
Rating: | ★★★ |
Category: | Books |
Genre: | Nonfiction |
Author: | Steven D. Levitt dan Stephen J. Dubner |
Saat jalan-jalan ke toko buku, saya menemukan buku Freakonomics karya Steven D. Levitt, seorang ekonom muda dari Amerika, kerja bareng dengan Stephen J. Dubner, kolumnis dari New York Times dan The New Yorker.
Saya tertarik dengan judulnya, Freakonomics, Ekonom "nyeleneh" membongkar sisi tersembunyi segala hal. Seluruh judul babnya adalah sebuah pertanyaan. Menurut Levitt, pertanyaan sangatlah penting, meskipun sederhana. Semua kemungkinan jawaban pertanyaan itu memberi pandangan dari sisi yang berbeda suatu masalah.
Bab 1, diawali dengan pertanyaan, "Apa Persamaan Guru dan Pegulat Sumo ?". Bab ini menceritakan bagaimana seorang guru, demi reputasinya, berbuat curang dengan memberikan jawaban soal ujian persamaan kepada murid-muridnya. Persis seperti kasus Ujian Nasional di Indonesia. Kecurangan juga terjadi di turnamen Sumo, di Jepang. Sumo adalah olah raga yang disakralkan di Jepang, tetapi tetap saja masih ada rekayasa pertandingan.
Yang menarik, pada awal bab diceritakan sebuah studi tentang bagaimana mengatasi keterlambatan penjemputan di penitipan anak. Di salah satu penitipan anak di kota Haifa, Israel, orang tua sering terlambat menjemput anaknya. Akibatnya anak menjadi resah dan pihak penitipan harus menyediakan, paling tidak, satu guru untuk menjaganya.
Seorang ekonom menyarankan agar penitipan menerapkan sistem denda bagi orang tua yang terlambat menjemput anaknya. Saran diterima, tetapi sebelum diterapkan, ekonom tadi mengujicobakan sistem denda tersebut pada 10 penitipan anak selama 20 minggu. Empat minggu awal, denda masih belum dikenakan, hanya mencatat saja keterlambatan yang terjadi sebagai pembanding. Setelah minggu kelima, denda baru diberlakukan.
Ternyata, setelah sistem denda diberlakukan, keterlambatan justru bertambah. Bahkan hampir dua kali lipat dari sebelum diberlakukan denda. Denda tidak menjadikan orang tua mengurangi keterlambatan, justru denda menjadi kompensasi rasa bersalah pada penitipan anak.
Di bab 4, Levitt memaparkan analisanya mengenai penyebab penurunan yang tajam angka kriminalitas di Amerika sekitar tahun 1990. Penurunan itu mengherankan berbagai kalangan karena terjadinya secara tiba-tiba.
Banyak pakar memberikan analisanya. Sebagian besar menyimpulkan penurunan angka kriminalitas itu disebabkan karena semakin menguatnya ekonomi Amerika, juga karena semakin banyaknya polisi dan strategi kepolisian yang sangat inovatif.
Tetapi Levitt memberikan pandangan yang berbeda. Menurunnya angka kriminalitas itu bukan karena faktor ekonomi maupun organisasi kepolisian yang semakin handal. Levitt memaparkan gambaran demografi penduduk Amerika. Pelaku kejahatan kebanyakan adalah anak muda, usia 15 sampai 25 tahun. Jumlah anak muda yang berpotensi melakukan kejahatan pada tahun 1990 sangat kecil, jauh lebih kecil dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Dirunut jauh kebelakang, penurunan jumlah anak muda itu akibat dari kebijakan pelegalan aborsi di sekitar tahun 1970. Ternyata, perempuan yang memanfaatkan pelegalan aborsi itu kebanyakan perempuan dari keluarga miskin, para remaja, perempuan hamil diluar nikah atau ketiga-tiganya. Jumlah remaja yang berpotensi kriminal kecil karena tidak sempat dilahirkan.
Memang analisa Levitt ini mengundang kontroversi, terutama dari kalangan moralis. Kemudian Levitt menjawab, "jika moralis mewakili apa yang seharusnya terjadi, maka ekonom mewakili apa yang sesungguhnya terjadi".
Bagi yang suka berfikir keluar dari konteks umum (out of the box), buku ini sangat menarik, meskipun tidak sepenuhnya menyetujui analisa-analisa yang dikemukakan Levitt.
Buku ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, 2006. Tebal 258 halaman dengan harga Rp. 50.000,-. Teman-teman juga bisa mengakses webnya atau blognya |
6 komentar: