
Manusia yang lari dari kebutuhan bersosialisasi, mengurung diri dan tidak mau bergaul menimbulkan efek negatif pada dirinya sendiri bahkan bisa membahayakan orang lain.
Dalam perjalanan hidupnya, seorang manusia tidak akan terlepas dari masalah. Agama sendiri mengajarkan bahwa manusia akan selalu mendapatkan ujian. Bukan karena Allah benci, justru ujian itu untuk menguatkan kemanusiaannya. Disini manusia berbeda-beda, ada yang menganggap masalah dan ujian sebagai beban dan meresahkannya, tetapi ada yang menganggapnya sebagai tantangan yang memacunya untuk tetap bersemangat menghadapinya.
Ada ungkapan yang sangat indah, "berbagilah ketika menghadapi masalah, niscaya masalah itu akan berkurang dan berbagilah pula ketika mendapat kesenangan, niscaya kesenangan itu akan bertambah". Berbagi menjadi kunci bagi manusia untuk menjalani hidup di dunia ini.
Tentu kita semua prihatin dan sedih membaca dan melihat berita pembantaian di Virginia Tech beberapa waktu yang lalu. Kitapun bertanya-tanya, mengapa pelaku dengan santainya melakukan pembantaian itu, bahkan sempat mengirimkan foto dan videonya ke media setempat ?
Pelaku terkenal sebagai orang yang tertutup, suka menyendiri dan susah bergaul. Enggan untuk bercakap-cakap dengan temannya. Jika ditanya ia hanya menjawab singkat-singkat saja.
Dilihat dari latar belakan keluarganya, memang banyak masalah yang dihadapinya. Keluarganya termasuk sangat miskin di tempat asalnya. Karena itulah mereka merantau ke Amerika untuk memperbaiki taraf hidupnya. Di Amerika, mereka tinggal di pinggiran kota Washington DC dan mempunyai usaha pencucian pakaian.
Kondisi keluarga yang jauh berbeda dengan lingkungannya menyebabkan ia merasa tersisih dari komunitasnya. Ia benci pada orang kaya dan pesta pora. Ia menyebut mereka sebagai penipu.
Saya sendiri tidak tahu pasti apakah peristiwa itu tidak terjadi jika pelaku adalah orang yang pandai bergaul, punya banyak teman dan bisa berbaur dengan lingkungannya. Tetapi penelitian seorang ahli psikologi membuktikan bahwa amarah dapat diredam jika ada seseorang yang mendampinginya.
Beberapa sukarelawan dikumpulkan dalam sebuah ruangan, seorang asisten ditugaskan untuk memarah-marahi mereka dan menunjukkan sikap yang tidak menyenangkan. Para sukarelawan diminta untuk memberi penilaian. Hasilnya sebagian besar sukarelawan memberi penilaian yang buruk.
Kemudian asisten yang lain masuk dan memberi penjelasan bahwa temannya tadi sedang mendapat banyak masalah, saat ini ia sedang mengerjakan tugas akhir yang selalu ditolak oleh dosennya. Ternyata penjelasan ini membuat sukarelawan mengerti dan merubah penilaiannya.
Sebagai mahkluk sosial manusia membutuhkan teman atau pendamping untuk berbagi dan saling membantu memahami lika-liku kehidupan yang dijalaninya. Manusia tidak bisa hidup dengan sikap anti sosial. Karena itu "Carilah teman yang sebanyak-banyaknya karena seribu teman masih kurang dan jangan cari musuh karena satu musuh pun sudah kebanyakan".
1 komentar: