Pages

Selasa, 17 April 2007

"Masyarakat Mendo" Sidowayah

Selasa, 17 April 2007

Beberapa tahun yang lalu, saya pernah mendapat informasi tentang sebagian masyarakat di Ponorogo yang kekurangan yodium. Kabarnya kekurangan zat itu mengakibatkan masyarakat di situ menderita cacat. Cacat yang paling ringan adalah gondok sedangkan yang paling parah menderita cacat ganda, fisik dan mental. Saat itu saya tidak percaya dengan informasi itu. Semasa SMP dan SMA saya punya hobi kelayapan ke rumah teman-teman. Hampir seluruh daerah di Ponorogo pernah saya datangi. Tetapi saya tidak menjumpai keadaan seperti itu.

Setelah setua ini saya baru mengetahui kebenaran informasi itu. Wajah saya seperti tertampar ketika membaca di Majalah Tempo. Dalam liputannya, Tempo mengulas Dukuh Sidowayah, daerah terpencil di Kecamatan Jambon. Banyak penduduk di dukuh itu yang mengalami cacat fisik, bertubuh pendek dan terkena gondok. Ada beberapa orang yang terkenya gondok. Lebih parahnya, tidak cuma menderita cacat fisik tetapi juga mengalami keterbelakangan mental (idiot), orang Ponorogo biasa menyebut "mendo".

Kemudian saya mencoba mencari tambahan informasi di internet tentang "masyarakat mendo" itu. Ada beberapa media yang telah mengulasnya. Saya semakin merasa berdosa ketika mengetahui bahwa penderitaan penduduk Sidowayah juga disebabkan karena kemiskinan dan terisolasinya mereka dari akses informasi. Bukankah tidak akan masuk surga mereka yang kenyang sementara tetangganya menangis kelaparan ?

Memang belum diketahui secara pasti mengapa cacat fisik dan mental dialami mereka. Dukuh Sidowayah termasuk dearah yang tandus dan kering. Struktur tanahnya miskin kandungan yodium. Secara medis, kekurangan yodium dalam tubuh mengakibatkan perkembangan jaringan tubuhnya terhambat. Janin dalam kandungan yang kekurangan yodium kemungkinan besar terlahir cacat.

Kondisi itu diperparah oleh ketidakmampuan secara ekonomi. Sebagian besar masyarakat di Sidowayah adalah petani. Tetapi lahan pertaniannya tidak bisa diandalkan karena tandus, mereka hanya bisa memanen padi satu kali setahun, itupun kalau curah hujannya cukup. Ini yang menyebabkan mereka tidak cukup mendapat asupan gizi, sehari-hari mereka hanya memamakan "thiwul" dan dedaunan.

Hati ini semakin teriris membaca penuturan Katir, salah seorang warga Dukuh Sidowayah, "Entah kutukan apa yang menimpa kami? Sejak dulu hingga kini, kok keturunan kami tumbuh tidak sempurna". Katir mempunyai 7 orang anak, 4 diantaranya cacat, ada yang tunarungu, tunawicara, cacat fisik (gondok dan bertubuh pendek), serta mengalami keterbelakangan mental alias idiot. Katir sendiri bertubuh pendek dan kakinya melengkung serta menderita gondok sejak SD.

Ya Allah, Tuhan seru sekalian alam
Saya yakin, seyakin-yakinnya
Hidup itu tidak berhenti di sini saja
Jika mereka menderita di sini
Saya yakin mereka akan mendapat derajat tinggi kelak
Juga bagi mereka yang peduli
Yang dalam kelapangannya ingat saudaranya yang menderita


Gambar dari : Liputan 6




12 komentar:

12duadua © 2014