Pages

Rabu, 25 Juli 2007

Manusia, Sang Penyelamat ?

Rabu, 25 Juli 2007
Tanpa ada perilaku dan pola konsumsi manusia, juga tanpa ada upaya mereduksi emisi gas rumah kaca (GRK) untuk mengatasi pemanasan bumi, diperkirakan usia bumi tinggal 70 sampai 100 tahun lagi.

Perkiraan itu disampaikan oleh Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) berdasarkan tren kenaikan suhu udara hingga empat derajat celcius.

Keprihatinan tentang kehidupan di bumi juga disampaikan oleh fisikawan Stephen Hawking. Sekembalinya dari penerbangan gravitasi nol, 26 April 2007 yang lalu ia mengatakan, "Kehidupan di Bumi semakin berada dalam risiko untuk disapu oleh bencana, seperti pemanasan global mendadak, perang nuklir, virus hasil rekayasa genetika, dan bahaya lain."

Kondisi bumi yang semakin memburuk ini membuat manusia mencari alternatif tempat lain yang mempunyai sifat seperti bumi untuk tempat tinggal manusia disaat bumi tidak bisa ditempati lagi.

Beberapa planet dan satelit di lingkungan terdekat bumi dipelajari untuk mendapatkan kemungkinan menjadi tempat hidup manusia. Mars yang paling mirip dengan bumi ternyata masih membutuhkan rekayasa terutama untuk penyediaan udara dan bahan makan. Tentu rekayasa ini butuh energi yang sangat besar.

Para astronom mengembangkan penelitiannya lebih luas lagi, diluar Tata Surya. Bertemulah "Super-Earth" sebuah planet yang mengelilingi bintang redup Gliese 581. Para astronom menemukan di permukaan "Super-Earth" ada semacam aliran air seperti aliran sungai di bumi. Aliran air tersebut yang menjadi dasar para astronom mempercayai "Super-Eart" mirip dengan bumi.

Mungkin benar, diantara bermiliar benda di luar angkasa ada yang menyerupai bumi dan layak untuk menjadi tempat tinggal manusia. Namun untuk menuju kesana perlu pemikiran dan penelitian yang lebih jauh mengingat benda-benda angkasa berjarak sangat jauh. "Super-Earth" yang baru ditemukan mempunyai jarak sangat jauh. Sebagai perbandingan, jarak Gliese 581 dengan bumi 20,5 tahun cahanya. Berapa kilometer ? Kalikan saja 20,5 dengan 9.500.000.000.000 kilometer.

Bumi Tanpa Manusia.

Sebuah imajinasi menarik disampaikan oleh seorang wartawan, Alan Weisman, tentang kondisi bumi setelah manusia hengkang, entah karena pergi ke tempat lain atau karena binasa oleh bencana.

Menurutnya, gambaran bumi setelah ditinggal manusia akan menyerupai kawasan sekitar Chernobyl, daerah PLTN Uni Soviet yang pada April 1986 dan menyemburkan awan radio aktif. Daerah tersebut kini kosong tanpa ada satupun manusia yang tinggal.

Imajinasi Weisman berkembang dari Chernobyl menjadi dunia. Bagaimana dunia ini setelah ditinggal manusia ? Dalam tempo beberapa hari atau minggu PLTN di seluruh dunia akan mendidih dan meledak, menghamburkan radioaktif. Listrik akan mati.

Weisman menggambarkan kondisi yang lebih rinci di kota New York. Setelah penduduk New York pergi, banjir akan melanda, lantai beton akan membeku dan terlipat. Peninggalan terakhir manusia mungkin hanya patung perunggu yang bisa bertahan 10 tahun mendatang.

Bukan Langkah Bijak.

Mencari dan pergi ke alternatif tempat selain bumi, meskipun itu mungkin dilakukan di waktu mendatang, bukanlah langkah yang bijak. Bukankan manusia diturunkan ke bumi mempunyai tanggung jawab mengelolanya ? Mengelola bukan berarti mengeruk dan menguras kemudian meninggalkannya.

Tetapi, bukankan sudah menjadi takdir suatu saat bumi ini akan binasa ?

Memang, pada akhirnya semua alam semesta, termasuk bumi, akan rusak dan musnah. Tetapi bukan termasuk manusia yang baik, bahkan seburuk-buruknya manusia, yang menyaksikan kerusakan itu. Tentu kita tidak mau menjadi seburuk-buruk manusia bukan ? Tentu juga bukan anak cucu kita, maukah kita menyelamatkan bumi untuk mereka ?



Dicomot dari berbagai sumber :
1. Bumi Tanpa Manusia (Kompas, Rabu 25 Juli 2007)
2. "Super-Earth" dan Nasib Bumi-Manusia (Rabu 02 Mei 2007)
3. Usia Bumi Tinggal Seabad Lagi (Senin 28 Mei 2007)
Gambar-gambar dari The World Without Us


11 komentar:

12duadua © 2014