Pages

Selasa, 12 Mei 2009

ISBN, Teknologi, dan Pelayanan

Selasa, 12 Mei 2009
Seorang kawan lama meminta bantuan mengurus ISBN di Perpustakaan Nasional. Saya langsung mengiyakan meski belum tahu bagaimana cara mengurusnya. Saya banyak berhutang budi pada kawan saya itu. Saat di Surabaya, dia banyak membantu saya. Dan juga, di kantorku sekarang ada divisi penerbitan yang sering mengurus ISBN. "Gampang, nanti bisa tanya-tanya," pikirku.

Bener, kata teman di divisi penerbitan, mengurus ISBN tidak rumit, asal syarat-syarat lengkap langsung bisa ditunggu hasilnya. Teman saya itu pun menjelaskan dengan detail rute menuju Perpustakaan Nasional. Maklum saya belum paham seluk-beluk Jakarta.

Beberapa hari kemudian, kawan saya dari Surabaya mengirim syarat-syarat yang diminta. Alhamdulillah, berbekal peta Jakarta di laptop, saya pun sudah mengerti rute jalan yang harus saya lewati.

Ternyata, setelah sampai di meja petugas ISBN, syarat yang dikirim kawan saya masih kurang. Halaman cover harus tercantum nama penerbit, cover yang dikirim belum ada nama penerbitnya. Kawan saya juga lupa mencantumkan halaman informasi buku di belakangan halaman cover. "Baik Pak, terima kasih, saya akan melengkapi persyaratan yang kurang," kata saya pada petugas.

Saya langsung menghubungi kawan saya, "Mas, bisa di email ke saya syarat-syarat yang kurang." Kawan saya menyanggupi. Sekarang, saya harus mencari warnet terdekat. Alhamdulillah, setelah berkeliling agak jauh, saya menemukan warnet yang bisa cek email sekaligus print.

OK, persyaratan sudah lengkap. Saya kembali ke ruang petugas ISBN. Tapi saya lupa, saat saya datang, ternyata sudah waktunya istirahat. Baiklah, saya akan menunggu, sekalian cari makan. Jam satu lebih sedikit, saya kembali lagi. Dan, tak lebih dari satu jam, ISBN pun jadi. "Terima kasih Pak," kata saya pada petugas.

Saya bersyukur hidup di jaman ketika teknologi informasi sudah berkembang demikian baik. Bisa dibayangkan kalau telepon selular dan internet belum semaju seperti sekarang ini. Perlu waktu beberapa hari untuk melengkapi syarat-syarat itu. Saya pun harus melobi manager saya untuk mendapat ijin keluar lagi. Wah  sangat merepotkan.

Satu lagi, saya juga bersyukur mendapatkan pelayanan yang sangat baik dari petugas Perpustakaan Nasional, khususnya di bagian ISBN. Ini yang menurut saya paling penting. Tak ada gunanya teknologi secanggih apapun ketika birokrasi masih tetap panjang dan berbelit. Apalagi jika harus ditambah dengan membayar pungutan segala. Sangat menyebalkan.

Pengalaman ini, menjadi catatan tersendiri bagi saya. Saat mengurus ISBN, sama sekali tak ada pungutan. Prosedur dan syarat-syaratnya sangat mudah. Petugasnya ramah dan informatif. Bahkan, petugas parkir dan satpam juga sangat membantu bagi pemula seperti saya ini.

Pengalaman saya ini pun menjadi bukti bahwa perilaku manusia masih tetap menjadi unsur yang utama untuk menciptkan kehidupan yang lebih baik. Teknologi, perangkat hukum, rambu-rambu, norma, agama dan sebagainya hanyalah pelengkap. Ketika manusia tidak mempunyai niat untuk merubah perilakunya untuk menjadi lebih baik, sehebat dan sebaik apapun perlengkapan itu tak ada gunanya, hanya sia-sia belaka.

9 komentar:

12duadua © 2014