Pages

Senin, 29 Maret 2010

Amplop dan Kelahiran

Senin, 29 Maret 2010
Sering saya menerima amplop kosong. Biasanya bertuliskan nama sebuah yayasan yatim piatu, panti jompo, pendidikan anak terlantar atau nama sebuah pesantren yang entah dimana. Ya, benar, pemberi amplop itu berharap saya menyumbang sejumlah uang.

Terkadang saya memberi, terkadang pula tidak. Tergantung apa kata hati kecil saya. Kalau bisikan dalam hati mengatakan "ya, berilah" maka amplop itu akan terisi. Tak peduli pemberi amplop itu menipu atau tidak. Itu bukan urusan saya, yang penting bagi saya adalah ikhlas.

Tapi, jika hati kecil saya mengatakan "tidak", maka saya biarkan amplop itu tetap kosong sampai di tangan orang yang mengumpulkannya.

Cerita amplop itu saya alami lagi pada suatu siang, saat saya hendak Shalat Jum'at. Di depan masjid, ada seseorang yang menghentikan saya. Ia berusia sekitar 40 tahunan. Sambil menatap saya, ia memberikan sebuah amplop. Saya sudah mengerti maksudnya, pasti meminta sumbangan.

Saya lihat ada tulisan di amplop itu. Saya membacanya. Astaga! Amplop itu bertertuliskan, "maaf mohon bantuan se ikhlas nya. Dana itu buat biaya lahiran istri saya". Di bawahnya ada penanda bertuliskan "(Pedagang Peci)". Saya trenyuh sekali membacanya.

Terbayang dalam angan-angan saya, seorang ibu sedang hamil tua mengerang kesakitan. Bayi dalam kandungannya meronta ingin segera keluar. Saya rasakan juga kepanikan seorang suami mencari biaya untuk persalinan istrinya. Hasil berdagang peci hanya cukup untuk menebus kebutuhan sehari-hari.

Tak perlu menunggu lama, hati saya mengatakan "berikan".

Alhamdulillah, saat selesai Shalat Jum'at, saya melirik beberapa jama'ah memasukkan sejumlah uang ke amplop itu. Semoga saja amal para jama'ah dan yang lainnya cukup menutupi biaya persalinan istrinya.

2 komentar:

12duadua © 2014