Pages

Rabu, 18 Juli 2007

Jajan Pasar

Rabu, 18 Juli 2007
Hari ini ada yang istimewa di kantor. Cak Mujib, salah satu teman saya merayakan ulang tahun. Ketika ditanya "yang keberapa Cak ?", ia menjawab "ke-30". Sontak semua teman tertawa, ada yang nyeletuk, "ini ulang tahun anaknya kali". Teman-teman tertawa lagi.

Setiap kali merayakan ulang tahun, Cak Mujib membawa jajan pasar, ada pisang rebus, kacang rebus, ketela rebus, arem-arem dan kue lumpur, tapi bukan lumpur lapindo lho... Jadi tidak ada acara pemotongan tumpeng, tetapi penjumputan kacang rebus.

Teringat masa kecil dulu. Setiap pulang dari jualan di pasar, nenek selalu membawa oleh-oleh jajan pasar. Menjelang magrib, saya dan adik selalu menunggu di depan rumah sambil sesekali melihat ke ujung jalan. Begitu nenek terlihat, kami berlomba lari, berebut siapa duluan yang menerima oleh-oleh.

"Oleh-olehnya apa nek ?", nenek selalu menjawab, "nanti saja sampai di rumah". Tidak hanya kami yang mendapat jajan pasar, teman-teman kami yang kebetulan main di rumah juga kebagian. Jajan pasar yang dibawa nenek dibagi sama rata.

Oleh-oleh nenek itu sekarang tidak bisa kami nikmati lagi. Tujuh tahun yang lalu, nenek telah dipanggil menghadap, tenang disisi-Nya. Cak Mujib juga yang pertama kali memberi kabar nenek meninggal. Beruntung saya punya teman seperti Cak Mujib, saya kembali bisa menikmati jajan pasar yang menjadi menu utama setiap hari ulang tahunnya.

Doa untukmu Cak, semoga rahmat dan rejeki-Nya selalu tercurah padamu dan seluruh keluarga. Juga buat nenek, semoga kasih sayang-Nya berlimbah untuk nenek, seperti kasih sayang nenek yang berlimpah untuk kami.



Foto atas, Cak Mujib. Foto bawah, jajan pasar.


8 komentar:

12duadua © 2014