Pages

Jumat, 27 Juli 2007

Pasar Turi Kebakaran !!!

Jumat, 27 Juli 2007
Berita itu cukup menghebohkan. Orang yang sudah mengenal Surabaya sejak lama pasti keget mendengar berita itu. Pasar Turi sudah menjadi ciri khas Surabaya dan menjadi tumpuan perdagangan Surabaya bahkan di kawasan Timur Indonesia.

Sampai tulisan ini diketik, api belum bisa dikendalikan. Ya, bisa dibayangkan bagaimana sulitnya memadamkan api di tempat yang begitu padat terisi barang-barang mudah terbakar. Tetapi heran juga, bagaimana bisa separah itu, padahal Pasar Turi dekat dengan PMK, tidak lebih dari 100 m jaraknya.

Saat pertama kali mendengar terjadi kebakara di Pasar Turi, saya sudah menduga pasti ada cerita, kebakaran itu disengaja oleh pihak tertentu. Dan ternyata memang benar, berita-berita di media banyak yang menulis kemungkinan itu.

Tetapi benarkah disengaja ? Tidak tahu, mungkin juga tidak akan pernah tahu. Dugaan itu hanya disimpulkan dari adanya rencana pembangunan kembali Pasar Turi yang ditolak sebagian besar pedagang.

Cerita yang sama pernah saya dengar waktu Pasar Legi Ponorogo terbakar. Sebelum kejadian itu, Peremintah ingin membenahi dan membangun pasar itu agar kelihatan lebih cantik dan indah, tetapi para pedagang menolak.

Entah ada hubungannya atau tidak, Kamis 29 November 2001, 800 stan Pasar Legi hangus terbakar. Kini Pasar Legi sudah dibangun kembali dan kelihatan lebih megah, cocok dengan nama barunya, "Pasar Legi Songgo Langit". Songgo dari bahasa jawa yang artinya sangga/penyangga.

Juga cerita tentang Pasar Wonokromo yang sekarang lebih dikenal dengan nama DTC atau Darmo Trade Center. Sebelum semegah sekarang, Pasar Wonokromo pernah terbakar.

Mungkin masih banyak lagi cerita kebakaran pasar yang dihubung-hubungkan dengan rencana pembangunan kembali atau lebih mentereng disebut revitalisasi.

Tetapi kita tinggalkan saja teori hubungan kebakaran dengan rencana revitalisasi pasar, terlalu banyak membuang energi dan belum tentu bisa membuktikannya. Sekarang mari kita lihat kondisi Pasar Turi sebelum terjadi kebakaran.

Beberapa kali saya pernah berkunjung ke Pasar Turi. Tidak jauh beda dengan pasar-pasar grosir yang lain. Lorong-lorong penuh sesak dengan barang dagangan sehingga untuk berbapasan saja harus memiringkan badan. Yang terlihat luas hanya koridor di tengah pasar.

Para pedagang banyak meletakkan barang dagangannya di lorong-lorong pasar, sepertinya stan yang disediakan tidak cukup untuk menampung barang-barang itu. Maklumlah Pasar Turi menjadi pusat grosir terbesar di Surabaya, bahkan di seluruh Kawasan Timur Indonesia.

Beberapa fasilitas sudah tidak berfungsi dengan baik. Saluran air tidak bisa menyalurkan air hujan ke pembuangan. Jika hujan deras tiba-tiba turun, bisa dipastikan, Pasar Turi akan banjir, seperti yang pernah saya alami waktu berkunjung di musim hujan. Udara di dalam pengap, sulit untuk bisa bernafas lega.

Barang-barang yang dijual sebagian besar adalah barang dari kain dan plastik, juga ada sedikit yang dari keramik dan logam. Barang-barang itu mudah sekali terbakar, apalagi dalam jumlah yang besar dan saling berdekatan.

Inilah yang terjadi, begitu ada penyulut, api langsung menyebar kemana-mana dan sulit untuk dipadamkan. Pasar Turi kebakar.

Masih banyak pasar dengan kondisi yang hampir sama dengan Pasar Turi. Pertanyaannya, mau berapa lagi pasar yang terbakar untuk kita bisa berbenah ? Juga untuk pemukiman, tidak cukupkah Pasar Turi menjadi pelajaran agar tidak ada lagi pemukiman yang ludes dilalap api ?


Yang saya baca :
1. 34 Jam Berlalu, Api di Pasar Turi Belum Bisa Dijinakkan
2. DPRD Imbau Pedagang Pasar Turi Tidak Ambil Kesimpulan
3. Pasar Turi Dilalap Api
4. Pedagang Tolak Revitalisasi
5. Pedagang Temukan Botol Berisi Bensin di Stan Yang Belum Terbakar
6. Jalan Raya Jadi "Pasar Darurat"
Gambar pinjam dari detiksurabaya.com

Rabu, 25 Juli 2007

Manusia, Sang Penyelamat ?

Rabu, 25 Juli 2007
Tanpa ada perilaku dan pola konsumsi manusia, juga tanpa ada upaya mereduksi emisi gas rumah kaca (GRK) untuk mengatasi pemanasan bumi, diperkirakan usia bumi tinggal 70 sampai 100 tahun lagi.

Perkiraan itu disampaikan oleh Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) berdasarkan tren kenaikan suhu udara hingga empat derajat celcius.

Keprihatinan tentang kehidupan di bumi juga disampaikan oleh fisikawan Stephen Hawking. Sekembalinya dari penerbangan gravitasi nol, 26 April 2007 yang lalu ia mengatakan, "Kehidupan di Bumi semakin berada dalam risiko untuk disapu oleh bencana, seperti pemanasan global mendadak, perang nuklir, virus hasil rekayasa genetika, dan bahaya lain."

Kondisi bumi yang semakin memburuk ini membuat manusia mencari alternatif tempat lain yang mempunyai sifat seperti bumi untuk tempat tinggal manusia disaat bumi tidak bisa ditempati lagi.

Beberapa planet dan satelit di lingkungan terdekat bumi dipelajari untuk mendapatkan kemungkinan menjadi tempat hidup manusia. Mars yang paling mirip dengan bumi ternyata masih membutuhkan rekayasa terutama untuk penyediaan udara dan bahan makan. Tentu rekayasa ini butuh energi yang sangat besar.

Para astronom mengembangkan penelitiannya lebih luas lagi, diluar Tata Surya. Bertemulah "Super-Earth" sebuah planet yang mengelilingi bintang redup Gliese 581. Para astronom menemukan di permukaan "Super-Earth" ada semacam aliran air seperti aliran sungai di bumi. Aliran air tersebut yang menjadi dasar para astronom mempercayai "Super-Eart" mirip dengan bumi.

Mungkin benar, diantara bermiliar benda di luar angkasa ada yang menyerupai bumi dan layak untuk menjadi tempat tinggal manusia. Namun untuk menuju kesana perlu pemikiran dan penelitian yang lebih jauh mengingat benda-benda angkasa berjarak sangat jauh. "Super-Earth" yang baru ditemukan mempunyai jarak sangat jauh. Sebagai perbandingan, jarak Gliese 581 dengan bumi 20,5 tahun cahanya. Berapa kilometer ? Kalikan saja 20,5 dengan 9.500.000.000.000 kilometer.

Bumi Tanpa Manusia.

Sebuah imajinasi menarik disampaikan oleh seorang wartawan, Alan Weisman, tentang kondisi bumi setelah manusia hengkang, entah karena pergi ke tempat lain atau karena binasa oleh bencana.

Menurutnya, gambaran bumi setelah ditinggal manusia akan menyerupai kawasan sekitar Chernobyl, daerah PLTN Uni Soviet yang pada April 1986 dan menyemburkan awan radio aktif. Daerah tersebut kini kosong tanpa ada satupun manusia yang tinggal.

Imajinasi Weisman berkembang dari Chernobyl menjadi dunia. Bagaimana dunia ini setelah ditinggal manusia ? Dalam tempo beberapa hari atau minggu PLTN di seluruh dunia akan mendidih dan meledak, menghamburkan radioaktif. Listrik akan mati.

Weisman menggambarkan kondisi yang lebih rinci di kota New York. Setelah penduduk New York pergi, banjir akan melanda, lantai beton akan membeku dan terlipat. Peninggalan terakhir manusia mungkin hanya patung perunggu yang bisa bertahan 10 tahun mendatang.

Bukan Langkah Bijak.

Mencari dan pergi ke alternatif tempat selain bumi, meskipun itu mungkin dilakukan di waktu mendatang, bukanlah langkah yang bijak. Bukankan manusia diturunkan ke bumi mempunyai tanggung jawab mengelolanya ? Mengelola bukan berarti mengeruk dan menguras kemudian meninggalkannya.

Tetapi, bukankan sudah menjadi takdir suatu saat bumi ini akan binasa ?

Memang, pada akhirnya semua alam semesta, termasuk bumi, akan rusak dan musnah. Tetapi bukan termasuk manusia yang baik, bahkan seburuk-buruknya manusia, yang menyaksikan kerusakan itu. Tentu kita tidak mau menjadi seburuk-buruk manusia bukan ? Tentu juga bukan anak cucu kita, maukah kita menyelamatkan bumi untuk mereka ?



Dicomot dari berbagai sumber :
1. Bumi Tanpa Manusia (Kompas, Rabu 25 Juli 2007)
2. "Super-Earth" dan Nasib Bumi-Manusia (Rabu 02 Mei 2007)
3. Usia Bumi Tinggal Seabad Lagi (Senin 28 Mei 2007)
Gambar-gambar dari The World Without Us


Rabu, 18 Juli 2007

Jajan Pasar

Rabu, 18 Juli 2007
Hari ini ada yang istimewa di kantor. Cak Mujib, salah satu teman saya merayakan ulang tahun. Ketika ditanya "yang keberapa Cak ?", ia menjawab "ke-30". Sontak semua teman tertawa, ada yang nyeletuk, "ini ulang tahun anaknya kali". Teman-teman tertawa lagi.

Setiap kali merayakan ulang tahun, Cak Mujib membawa jajan pasar, ada pisang rebus, kacang rebus, ketela rebus, arem-arem dan kue lumpur, tapi bukan lumpur lapindo lho... Jadi tidak ada acara pemotongan tumpeng, tetapi penjumputan kacang rebus.

Teringat masa kecil dulu. Setiap pulang dari jualan di pasar, nenek selalu membawa oleh-oleh jajan pasar. Menjelang magrib, saya dan adik selalu menunggu di depan rumah sambil sesekali melihat ke ujung jalan. Begitu nenek terlihat, kami berlomba lari, berebut siapa duluan yang menerima oleh-oleh.

"Oleh-olehnya apa nek ?", nenek selalu menjawab, "nanti saja sampai di rumah". Tidak hanya kami yang mendapat jajan pasar, teman-teman kami yang kebetulan main di rumah juga kebagian. Jajan pasar yang dibawa nenek dibagi sama rata.

Oleh-oleh nenek itu sekarang tidak bisa kami nikmati lagi. Tujuh tahun yang lalu, nenek telah dipanggil menghadap, tenang disisi-Nya. Cak Mujib juga yang pertama kali memberi kabar nenek meninggal. Beruntung saya punya teman seperti Cak Mujib, saya kembali bisa menikmati jajan pasar yang menjadi menu utama setiap hari ulang tahunnya.

Doa untukmu Cak, semoga rahmat dan rejeki-Nya selalu tercurah padamu dan seluruh keluarga. Juga buat nenek, semoga kasih sayang-Nya berlimbah untuk nenek, seperti kasih sayang nenek yang berlimpah untuk kami.



Foto atas, Cak Mujib. Foto bawah, jajan pasar.


Senin, 16 Juli 2007

Sedih di Awal Masuk Sekolah

Senin, 16 Juli 2007
Senin kemarin hari pertama masuk sekolah. Saya tidak ingat bagaimana perasaan saya ketika pertama kali duduk di bangku Sekolah Dasar, senang atau biasa-biasa saja ? Yang masih ingat, saya senang waktu masuk SMP. Saya mendapatkan suasana yang berbeda dan punya banyak teman baru. Maklum saya anak desa yang sekolah di kota.

Waktu masuk SMA, rasanya biasa-biasa saja. Tidak ada hal yang baru kecuali gedung dan guru-gurunya. Hampir seluruh teman SMA saya adalah teman-teman SMP juga. Masuk SMA seperti bedol sekolah saja.

Orang tua tentu senang melihat anaknya bisa menapaki tangga demi tangga pendidikan formal. Mereka juga tidak diributkan dengan biaya sekolah, sumbangan, uang gedung, seragam atau apalah namanya. Semuanya tidak memberatkan meskipun bagi orang tua saya yang guru Sekolah Dasar. Tidak banyak permainan juga, penerimaan siswa baru hanya berpatokan pada nilai danem (daftar nilai ebtanas murni). Ada sih isu, ada teman yang masuk gara-gara nyumbang mesin ketik atau batu bata untuk membangun kelas, tapi tidak sampai menggemparkan.

Sekarang saya bisa merasakan kondisi yang berbeda. Angga (saya pernah cerita disini) tidak jadi masuk SMK Grafika yang menjadi keinginannya, juga keinginan orang tuanya. Orang tua Angga tidak sanggup membayar melebihi peminat yang lain. Sebenarnya sudah disediakan Rp. 1,5 juta untuk daftar ulang, sesuai informasi yang diterima dari pihak sekolah sebelumnya. Tetapi ketika daftar ulang, Angga ditolak karena bangku sudah ada yang mengisi.

Ibunya kemarin cerita ke istri saya, sambil menahan tangis. Sedih sekali tidak bisa memenuhi harapan anaknya gara-gara tidak bisa menyediakan biaya daftar ulang diluar perkiraannya. Sebenarnya Angga anak yang cerdas, nilai unas-nya 27 lebih, ia yakin anaknya bisa diterima. Tapi apa daya, Angga gagal masuk SMK Grafika. Kekecewaannya semakin menjadi setelah mendengar cerita Lia. Teman Lia bisa masuk SMA Grafika padahal nilai unas-nya jauh dibawah Angga.

Lia sendiri juga kecewa. Ia tidak bisa masuk jurusan kesehatan yang diinginkannya gara-gara telat membayar uang daftar ulang. Padahal Ia dan Ibunya datang tepat sesuai dengan tanggal yang ditentukan sekolah, tetapi bangku sudah penuh terisi. Rupanya sebelum tanggal tersebut, banyak orang tua yang datang ke sekolah untuk melakukan daftar ulang sekaligus membayar biayanya.

Saya dan istri hanya bisa sedih mendengar cerita-cerita mereka. Bagaimana pendidikan kita kalau semuanya ditentukan oleh kuasa uang ?

Ya harus dong, sekolah butuh biaya Bung !

Iya, tapi apakah tidak bisa sekolah menyediakan sebagian bangkunya untuk mereka-mereka yang cerdas tetapi secara ekonomi kurang mampu. Kalau begini hanya orang kaya saja yang bisa sekolah.

Lalu biaya operasional sekolah siapa yang naggung kalau banyak yang tidak mampu ?

Ya biaya operasional harus dibuat se-efisien mungkin. Biaya-biaya yang tidak ada kaitan langsung dengan proses belajar mengajar dibuat sekecil-kecilnya. Tidak perlu sekolah berlomba membangun gedung-gedung yang megah dan fasilitas yang melebihi standar hanya untuk mengejar sebutan sekolah favorit.

Saya jadi bertanya-tanya, bagaimana negara ini menjalankan amanah Undang-Undang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa kalau semua masyarakat tidak mempunyai kesempatan yang sama duduk di bangku sekolah.


Gambar dari : http://clearinghouse.dikmenum.go.id

Buntu yang Tidak Buntu

Sudah seminggu ini saya menggunakan sistem operasi ubuntu. Sebelumnya saya menggunakan mandriva.

Ada beberapa keunggulan yang saya rasakan. Pertama, sound saya jadi bisa berfungsi, waktu pakek mandriva tidak terdeteksi (aneh). Kedua, sangat mudah melakukan install beberapa paket yang ada, tidak seperti mandriva yang terlalu berbelit. Bagi saya yang buta linux sangat menyulitkan. Yang ketiga, ada dukungan dan komitmen dari tim ubuntu yang sangat mempermudah dan menguntungkan.

Berikut ini adalah komitmen publik tim Ubuntu untuk para penggunanya:
  • Ubuntu akan selalu bebas dari biaya, maka dari itu tidak akan ada biaya tambahan untuk "edisi enterprise", kami akan membuat semua pekerjaan terbaik Ubuntu tersedia untuk semua orang dengan istilah Bebas yang sama.
  • Ubuntu juga menyediakan dukungan komersial dari ratusan perusahaan di seluruh dunia. Ubuntu dirilis secara tetap dan dapat Anda prediksikan; rilis Ubuntu terbaru tersedia setiap enam bulan. Setiap rilis akan didukung oleh Ubuntu dengan perbaikan pada keamanan dan perbaikan lainnya secara bebas selama sekurangnya 18 bulan.
  • Ubuntu akan menyertakan terjemahan dan prasarana aksesibilitas terbaik yang dimiliki oleh komunitas Perangkat Lunak Bebas, hal ini berguna untuk membuat Ubuntu dapat dipergunakan oleh banyak orang. Kami juga bekerja sama dengan seluruh komunitas Perangkat Lunak Bebas dalam hal perbaikan bug dan saling membagi kode.
  • Ubuntu berkomitmen secara penuh terhadap prinsip-prinsip dari pengembangan perangkat lunak bebas; untuk ini kami mendorong masyarakat untuk menggunakan perangkat lunak bebas dan open source, lalu memperbaikinya dan kemudian menyebarkannya kembali.
Bagi teman-teman yang ingin mencoba silahkan saja, saya jamin akan tertarik...

Dan jika ingin tahu lebih jauh tentang ubuntu silahkan berkunjung ke Komunitas Ubuntu Indonesia

Rabu, 11 Juli 2007

Ketika Uang Berkuasa

Rabu, 11 Juli 2007
MENARIK sekali membaca uraian Dahlan Iskan di Jawa Pos Senin kemarin (9 Juli 2007). “Menggoda dengan Uang Raksasa”, sebuah gambaran bagaimana bisnis besar jual-beli perusahaan.

Seorang milyarder dengan “mudahnya” membeli perusahaan yang sudah beken dengan pangsa pasar yang besar, dikenal oleh orang hampir diseluruh dunia, bahkan sebelum tawar-menawar dilakukan. Milyader itu tinggal mengumumkan ke media bahwa ia akan membeli perusahaan dengan nilai tertentu. Isu menjadi perbincangan yang ramai.

Pertama kali, mendengar cuap-cuap milyarder, si pemilik tentu marah-marah. Tetapi karena tawaran yang disebut sangat besar, melebihi harga yang layak, pemilik akan pikir-pikir dan akhirnya menyetujuinya. Padahal pemilik yang sekarang tidak ikut merasakan bagaimana nenek moyangnya bersusah-payah mendirikan dan mengembangkan perusahaan tersebut. Nilai kesejarahan perusahaan tidak ada harganya sama sekali dibanding nilai uang yang jika dirupiahkan nolnya bertumpuk-tumpuk.

Perusahaan layaknya seperti barang dagangan yang tidak ada kaitannya samasekali dengan nasib para pekerja dan profesional di dalamnya. Apalagi memikirkan bagaimana perusahaan itu menjadi tempat bergantung bagi banyak keluarga. Yang ada hanya hitungan untung dan rugi. Memang inilah hukum dunia bisnis yang hanya mendewakan uang atau modal semata.

Beberapa waktu yang lalu saya membaca biografi Matsushita Konosuke pendiri Matsushita Electric. Saya sangat terkesan dengan salah satu visi perusahaan yang didirikannya, yaitu mengusahakan kesejahteraan karyawannya. Bagaimanapun karyawan mempunyai jasa yang besar dalam membangun perusahaan. Pandangan ini yang membuat Ia tidak memberhentikan karyawan disaat krisis melanda. Justru karyawan dilibatkan dalam usaha bangkit dari krisis. Sisi kemanusiaan mengalahkan hitungan untung dan rugi.

Berbeda bagi seorang milyader pembeli perusahaan. Ketika sudah berhasil memiliki perusahaan, usaha yang pertama kali dilakukan tentu bagaimana modal yang diinvestasikan kembali dengan perhitungan waktu tertentu. Jika pada akhirnya perusahaan itu tidak lagi menguntungkan alias merugi, dijuallah perusahaan itu ke pihak lain. Bagaimana nasib para karyawan dan profesional di dalamnya ? Tidak tahu, kan tidak masuk dalam perhitungan.

Ilustrasi yang tepat digambarkan Dahlan Iskan pada paragraf awal tulisannya. Seorang anak yang mendapat warisan rumah oleh ayah atau nenek moyangnya, mungkin akan rela melepas rumah itu jika ada orang yang menawarnya dengan harga yang tinggi, melebihi nilai jual saat ini. Anak tidak tahu (melupakan) sejarah bagaimana rumah itu dulu dibangun dengan peras keringat pendahulunya.

Begitulah saat dimana uang berkuasa, mengalahkan sisi kemanusiaan, sungguh mengerikan.

Senin, 09 Juli 2007

Menolak Plastik Pembungkus

Senin, 09 Juli 2007
Suatu saat saya menolak untuk menerima bungkus plastik terhadap barang yang saya beli. Bukan apa-apa, saya kerepotan untuk mengumpulkan plastik-plastik itu yang semakin menumpuk di rumah. Untuk di buang langsung ke tempat sampah rasanya eman, lagian saya tahu plastik itu tidak mudah terurai oleh oraganisme dalam tahah sehingga akan mengotori tanah dan tidak menyuburkan.

Melihat tumpukan sampah yang ada di tempat pembuangan akhir, begitu banyak sampah plastik yang tercampur dan harus dipisahkan jika ingin diolahnya kembali. Sangat menyulitkan.

Tapi apa komentar penjual, "plastik ini harus diterima karena menyangkut keberuntungan". Menurut kepercayaannya, jika pembeli tidak diberi plastik pembungkus keberuntungannya akan menurun.

Baru saja saya menemukan tips yang menurut saya sangat bagus untuk mengawali peduli lingkungan mulai dari rumah. Salah satunya menolak plastik pembungkus...





Tips itu :
10 Ways To Green Your Home

Jumat, 06 Juli 2007

Antara Ilmuan, Ahli Etika dan Agama

Jumat, 06 Juli 2007
Sekitar tahun 1997, terjadi perdebatan karena keberhasilan ilmuan melakukan kloning terhadap biri-biri yang kemudian diberi nama Dolly. Perdebatan semakin menghebat setelah ada berita bahwa kloning juga bisa dilakukan pada manusia. Kloning manusia dianggap sudah menyalahi kodrat manusia karena melakukan intervensi penciptaan manusia yang diyakini sepenuhnya, terutama bagi muslim, adalah hak Tuhan.

Ada kasus yang menarik tentang hubungan antara ilmu pengetahuan, etika dan agama yang terjadi di Kanada saat ini. Melanie Boivin (35 th), seorang Ibu warga negara Kanada, ingin membekukan telurnya untuk dipergunakan putrinya, Flavie, yang kemungkinan besar tidak bisa mempunyai anak karena menderita TURNER'S SYNDROME. Melanie ingin anaknya nanti bahagia karena bisa melahirkan anak.

Akhirnya Ia bertemu Profesor Seang Lin Tan, seorang peneliti dari McGill University Health Center.
(MUHC). Pembekuan dan penyuntikan telur memungkinkan untuk dilakukan. Profesor Tan dan tim risetnya berhasil mengembangkan sebuah metode pembekuan yang tidak merusak telur sehingga dapat dipergunakan oleh perempuan yang menginginkannya.

Program Melanie dan Profesor Tan juga menimbulkan perdebatan. Jika program ini dilakukan, Flavie akan mengandung anak dan sekaligus adiknya. Ada persoalan etik disitu. Profesor tan meminta nasehat dari komite etik independen. Dan komite menyetujui program dilanjutkan dengan alasan si Ibu memberikan telurnya karena kasih sayang kepada anaknya.

Tetapi tetap, keputusan ada di tangan Flavie dan pasangannya nanti apakah akan menggunakan telur itu atau tidak. Juga pertimbangan etik saat program ini dilakukan nanti, etika bisa berubah karena pergeseran waktu.

"Pertimbangan etis berubah dengan pergeseran waktu. Siapa tahu seperti apa nilai etika 20 tahun dari sekarang," kata Profesor Tan.

Perkembangan ilmu pengetahuan memang tidak bisa berdiri sendiri tanpa campur tangan etika dan agama. Ilmu pengetahuan hidup di tengah masyarakat yang mempunyai nilai-nilai etika dan agama. Inilah pentingnya, seorang ilmuan harus dekat dengan ahli etika dan hukum agama agar penerapan ilmu yang dimiliki dapat diterima dan bermanfaat.

Hubungan yang harmonis antara ilmuwan, ahli etika dan agama akan menjamin hidup manusia lebih baik di masa yang akan datang.



Gambar dan sumber berita :

Gadis Mungkin Mengandung Adiknya
Seorang Ibu Kanada membekukan telurnya untuk dipergunakan putrinya yang mungkin menjadi mandul.

Kontroversi Kloning Manusia Dalam Perspektif Syariat
Persoalan yang pertama adalah terkait dengan kontroversi adanya "intervensi penciptaan" yang dilakukan manusia terhadap "tugas penciptaan" yang semestinya dilakukan oleh Allah SWT.


Rabu, 04 Juli 2007

Korupsi dan Tes Marshmallow

Rabu, 04 Juli 2007
Pemberantasan penyakit korupsi sedang gencar dilakukan pemerintah. Berbagai program dan strategi dilakukan, termasuk pembentukan KPK yang menjadi momok sangat menakutkan bagi para pejabat di lingkungan pemerintah sendiri. Banyak kasus telah dimejahijaukan. Kita terkaget ketika mengetahui orang yang dulunya bersih, seorang aktifis gerakan mahasiswa dan seorang tokoh masyarakat terlibat juga dalam kasus korupsi.

Ada orang yang berpendapat, korupsi terjadi karena ada kesempatan. Memang dulu ia bersih, tetapi setelah menjabat dan banyak kesempatan, jadilah ia termasuk dalam daftar orang kotor karena korupsi. Pertanyaannya, apakah setiap orang akan melakukan korupsi jika ada kesempatan ? Jawabnya tentu tidak. Tergantung pada masing-masing orang.

Bagi sebagian orang, kesempatan adalah godaan. Godaan mendapat kekayaan berlimpah dengan cepat. Dengan itu ia bisa membayar semua yang diinginkannya, bisa punya banyak rumah yang mewah dan megah, mobil tinggal pilih mau pakek yang mana, liburan tinggal tunjuk tempat mana yang akad dituju.

Orang yang tahan dan bisa mengatasi godaan itu, memilih untuk tidak menikmati kenikmatan duniawi yang semu itu dan tetap pada prinsipnya bahwa kenikmatan paling hakiki itu adalah ketenangan batin dan ketentraman hati. Ya intinya bagaimana orang bisa menahan diri dari godaan memperoleh kenikmatan sesaat untuk kenikmatan yang lebih besar.

Sebuah studi menarik dilakukan oleh Walter Mischel, seorang ahli psikologi dari Stanford University. Sekitar tahun 1960 ia mengadakan studi di sebuah taman kanak-kanak di lingkungan kampus Stanford University. Beberapa anak diuji dalam sebuah tes yang disebut tes masrsmallow. Ia mengumpulkan anak taman kanak-kanan yang rata-rata berusia 4 tahun. Anak-anak tersebut diminta memilih dua pilihah. Pertama, anak-anak diperbolehkan menyantap sebungkus marsmallow sesaat setelah pemandu keluar ruangan. Pilihan kedua, jika mereka mau menunggu pemandu kembali, sekitar 15 sampai 20 menit, akan mendapat dua bungkus marsmallaw.

Bagi anak umur 4 tahun, kedua pilihan itu begitu sulit. Beberapa anak memilih langsung menikmati sebungkkus masrsmalloh beberapa detik setelah pemandu keluar. Dorongan untuk segera menikmati marshmallow begitu kuat.

Tetapi ada juga beberapa anak yang memilih untuk menunngu, karena berharap mendapat dua marshmallow. Banyak cara dilakukan, ada yang memejamkan mata agar tidak melihat marshmallow di depannya, menaruh kepala di lengan, berbicara dan bermain sendiri, bahkan ada yang mencoba untuk tidur.

Setelah beberapa belas tahun kemudian, Walter Mischel melakukan pelacakan terhadap anak-anak tersebut. Anak-anak yang tidak tahan godaan dan memilih menikmati satu bungkus marshmallaw ternyata adalah remaja yang cenderung menjahui hubungan sosial, keras kepala dan peragu, mudah kecewa, tidak dapat dipercaya dan mudah iri hati dan cemburu.

Sebaliknya, anak-anak yang berhasil mengatasi godaan dan mendapat dua bungkus marshmallow adalah remaja yang penuh percaya diri, dapat dipercaya dan diandalkan, tidak mudah menyerah, lebih siap menghadapi tantangan dan cakap dalam hubungan sosial.

Sayang, studi tersebut tidak melacak sampai anak-anak menjadi seorang pejabat di pemerintahan atau menjadi pengusaha, jadi tidak bisa diketahui kelompok mana yang rentan terhadap korupsi. Tetapi studi itu membuktikan bahwa ketrampilan mengendalikan diri dan mengelola emosi menjadi sangat penting bagi perjalanan hidup seseorang.

Kenyataan lain yang menguatkannya terlihat ketika dilakukan pelacakan nilai akademis mereka setalah lulus sekolah menengah. Selain memiliki keunggulan dalam sisi kepribadian dan sosial, anak-anak yang tahan godaan memiliki nilai akademis yang lebih tinggi dibanding anak-anak yang memlilih satu bungkus marshmallow.

Suatu Pagi di Bus Antar Kota


Bus kota sudah miring ke kiri oleh sesaknya penumpang
Aku terjepit di sela-sela ketiak para penumpang
Yang berglantungan


Langit di ufuk sudah memerah, sebentar lagi matahari memancarkan sinarnya, sementara bus yang kutumpangi masih satu-dua jam lagi tiba di terminal tujuan. Banyak penumpang yang mulai gelisah, takut terlambat sampai ke tempat kerja atau kuliah. Maklum hari ini hari Senin, banyak pekerja dan mahasiswa yang pulang kampung balik lagi ke kota. Jalanan padat sekali. Bus kami tidak bisa leluasa memacu kecepatannya. Klakson sering terdengar, membentak pengendara motor yang seenaknya meliuk-liuk memotong jalan.

Suasana dalam bus semakin tegang ketika sopir seperti tidak menghiraukan kegelisahan penumpang, ia asyik ngobrol dengan penumpang yang duduk diatas mesin, tepat di sebelahnya kirinya. Semakin lama semakin asyik hingga konsentrasi sopir tidak lagi penuh mengawasi jalan.

"Hai sopir guoblok, ini sudah siang, kalau ngobrol kayak gitu kapan nyampeknya, sudah terlambat nih" teriak salah satu penumpang dari deretan belakang.

Suasana tambah ramai ketika penumpang-penumpang yang lain ikut berteriak memaki. Sopir bus hanya diam saja, tidak berani membalas. Ia berusaha memacu bus lebih kencang lagi, tombol klaksonnya semakin sering ditekannya dan bunyinya semakin panjang. Kadang ia berteriak memaki pengendara motor yang menghalangi lajunya. Saat itu suasana begitu tegang, raut muka semua orang di dalam bus tampak menahan marah, meski ada beberapa yang tidur pulas. Mataharai sudah nampak, sinarnya menembus kaca memanaskan suhu udara dalam bus.

Biasanya, aku tidur selama perjalanan, tak peduli apa yang terjadi, bangun-bangun sudah ada di terminal. Kalau nggak gitu, badan pasti capek dan mengantuk sekali. Aku berangkat dari rumah jam 2 malam, jam tidur pun terkurangi. Untuk menggantinya aku berusaha tidur dalam bis. Tetapi kali ini aku asyik mengamati kelakuan penumpang dan kru bus.

Bus berhenti sebentar di depan sebuah pasar. Jalan begitu semrawut sehingga bus harus berhenti menunggu sela. Beberapa orang berlari mendekat, ingin menumpang. Karena bus sudah sesak dan sudah tidak mungkin lagi penumpang ditambah, pintu bus tetap tertutup. Tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras, gubrakkkkkk...., saya kaget sekali, badan bus digedor seseorang dari luar. Saya melongok. Terlihat ada orang berbadan agak tinggi, berbaju hitam dan bertopi cowboy berteriak sambil menunjuk-nunjuk ke dalam bus.

"Masih ada tempat, itu masih bisa diisi, tolong yang ditengah geser, merapat"

Semua penumpang diam saja tak acuh. Kondektur mengkode sopir untuk terus jalan saja. Orang tadi marah lagi, menggedor lagi, gubrakkkk.... "guoblok...", kemudian kata-kata kotor mengalir deras dari mulutnya.

"Teruuuuusss, itu makelar penumpang, biarin saja" kata kondektur.

Bus melaju kembali. Fuuih... hati ini lega, untung tidak terjadi apa-apa. Aku kawatir sekali, bisa jadi calon penumpang dan makelar tadi mengamuk dan melempari bus, bisa gawat jadinya. Aku masih trauma dengan kejadian dulu, kereta yang kutumpangi dilempari batu ketika melintasi kerumunan orang. Kaca jendela di sampingku pecah.

Akhirnya aku bisa duduk tenang kembali. Aku sempat membayangkan seandainya aku jadi kru bus yang setiap pagi mengalami kejadian-kejadian yang menegangkan, dimaki penumpang dan dikata-katai makelar. Bisa-bisa kepala ini pecah. Aku salut, kru bus bisa bertahan dengan kondisi ini. Coba kalau semua kru bus sepertiku, bakal tidak ada bus yang beroperasi, sopirnya terkena keram otak semua.

Satu lagi, pandai sekali kru bus melupakan makian dan kata-kata kotor orang pada dirinya selama perjalanan, tidak ada dendam dalam hatinya. Hebat sekali, apa jadinya kalau mereka pendendam, pasti hidupnya akan susah dan tidak tenang. Setiap kali melewati suatu tempat, ia akan mencari-cari orang yang kemarin memakinya dan akan membalas makiannya. Ato setiap kali ada penumpang masuk, ia akan melihat dengan teliti, apakah orang itu yang mengolok-oloknya minggu yang lalu. Benar kata orang, salah satu kunci mencapai kebahagiaan adalah rela memaafkan.

Gapura terminal sudah nampak, penumpang beriap-siap turun. Kondektur berseru agar penumpang memeriksa barangnya, jangan sampai ada yang tertinggal. Bus berhenti di tempat penurunan penumpang, satu persatu penumpang turun. Sambil ngantri, aku melihat sopir bus. Kepalanya tersandar di kursi, terlihat ia bernafas dalam-dalam, asap rokok mengepul keluar dari mulutnya.

"Terima kasih pak"

Ia menoleh. Sambil tersenyum ia melambaikan tangannya yang berhias sebatang rokok disela jarinya.
12duadua © 2014