Pages

Rabu, 10 Juni 2009

Sebuah Pesan

Rabu, 10 Juni 2009
Saya adalah salah seorang yang percaya bahwa Sang Maha Kuasa tak diam, duduk manis di singgasana-Nya. Saya yakin, Ia tetap memantau segala aktifitas di jagad raya ini. Ia pun selalu memberi petunjuk dan menyampaikan pesan-pesan kepada mahkluknya agar tak tersesat untuk sampai kepada-Nya. Namun, ada mahkluk-Nya yang peka dan ada juga yang tidak.

Suatu hari, saya bertemu dengan seorang yang peka terhadap pesan itu. Ia adalah sopir taksi yang kebetulan saya tumpangi. Seperti biasa, jika tak sedang lelah atau sumpek, saya mengajak ngobrol sopir taksi yang saya naiki. Saya membuka obrolan dengan pertanyaan standard, "Bapak sudah punya anak berapa?"

"Malu Mas," jawabnya.

"Lho, mengapa mesti malu?"

"Anak saya banyak Mas, empat orang."

"Ya nggak perlu Malu lah Pak, kalau sudah dikasih ya berarti Bapak mampu."

Lama-lama sopir taksi itu bercerita. Sebenarnya ia dan istrinya berencana untuk tak punya banyak anak, dua sudah cukup, paling banyak tiga. Ia dan istrinya sepakat untuk memakai alat kontrasepsi. Tapi, meski sudah berusaha, anaknya yang ketiga lahir, yang keempat pun juga lahir.

Saat hamil anaknya yang keempat ia dan istrinya bingung. Apa jadinyanya keluarganya nanti. Bisakah ia hidup dengan empat orang anak, padahal hidupnya masih susah. Ia dan istrinya kalut. Dalam keputus-asaan, ia dan istrinya sepakat untuk menggugurkannya. Tapi, sebuah peristiwa membuat rencana pengguguran itu batal.

Peristiwa itu berawal dari naiknya seorang ibu setengah tua menumpang taksinya. Perjalanannya lumayan jauh, Jakarta-Bogor. Rupanya ibu itu seorang yang ramah. Sepanjang perjalanan ia terus diajak ngobrol. Ketika taksinya masuk wilayah bogor, ibu itu bercerita tentang pengalamannya ketika berhaji.

Di tanah suci, ibu itu terheran-heran. Dalam bayangannya, ada seorang anak kecil yang berteriak memanggil-manggilnya. Sesaat kemudian, ibu itu tersadar, ia langsung berlutut dan memohon ampun. Tak kuasa pula ia menahan tangis. Ia teringat, dulu ia pernah meminta anaknya menggugurkan kandungannya.

"Saya langsung gemetar Mas," kata sopir taksi itu pada saya.

Setelah ibu hajah itu turun dari taksi. Ia langsung menelpon istrinya. Ia bilang agar bayi dalam kandungan itu tetap dipertahankan. "Biarkan saja dia lahir," katanya.

"Pesan, Ia mengirim pesan melalui ibu hajah," pikirku. Saat itu saya merinding, saya merasakan betapa besar kuasa-Nya. Tangan-Nya melingkupi seluruh jaga raya ini. Tapi yang lebih besar lagi adalah kasih dan sayang-Nya. Ia kirimi sopir taksi itu pesan agar kemiskinan tak menjadi alasan untuk melakukan perbuatan nista.

Saya lebih merinding lagi ketika sopir taksi itu melanjutkan ceritanya. "Tau nggak Mas, ketika saya harus melunasi tagihan rumah sakit untuk biaya melahirkan, tiba-tiba rejeki itu mengalir begitu saja. Padahal paginya saya bingung setengah mati, darimana saya dapat uang sebesar itu."

Memang pagi itu ia sangat bingung. Usahanya pinjam uang ke tetangga dan saudaranya belum cukup menutupi biaya rumah sakit, sisanya masih berbilang jutaan. Akhirnya, ia berangkat kerja dengan pasrah, yang penting berusaha.

Di sebuah jalan di Jakarta, ada bapak-bapak yang menumpang. Eh bapak itu bercerita, dirinya baru saja mendapat proyek besar. Kemudian dari sakunya ia keluarkan sejumlah uang dan diberikan kepadanya. "Segitu cukup Pak?" tanya bapak itu.

"Ya kalau ukurannya cukup sih nggak ada cukupnya Pak," jawannya.

Eh, bapak itu merogoh saku lagi, mengeluarkan uang dan diberikan kepadanya lagi. Ia sama sekali tak menyangkanya. Jawabanya tadi bukan bermaksud untuk meminta tambahan. Ia hanya ingin mengatakan, sifat manusia itu tak pernah cukup, diberi berapa pun pasti nggak akan cukup.

Sehari itu, ia mendapati beberapa penumpang yang hampir sama dengan bapak pemenang proyek itu, orang-orang yang berpunya dan baik hati. Sehingga hari itu juga, ia mendapat uang yang cukup untuk membayar tagihan rumah sakit.

Alhamdulillah, saya berucap syukur. Hari itu saya mendapat pelajaran (pesan) yang sangat berharga. Dia yang menunjukkan kita jalan, Dia juga yang akan memberi kita kekuatan untuk menyusurinya.

5 komentar:

12duadua © 2014