Pages

Jumat, 27 Juli 2007

Pasar Turi Kebakaran !!!

Jumat, 27 Juli 2007
Berita itu cukup menghebohkan. Orang yang sudah mengenal Surabaya sejak lama pasti keget mendengar berita itu. Pasar Turi sudah menjadi ciri khas Surabaya dan menjadi tumpuan perdagangan Surabaya bahkan di kawasan Timur Indonesia.

Sampai tulisan ini diketik, api belum bisa dikendalikan. Ya, bisa dibayangkan bagaimana sulitnya memadamkan api di tempat yang begitu padat terisi barang-barang mudah terbakar. Tetapi heran juga, bagaimana bisa separah itu, padahal Pasar Turi dekat dengan PMK, tidak lebih dari 100 m jaraknya.

Saat pertama kali mendengar terjadi kebakara di Pasar Turi, saya sudah menduga pasti ada cerita, kebakaran itu disengaja oleh pihak tertentu. Dan ternyata memang benar, berita-berita di media banyak yang menulis kemungkinan itu.

Tetapi benarkah disengaja ? Tidak tahu, mungkin juga tidak akan pernah tahu. Dugaan itu hanya disimpulkan dari adanya rencana pembangunan kembali Pasar Turi yang ditolak sebagian besar pedagang.

Cerita yang sama pernah saya dengar waktu Pasar Legi Ponorogo terbakar. Sebelum kejadian itu, Peremintah ingin membenahi dan membangun pasar itu agar kelihatan lebih cantik dan indah, tetapi para pedagang menolak.

Entah ada hubungannya atau tidak, Kamis 29 November 2001, 800 stan Pasar Legi hangus terbakar. Kini Pasar Legi sudah dibangun kembali dan kelihatan lebih megah, cocok dengan nama barunya, "Pasar Legi Songgo Langit". Songgo dari bahasa jawa yang artinya sangga/penyangga.

Juga cerita tentang Pasar Wonokromo yang sekarang lebih dikenal dengan nama DTC atau Darmo Trade Center. Sebelum semegah sekarang, Pasar Wonokromo pernah terbakar.

Mungkin masih banyak lagi cerita kebakaran pasar yang dihubung-hubungkan dengan rencana pembangunan kembali atau lebih mentereng disebut revitalisasi.

Tetapi kita tinggalkan saja teori hubungan kebakaran dengan rencana revitalisasi pasar, terlalu banyak membuang energi dan belum tentu bisa membuktikannya. Sekarang mari kita lihat kondisi Pasar Turi sebelum terjadi kebakaran.

Beberapa kali saya pernah berkunjung ke Pasar Turi. Tidak jauh beda dengan pasar-pasar grosir yang lain. Lorong-lorong penuh sesak dengan barang dagangan sehingga untuk berbapasan saja harus memiringkan badan. Yang terlihat luas hanya koridor di tengah pasar.

Para pedagang banyak meletakkan barang dagangannya di lorong-lorong pasar, sepertinya stan yang disediakan tidak cukup untuk menampung barang-barang itu. Maklumlah Pasar Turi menjadi pusat grosir terbesar di Surabaya, bahkan di seluruh Kawasan Timur Indonesia.

Beberapa fasilitas sudah tidak berfungsi dengan baik. Saluran air tidak bisa menyalurkan air hujan ke pembuangan. Jika hujan deras tiba-tiba turun, bisa dipastikan, Pasar Turi akan banjir, seperti yang pernah saya alami waktu berkunjung di musim hujan. Udara di dalam pengap, sulit untuk bisa bernafas lega.

Barang-barang yang dijual sebagian besar adalah barang dari kain dan plastik, juga ada sedikit yang dari keramik dan logam. Barang-barang itu mudah sekali terbakar, apalagi dalam jumlah yang besar dan saling berdekatan.

Inilah yang terjadi, begitu ada penyulut, api langsung menyebar kemana-mana dan sulit untuk dipadamkan. Pasar Turi kebakar.

Masih banyak pasar dengan kondisi yang hampir sama dengan Pasar Turi. Pertanyaannya, mau berapa lagi pasar yang terbakar untuk kita bisa berbenah ? Juga untuk pemukiman, tidak cukupkah Pasar Turi menjadi pelajaran agar tidak ada lagi pemukiman yang ludes dilalap api ?


Yang saya baca :
1. 34 Jam Berlalu, Api di Pasar Turi Belum Bisa Dijinakkan
2. DPRD Imbau Pedagang Pasar Turi Tidak Ambil Kesimpulan
3. Pasar Turi Dilalap Api
4. Pedagang Tolak Revitalisasi
5. Pedagang Temukan Botol Berisi Bensin di Stan Yang Belum Terbakar
6. Jalan Raya Jadi "Pasar Darurat"
Gambar pinjam dari detiksurabaya.com

9 komentar:

12duadua © 2014