Pages

Rabu, 23 Januari 2008

Revolusi Pertanian

Rabu, 23 Januari 2008
Pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan sebuah negara. Pengelolaan pertanian yang tepat akan menjamin ketersediaan makanan bagi seluruh masyarakatnya. Meskipun manusia tidak hidup untuk makan, tetapi manusia sangat membutuhkan makanan untuk menjalankan fungsi hidupnya. Karena itu ketahanan pangan merupakan syarat mutlak bagi kemajuan sebuah negara.
 
Terbentuknya masyarakat modern seperti sekarang ini juga bermula dari pengenalan manusia pada cara bercocok tanam sekitar 10 ribu tahun yang lalu. Sebelumnya, selama 2 juta tahun, manusia hidup berpindah-pindah dari satu tempat perkemahan ke tempat perkemahan yang lain untuk mencari sumber makanan.  Ketergantungan manusia terhadap alam sangat besar. Kemampuan akal manusia masih terbatas, alat-alat yang digunakan juga masih berupa segumpal batu untuk melempar atau batang kayu yang diperuncing untuk menusuk.
 
Pengenalan manusia pada cara bercocok tanam, menjadikan perubahan yang sangat cepat pada pola hidup dan kebudayaan manusia. Terjadilah apa yang disebut revolusi pertanian. Cara hidup manusia tidak lagi berpindah-pindah melainkan menetap, membentuk desa-desa dan mulai membentuk organisasi sosial dengan dasar dan susunan yang sangat berbeda dengan organisasi sosial ketika masih dalam kelompok-kelompok berburu. Kepandaian manusia berkembang. Manusia sudah bisa membuat periuk belanga dari tanah liat, menenun dan membuat rumah yang beratap.
 
Kemudian, 6.000 tahun setelahnya atau tepatnya 4.000 SM terjadi perubahan yang cepat dalam tatanan kehidupan masyarakat. Manusia mulai mengembangkan tatanan masyarakat kota (revolusi perkotaan). Kota pertama-tama terbentuk di Kreta, di daerah subur sekitar sungai Tigris dan Eufrat (sekarang menjadi negara Siria dan Irak), serta di muara Sungai Nil (sekarang menjadi Mesir). 
 
Setelah itu sekitar tahun 1.500 M, manusia mulai mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru. Dan pada paruh abat-18, manusia menemukan mesin yang dapat memproduksi barang-barang keperluan hidupnya dalam jumlah yang besar. Masa ini dikenal dengan revolusi industri. Akhirnya terbentuklah masyarakat modern yang terus berkembang sampai sekarang.
 
Harus kita akui bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini kita lalai dalam mengelola pertanian sehingga pernah terjadi kelangkaan beras sehingga harus mendatangkan beras dari negara lain. Memang sangat menggelikan, negara yang terkenal sebagai negara agraris ini masih juga harus meminta bantuan hasil pertanian dari negara lain.
 
Aneh juga, tanah yang subur ini tidak bisa menghasilkan kedelai berkualitas dengan harga yang murah. Kedelai impor justru lebih murah dibandingkan kedelai lokal. Secara logika ekonomi akhirnya masyarakat lebih memilih kedelai impor. Sedikit demi sedikit kita jadi tergantung. Ketika harga kedelai global mengalami kenaikan, kita tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti harga pasaran.
 
Karena kelalaian itu, masyarakat menjadi resah tidak bisa membeli beras dan kedelai yang harganya melambung. Terjadilah peristiwa nasi aking dan lentho sebagai pengganti nasi dan tempe goreng.
 
Sudah seharusnya diusahakan pengelolaan pertanian dan peningkatkan produktifitas. Tetapi yang lebih penting dari itu adalah perlunya upaya untuk melakukan revolusi berfikir masyarakat. Menjadi petani tidak dipandang sebagai pekerjaan yang remeh atau asal bekerja daripada menganggur. Menjadi petani adalah pilihan profesi yang dapat menjadi sandaran hidup. Revolusi berfikir ini diharapkan bisa menciptakan daya tarik bagi generasi muda untuk masuk di dunia pertanian.
 
Perubahan cara pandang masyarakat ini mendesak untuk dilakukan mengingat sebagian besar petani kita sudah berusia lebih dari 50 tahun. Tanpa ada generasi muda yang mau menggantikannya, bisa dibayangkan bagaimana negara agraris ini 20 atau 30 tahun mendatang. Mungkin sudah terkubur bersama jasad para petani itu.

13 komentar:

12duadua © 2014