Pages

Selasa, 01 September 2009

Yang Membutuhkan dan Dibutuhkan

Selasa, 01 September 2009
Hampir di setiap lampu merah Jakarta bisa saya temui peminta-minta. Saya selalu memperhatikan mereka, bagaimana gayanya meminta. Teman-teman pasti sudah banyak yang tau bagaimana ganya orang-orang yang meminta itu.

Saya tak sedang membahas soal gaya mereka, namun saya melihat bagaimana kerasnya usaha orang tatkala membutuhkan sesuatu. Peminta itu membutuhkan uang untuk mempertahankan hidupnya, uang begitu penting baginya. Apa pun dilakukan untuk mengundang iba orang yang didekatinya. Sementara orang yang didekati itu terkadang tak merasa membutuhkannya sehingga cuek-cuek saja.

Apabila yang menjadi ukuran adalah uang, maka yang tak punya uang menjadi yang membutuhkan dan yang berpunya berperan sebagai yang dibutuhkan. Begitulah memang, yang merasa dibutuhkan sering kali berlagak acuh dan merasa dirinya lebih tinggi dari yang membutuhkan. Dan yang membutuhkan berusaha menempatkan dirinya serendah mungkin.

Namun jika kebaikan yang menjadi ukurannya, bisa berubah menjadi kebalikannya. Yang berpunya justru menjadi yang membutuhkan dan yang tak berpunya menjadi yang dibutuhkan. Yang berpunya butuh berbuat baik. Kalau pun tidak, ia memunyai kewajiban untuk menyisihkan sebagian hartanya untuk diberikan kepada yang tak berpunya. Dan sebenarnya, ia harus mencari sendiri atau dibantu mencari orang-orang yang berhak menerimanya karena ia yang butuh untuk mensucikan hartanya.

Kalau sudah demikian, orang yang berpunya, karena merasa membutuhkan, akan mencari dimana orang-orang yang tak berpunya. Ia akan melihat tetangga kanan-kirinya, berkeliling ke kampung-kampung, masuk ke gang-gang sempit untuk mencari siapa saja orang-orang yang tak berpunya. Jika ia bertemu orang itu, ia akan sangat berterima kasih karena mau menerima pemberian darinya. Mengapa harus berterima kasih? Ya karena orang itu telah memberi kesempatan kepadanya untuk berbuat baik atau telah membantu mensucikan hartanya.

Sekarang, bagaimana yang tak berpunya? Mereka tak harus berada di perempatan-perempatan lampu merah, tak perlu berkeliling ke rumah-rumah dengan sandal japitnya, juga tak perlu berdesak-desakan sambil membawa kupon untuk ditukar dengan sembako.

Mereka tak perlu berpikir untuk itu sehingga pikiran mereka terfokus pada ikhtiar mencari rezeki tanpa meminta-minta. Kalau dengan ikhtiar itu mereka tetap tak berpunya, tak usah kawatir karena akan ada orang-orang berpunya yang mendatangi rumah mereka untuk berbuat baik atau mensucikan hartanya.

--------------
Pinjam gambar dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

12duadua © 2014