Sudah menjadi tradisi untuk merayakan Hari Kemerdekaan RI, Pemerintah Kabupaten Ponorogo menyelenggarakan Pawai Pembangunan. Pawai diikuti oleh institusi-institusi pemerintahan, sekolah-sekolah, kelompok-kelompok masyarakat seperti club sepeda motor dan berbagai perusahaan yang ada di Ponorogo.
Sebenarnya saya tidak begitu tertarik melihatnya. Pawai itu lebih mirip parade promosi dibandingkan parade budaya. Tapi sayang juga melewatkannya. Sambil mengajak anak, saya berangkat. Sekalian juga ingin tahu perkembangan Ponorogo saat ini.
Diantara peserta pawai, ada arak-arakan sepeda motor mempertontonkan atraksi yang mirip sirkus. Ada yang memacu dengan mengangkat roda depan, ada juga yang mengerem mendadak sehingga roda belakang terangkat.
Saat arak-arakan itu melintas di depan saya, polisi yang menjaga menghentikannya dan menyuruh mereka keluar dari lintasan pawai. Saya tidak begitu paham mengapa arak-arakan itu tidak diperbolehkan melanjutkan pawai. Saya hanya menduga, polisi itu tetap menerapkan aturan berkendara meski dalam pawai.
Arak-arakan itu memang tidak memakai helm dan berboncengan tidak sebagaimana mestinya. Atribut-atribut yang dipakai juga tidak jelas mewakili institusi mana atau kelompok apa. Pakaian dan gayanya persis seperti berandalan atau gangster.
Syukurlah, saya juga setuju kalau arak-arakan itu distop. Selain membahayakan dirinya sendiri, juga bisa membahayakan penonton yang berjubel di pinggir jalan.
Selesai pawai, saya melihat beberapa sepeda motor yang digunakan arak-arakan tadi ditahan di pos polisi. Wah saya sangat salut dengan sikap tegas polisi. Menindak siapa saja yang melanggar peraturan, meski dalam pawai. Terus konsisten seperti itu ya pak !!!
5 komentar: