur? Kalau dilarang, jamaah pasti berkurang, masjid jadi sepi.

Masjid-masjid di pinggir jalan, terutama jalan besar penghubung antar kota, sangatlah berguna. Selain untuk mampir sholat, juga untuk tempat istirahat sebentar menghilangkan rasa lelah. Sungguh mulia pemilik masjid di pinggir jalan ketika membangun masjid diniatkan untuk melayani para pejalan jauh itu.
Yang menyebalkan ketika saya dalam perjalanan ke luar kota menjumpai masjid yang semuanya pintunya terkunci rapat. Juga dengan pintu kamar mandinya. Padahal saya ingin buang hajad dan sholat di masjid itu. Dengan sedikit kesal saya mencari masjid kembali. Ya, mungkin pengurus masjid itu tidak ingin ada pencuri masuk dan menjarah peralatan-peralatan yang ada di dalam masjid.
5 komentar: