Pages

Selasa, 22 Mei 2007

Bukan Membeli tapi Mengganti Biaya....

Selasa, 22 Mei 2007
Ketika pembantu saya sakit dan memerlukan transfusi darah, saya sering bolak-balik pergi ke Palang Merah Indonesia (PMI) untuk ngantri darah.

Awalnya saya tidak mengerti, mengapa untuk mengambil satu kantung darah harus membayar ? Bukankah darah itu sumbangan dari masyarakat yang secara sukarela mendonorkan darahnya ?

Rupanya pihak PMI sudah menduga akan timbul pertanyaan-pertanyaan seperti itu dari masyarakat. Di papan informasi di ruang tunggu dipasang poster yang bertuliskan "Bukan membeli, tapi mengganti biaya penyimpanan dan pengolahan darah." Di bawahnya terpampang bagan yang menggambarkan bagaimana proses dari awal, saat masyarakat mendonorkan darahnya, sampai darah diberikan pada pasien yang membutuhkannya.

Ternyata darah memerlukan perlakuan khusus saat penyimpanan agar layak diberikan pada pasien. Tentu semua proses itu memerlukan biaya. Biaya akan bertambah jika darah harus diolah untuk memisahkan bagian-bagiannya (misal trombosit atau hemoglobinnya). Akhirnya saya paham dan mengerti, megapa saya harus mengeluarkan sejumlah uang untuk mendapatkan sekantong darah.

Di sisi yang lain saya berterima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya bagi siapapun yang dengan sukarela mendonorkan darahnya. Karena anda semua pembantu saya dan entah berapa ribu nyawa setiap harinya yang bisa diselamatkan. Anda semua adalah pahlawan kehidupan.

Kemudian saya tergelitik dengan donor organ tubuh, seperti ginjal, yang beberapa waktu lalu sempat ramai diberitakan di media. Kabarnya pendonor menerima bayaran berupa uang. Saya kurang tahu, bagaimana memahami kasus semacam ini, tentu tidak sama dengan donor darah yang pendonornya sukarela.

Lebih tidak mengerti lagi, ada sepasang suami istri kurang mampu yang ingin menjual satu ginjalnya untuk biaya hidup sehari-hari.

5 komentar:

12duadua © 2014