Pages

Rabu, 29 Agustus 2007

Pengaruh Positif dan Negatif

Rabu, 29 Agustus 2007
Saat ini keponakan saya sedang gandrung bermain gitar. Ya seperti masa-masa SMP saya dulu yang juga suka sekali memainkan alat musik ini, meski cuma hafal beberapa chord lagu populer masa itu. Kebetulan dirumah ada MP3 player, Ia langsung memasang CD MP3 koleksinya dan mencoba mencari chord-nya.

Saya ikut membantu mencarinya, tentu sebatas yang saya bisa. Ada satu lagu yang sudah berulah kali diputar masih belum ketemu juga bagaimana cara memainkannya. Saya ingat di dekat rumah saya ada warnet, langsung saja saya ajak Ia berselancar mencari chord lagu itu. Tidak lebih dari satu menit, chord lagu itu ketemu.

Senang bercampur heran terpancar dari ekspresi wajah keponakan saya itu. "Kok bisa semudah itu Om," katanya. Saya langsung menjawabnya sambil memperkenalkan bagaimana internet bisa berfungsi untuk kita belajar, belajar apa saja. Maklum di kampung saya, internet baru saja dikenal. Belum ada dua tahun internet masuk dan baru beberapa bulan ini warnet-warnet muncul.

Tapi saat saya bercerita ke istri, Ia langsung memperingatkan saya. Internet juga bisa menjadikan anak terjerumus ke hal yang tidak baik, pornografi misalnya. "Di internet kan banyak video-video porno yang sangat mudah diakses," katanya.

Benar juga pikirku. Tapi apakah dengan alasan itu lantas kita tidak perlu memperkenalkan internet pada remaja ? Saya pikir itu bukan langkah yang tepat. Beberapa hari ini saya merenung bagaimana caranya ya agar internet itu lebih memberi efek yang positif kepada remaja seperti keponakan saya itu.

Ini hasil perenungan saya :
  • Perlu pendampingan terlebih dahulu sebelum melepas mereka berselancar sendiri di internet.
  • Lebih banyak memperkenalkan hal yang menarik yang bisa memberi pemahaman yang positif tentang internet, misalnya menghubungkan dengan hobinya. Kalau suka bermain gitar, ya ajak mencari pelajaran bermain gitar di internet.
  • Ajaran moral juga perlu ditanamkan untuk membentengi perilakunya dari efek negatif internet.
  • Perlu polisi internet (?), hehehe...ini bukan hasil saya merenung, tapi baca di sini.
Teman-teman mau menambahkan ?

Gambar :
Polisi Animasi Cina (newsmax)

Jumat, 24 Agustus 2007

Souvenir Hidup

Jumat, 24 Agustus 2007
Saya kaget ketika Kris memberi saya sebuah adenium. Ia bilang, "Mas ini souvenirnya." Setelah diam sejenak akhirnya saya paham kalau adenium ini adalah souvenir pernikahannya.

Saya datang waktu acara akad nikahnya, tetapi tidak bisa meramaikan acara resepsinya. Jadi souvenir ini baru saya terima beberapa hari setelah resepsi itu.

"Souvenir Hidup" begitulah akhirnya saya menyebutnya. Sebelumnya saya tidak pernah sekalipun mendapat souvenir berupa benda hidup pada acara pernikahan. Biasanya berupa hiasan, bunga plastik, keramik dan lain-lain yang benda mati.

Sebenarnya saya pernah diajak berkunjung ke kebun adenium, tempatnya memesan. Tapi saat itu saya belum ngerti mengapa Ia pesan begitu banyak. Saat saya tanyakan padanya, adenium-adenium ini pesanan orang. Saya percaya saja. Ternyata, sampai juga salah satunya ke tanganku.

Mengapa Ia memilih souvenir hidup ? Saya chat dengannya :


imam (1:16 PM):  kris
imam (1:16 PM):  mau tanya
kris budi (1:16 PM):  opo mas
imam (1:16 PM):  hehehe...
imam (1:17 PM):  mengapa pakek souvenir adenium ???
imam (1:18 PM):  kris !!!!
kris budi (1:16 PM):
imam (1:19 PM):  ditakoni malah ngguyu
kris budi (1:19 PM):  yo ngguyu, lapo sampeyan kok takok ngunu....
kris budi (1:19 PM):  yo iku berawal dari idea ne mbakku mas....
kris budi (1:19 PM):  gak ada maksud apa2....
kris budi (1:20 PM):  malah awalnya itu pengen bunga adelwes
kris budi (1:20 PM):  tp kan susah carinya.
kris budi (1:20 PM):  benernya gak cuman adenium kok, ada yang kaktus juga......
kris budi (1:20 PM):  he he he he....
imam (1:21 PM):  yang menarik
imam (1:21 PM):  souvenirnya benda hidup
imam (1:21 PM):  biasanya kan benda mati
kris budi (1:21 PM):  iyo...
kris budi (1:21 PM):  kan aq kan wong aneh...
kris budi (1:21 PM):  mangkane digawe aneh ae mesisan....
imam (1:22 PM):  opo pingin pernikahanmu
imam (1:22 PM):  dadi hidup ???
imam (1:22 PM):  ora mati ??
kris budi (1:22 PM):  ono ono ae sampeyan iku.....
kris budi (1:22 PM):  kalo itu pilihannya aku mesti milih yang hidup mas....
kris budi (1:23 PM):  ya tserah orang yang menerima mempersepsikan seperti apa...
kris budi (1:23 PM):  tp yang jelas aku ama azmil pengen beda dari biasanya....
imam (1:23 PM):  ok
imam (1:24 PM):  tak tulis neng MP yo ???
imam (1:24 PM):  boleh kan ??
kris budi (1:24 PM):  iyo gpp kok....
kris budi (1:24 PM):  sampeyan tanya azmil dulu aja...
kris budi (1:24 PM):  boleh nggak. kalo aq gk masalah
kris budi (1:24 PM):  do OL kok tp di invisble...
kris budi (1:24 PM):  dia OL kok tp di invisble...
imam (1:25 PM):  ok suwun
kris budi (1:25 PM):  sekalian promosi mas, sopo ngerti ono seng gelem...
kris budi (1:26 PM):  trs kene seng dikon golekne sovenir
kris budi (1:26 PM):  he he he he
kris budi (1:26 PM):
imam (1:26 PM):  bisa aja

Souvenir hidup saya letakkan di meja kerja saya agar suasana tambah segar. Terima kasih Kris, semoga perinakahanmu selalu hidup dan minghidupi. Amii...n

Rabu, 22 Agustus 2007

Pak Sarni

Rabu, 22 Agustus 2007
Minggu kemarin anak saya merengek minta dipanggilkan becak goyang (ibu saya menyebutnya odong-odong), itu lho becak yang ada sepeda motor mainan yang bisa naik turun. Cara penghitungan biayanya unik, satu lagu (lagu anak-anak) dihargai seribu rupiah.

Saya kaget, ternyata pengemudinya adalah Pak Sarni. Dulu, semasa SD, Ia berjualan mainan di depan sekolah. Mainan-mainan dagangannya dibuat sendiri dengan barang bekas seperti kardus dan kaleng bekas. Tidak banyak pembelinya karena tersaingi mainan-mainan toko dari plastik.

Sejak lulus SD sampai saya kuliah, tidak pernah lagi bertemu dengannya. Kabarnya Ia tidak lagi menjual mainan, tapi makanan kecil yang juga hasil buatannya sendiri. Ibu bilang, Pak Sarni selalu berganti-ganti dagangan, waktu anak-anak sedang gandrung dengan cilok (bakso kecil-kecil), Ia pun membuat dan menjualnya.

Setahun yang lalu, saya bertemu dengannya. Ia menjadi tukang becak. Saat itu, becak masih menjadi kendaraan baru di kampungku. Jumlah becak yang beroperasi bisa dihitung dengan jari tangan, termasuk becak Pak Sarni. Kata Ibu, Pak Sarni memang kreatif, begitu ada peluang langsung disambutnya.

Terakhir bertemu dengannya ya Minggu kemarin. Usahanya sekarang mengoperasikan becak goyang. Setiap sore Ia keliling kampung, mendatangi tempat anak-anak berkumpul. Pelangannya banyak juga, termasuk anak saya ketika kami pulang kampung.

Usaha kreatif memanfaatkan peluang tidak seiring dengan perubahan nasib Pak Sarni. Masih saja Ia hidup di bawah garis hidup yang layak. Himpitan ekonomi masih bertahan membelenggunya. Tapi kesulitan itu tidak membuatnya bermuka masam, selalu ceria, bercanda dengan anak-anak pelanggannya.

"Mari Mas, Saya mau ke alun-alun, sudah ada yang menunggu di sana", Pak Sarni berpamitan setelah 3 lagu diputarnya.

Sampai bertemu kembali Pak Sarni. Entah usaha apa lagi yang akan Pak Sarni jalani ketika bertemu nanti, yang penting semoga nasib Bapak cemerlang, seperti cemerlangnya pikiran bapak.



Jika Mereka Mempunyai Kesempatan Yang Sama


Waktu SMA saya mempunyai teman yang menurut saya sangat jenius, langganan ranking pertama di kelas. Mata pelajaran matematika, fisika dan kimia dikuasainya dengan baik, jauh diatas rata-rata kemampuan kami. Yang lebih mengagumkan, Ia berasal dari daerah terpencil di sisi selatan kota saya, yang ketika malam harus belajar di pos kamling untuk mendapat penerangan listrik.

Kenyataan itu membuktikan bahwa belum tentu anak kota lebih pintar dibanding anak desa. Jika anak desa diberi kesempatan yang sama untuk belajar dan dimudahkan mengakses informasi, mereka akan mempunyai kemampuan yang sama, bahkan bisa melebihi anak kota. Teman-teman kuliah saya, yang mempunyai kemampuan diatas rata-rata sebagian besar juga berasal dari daerah.

Masih ingat kisah Andrey Sakharoov Awoitauw, pemenang mendali emas Olimpiade Sains Nasional (OSN) tahun 2005 bidang matematika asal Papua ? Saat pertama kali Prof. Yohanes Surya bertemu dengannya, Ia bukanlah anak yang pintar, bahkan Ia kedodoran saat diminta menghitung 1/2 ditambah 1/3, jawabannya 1/5. Tentu jawaban itu bukan level jawaban siswa SLTP di sekolah-sekolah favorit di Jawa.

Tetapi kesempatan untuk belajar bersama Prof. Yohanes Surya merubahnya menjadi anak yang brillian. Ia mengalahkan juara dunia olimpiade matematika dan berhasil mendapatkan medali emas.

Saat ini di seluruh dunia terdapat kurang lebih dua miliar anak dari negara-negara sedang berkembang dan negara miskin tidak mendapatkan pendidikan yang layak, bahkan banyak yang tidak mendapatkan pendidikan sama sekali. Anak-anak itu terjebak dalam pergulatan negara yang berusaha mentas dari keterpurukan ekonomi.

Di negara-negara tersebut, pendidikan bukanlah prioritas yang utama. Dana yang dialokasikan untuk pendidikan sangat kecil, kurang dari $ 20 peranak pertahun. Bandingkan dengan dana yang dialokasikan pemerintah Amerika Serikat untuk pendidikan, $ 7.500 peranak pertahun.

Professor Nicholas Negroponte memandang keadaan ini tidak adil. Lingkaran setan ini harus diputus, setiap anak harus mempunyai kesempatan mendapatkan pendidikan yang sama, sehingga mereka mampu memaksimalkan potensi yang ada.

Tahun 2002, Negroponte memperkenalkan gagasan One Laptop per Child (OLPC), sebuah program komputer jinjing murah bagi anak-anak di negara-negara miskin dan sedang berkembang. Tujuannya, agar mereka mendapat akses yang cukup untuk pendidikan.

Pada awalnya program ini mendapat banyak cemoohan. Boss Intel mengatakan bahwa komputer jinjing seharga $ 100 adalah mainan. Ada juga yang meragukan dari sisi teknis karena spesifikasi hard disk yang kurang. Sebagian yang lain memandang, negara-negara itu lebih membutuhkan sanitasi dan air bersih dibandingkan komputer jinjing.

Namun berbagai cemoohan itu dijawab Negroponte, "Ini adalah proyek pendidikan dan bukan proyek komputer".

Karena keteguhannya dan seiring dengan perubahan waktu, mereka yang dulu mencemooh akhirnya ikut bergabung. Di bulan July  yang lalu, Intel siap bergabung bersama Negroponte.

Bisa dibayangkan bagaimana wajah dunia ketika OLPC bisa mewujudkan mimpinya, menjadikan seluruh anak di dunia mendapat pendidikan dan akses informasi yang layak.


Sumber inspirasi :
1. Laptop murah mulai diproduksi
2. Mencetak Juara
Gambar dipinjam dari BBCIndonesia


Selasa, 21 Agustus 2007

Pawai Tetap Taat Peraturan Lalu Lintas

Selasa, 21 Agustus 2007
Sudah menjadi tradisi untuk merayakan Hari Kemerdekaan RI, Pemerintah Kabupaten Ponorogo menyelenggarakan Pawai Pembangunan. Pawai diikuti oleh institusi-institusi pemerintahan, sekolah-sekolah, kelompok-kelompok masyarakat seperti club sepeda motor dan berbagai perusahaan yang ada di Ponorogo.

Sebenarnya saya tidak begitu tertarik melihatnya. Pawai itu lebih mirip parade promosi dibandingkan parade budaya. Tapi sayang juga melewatkannya. Sambil mengajak anak, saya berangkat. Sekalian juga ingin tahu perkembangan Ponorogo saat ini.

Diantara peserta pawai, ada arak-arakan sepeda motor mempertontonkan atraksi yang mirip sirkus. Ada yang memacu dengan mengangkat roda depan, ada juga yang mengerem mendadak sehingga roda belakang terangkat.

Saat arak-arakan itu melintas di depan saya, polisi yang menjaga menghentikannya dan menyuruh mereka keluar dari lintasan pawai. Saya tidak begitu paham mengapa arak-arakan itu tidak diperbolehkan melanjutkan pawai. Saya hanya menduga, polisi itu tetap menerapkan aturan berkendara meski dalam pawai.

Arak-arakan itu memang tidak memakai helm dan berboncengan tidak sebagaimana mestinya. Atribut-atribut yang dipakai juga tidak jelas mewakili institusi mana atau kelompok apa. Pakaian dan gayanya persis seperti berandalan atau gangster.

Syukurlah, saya juga setuju kalau arak-arakan itu distop. Selain membahayakan dirinya sendiri, juga bisa membahayakan penonton yang berjubel di pinggir jalan.

Selesai pawai, saya melihat beberapa sepeda motor yang digunakan arak-arakan tadi ditahan di pos polisi. Wah saya sangat salut dengan sikap tegas polisi. Menindak siapa saja yang melanggar peraturan, meski dalam pawai. Terus konsisten seperti itu ya pak !!!

Minggu, 12 Agustus 2007

Naik Kereta Api...Tut...Tut...Tut

Minggu, 12 Agustus 2007



Minggu siang kami pergi ke stasiun, mengantar istri membeli tiket. Azif, anak saya, bersemangat sekali. Sepanjang perjalanan, ia selalu bertanya, kapan nyampek, kok lama banget.

Sampai di stasiun, kami langsung menuju loket. Cukup banyak calon penumpang yang mengantri. Azif tidak mau diajak menunggu, "Yah mana keretanya ?". Dari jendela ruang tunggu loket sebenarnya sudah terlihat kereta yang parkir, tapi sepertinya ia kurang puas jika hanya melihat saja. "Yah, ayo kesana, Azif mau naik". Saya dan Azif berputar mencari jalan masuk, sementara istri mengantri. Alhamdulillah, akhirnya ketemu juga.

Ada dua rangkaian gerbong yang sedang dibersihkan oleh petugas. Satu berwarna putih, sepertinya kereta executive. Satunya lagi berwarna kuning, kayaknya ini kereta bisnis. Saya dan Azif masuk kereta yang kuning dan duduk sebentar di kursi penumpang. Benar, dari jenis kursi penumpang, kereta ini kereta bisnis.

"Yah, Azif mau naik yang itu" sambil menunjuk kereta putih yang terlihat dari jendela. Kami menuju kereta putih, tapi kok pintunya tertutup semua.

"Dek...pintunya ditutup, lihat dari luar saja ya"

"Nggak, nggak mau, Azif mau masuk"

Kamipun berjalan sepanjang gerbong kereta dan berputar lewat sisi yang sebelahnya. Beruntung ada satu pintu yang terbuka. Kami masuk. Di Dalam ada petugas yang sedang mengepel gerbong. Saya meminta ijin untuk melihat-lihat. Alhamdulillah petugas mengijinkan. Azif duduk di kursi penumpang. Dugaan saya benar lagi, kereta ini kereta executive.

Sesaat kemudian "Yah, mana setirnya ?"

Waduh, kok pertanyaan itu yang keluar. Saya menjawab "Yang ini hanya gerbong saja, tidak ada setirnya, yang ada setirnya itu kepalanya"

"Mana kepalanya Yah, Azif mau lihat setirnya"

Wah, gawat, dimana ya cari lokomotif. Ada sih di dekat ruang tunggu, tapi kereta itu mau berangkat, tidak mungkin masuk dan melihat-lihat ke sana. Saya ajak Azif berputar-putar di area stasiun sambil ngobrol, siapa tahu ia lupa tentang setir kereta api.

"Dek...cari Bunda dulu yuk"

Azif mengangguk. Setelah bertemu istri, Azif masih tetap ngotot tidak mau diajak pulang, ia masih ingin lihat setir kereta. Saya dan istri mengalah, kami bertiga kembali berputar-putar di stasiun.

Eh, di bengkel kereta ada lokomotif yang parkir. Kami pergi ke sana. Kebetulan pintu lokomotifnya terbuka jadi kami bisa masuk.

"Mana setirnya Yah ?"

Iya, kok nggak ada benda yang mirip setir mobil ya. Saya sendiri, seumur hidup baru pertama kali ini masuk ruang kemudi kereta. Saya tidak tahu kemudi kereta itu bentuknya seperti apa. Yang terlihat hanya tuas-tuas berwarna merah dan hitam. Mungkin tuas-tuas itu kemudinya.

"Ayah juga tidak tahu Dek... Mungkin ini setirnya..."

Azif memegang tuas-tuas itu sambil mengamati seluruh ruang kemudi kereta. Setelah agak lama, kami mengajaknya pulang. Rupanya ia sudah puas dengan apa yang dilihatnya sehingga mau diajak pulang.

Sampai di rumah, Azif memanggil-manggil pembantu saya dan bercerita tentang kereta dan setirnya. Saya dan istri tersenyum melihat tingkah lagu Azif. Semoga berkunjung ke stasiun siang ini menjadi pengalaman menarik buatnya.

Rabu, 01 Agustus 2007

Kampanye Manis

Rabu, 01 Agustus 2007

http://kampanye.multiply.com/journal
Janji ibarat hutang....
Maka janganlah banyak mengobral janji, karena setiap janji akan ditagih.
Tulisan di halaman depan Kampanye Manis

Hari ini saya diundang Kampanye Manis untuk menjadi salah satu contact di MP-nya. Setelah melihat-lihat saya langsung mengiyakan. Menurut saya ini sebuah ide yang bagus dan sangat berguna untuk mengingatkan para calon pemimpin atas janji-janji yang diucapkannya waktu kampanye.

Membaca salah satu rekamannya saya merinding. Betapa tidak, salah satu calon siap rumahnya dibakar ketika terbukti korupsi. Ngeri, mengapa cara-cara anarkis bisa muncul dan seolah-olah legal untuk dilakukan, meskipun untuk menegaskan kesungguhannya.

Ada juga yang sanggup ngantor di kelurahan, “Jika saya terpilih nanti, saya akan ngantor selama dua hari di setiap kelurahan setiap minggunya secara bergantian”.

Kita buktikan saja sama-sama, apakah memang mereka patut dipercaya janjinya atau tidak. Terima kasih Mas Ihsan......Teman-teman lain boleh bergabung kan ?
12duadua © 2014