Pages

Rabu, 25 April 2007

Anti Sosial

Rabu, 25 April 2007

Manusia ditakdirkan menjadi mahkluk bersosial, artinya manusia mempunyai kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia yang lain. Lihat saja mulai lahir sampai mati, manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia mandiri bukan berarti manusia yang terlepas sama sekali dengan manusia yang lainnya.

Manusia yang lari dari kebutuhan bersosialisasi, mengurung diri dan tidak mau bergaul menimbulkan efek negatif pada dirinya sendiri bahkan bisa membahayakan orang lain.

Dalam perjalanan hidupnya, seorang manusia tidak akan terlepas dari masalah. Agama sendiri mengajarkan bahwa manusia akan selalu mendapatkan ujian. Bukan karena Allah benci, justru ujian itu untuk menguatkan kemanusiaannya. Disini manusia berbeda-beda, ada yang menganggap masalah dan ujian sebagai beban dan meresahkannya, tetapi ada yang menganggapnya sebagai tantangan yang memacunya untuk tetap bersemangat menghadapinya.

Ada ungkapan yang sangat indah, "berbagilah ketika menghadapi masalah, niscaya masalah itu akan berkurang dan berbagilah pula ketika mendapat kesenangan, niscaya kesenangan itu akan bertambah". Berbagi menjadi kunci bagi manusia untuk menjalani hidup di dunia ini.

Tentu kita semua prihatin dan sedih membaca dan melihat berita pembantaian di Virginia Tech beberapa waktu yang lalu. Kitapun bertanya-tanya, mengapa pelaku dengan santainya melakukan pembantaian itu, bahkan sempat mengirimkan foto dan videonya ke media setempat ?

Pelaku terkenal sebagai orang yang tertutup, suka menyendiri dan susah bergaul. Enggan untuk bercakap-cakap dengan temannya. Jika ditanya ia hanya menjawab singkat-singkat saja.

Dilihat dari latar belakan keluarganya, memang banyak masalah yang dihadapinya. Keluarganya termasuk sangat miskin di tempat asalnya. Karena itulah mereka merantau ke Amerika untuk memperbaiki taraf hidupnya. Di Amerika, mereka tinggal di pinggiran kota Washington DC dan mempunyai usaha pencucian pakaian.

Kondisi keluarga yang jauh berbeda dengan lingkungannya menyebabkan ia merasa tersisih dari komunitasnya. Ia benci pada orang kaya dan pesta pora. Ia menyebut mereka sebagai penipu.

Saya sendiri tidak tahu pasti apakah peristiwa itu tidak terjadi jika pelaku adalah orang yang pandai bergaul, punya banyak teman dan bisa berbaur dengan lingkungannya. Tetapi penelitian seorang ahli psikologi membuktikan bahwa amarah dapat diredam jika ada seseorang yang mendampinginya.

Beberapa sukarelawan dikumpulkan dalam sebuah ruangan, seorang asisten ditugaskan untuk memarah-marahi mereka dan menunjukkan sikap yang tidak menyenangkan. Para sukarelawan diminta untuk memberi penilaian. Hasilnya sebagian besar sukarelawan memberi penilaian yang buruk.

Kemudian asisten yang lain masuk dan memberi penjelasan bahwa temannya tadi sedang mendapat banyak masalah, saat ini ia sedang mengerjakan tugas akhir yang selalu ditolak oleh dosennya. Ternyata penjelasan ini membuat sukarelawan mengerti dan merubah penilaiannya.

Sebagai mahkluk sosial manusia membutuhkan teman atau pendamping untuk berbagi dan saling membantu memahami lika-liku kehidupan yang dijalaninya. Manusia tidak bisa hidup dengan sikap anti sosial. Karena itu "Carilah teman yang sebanyak-banyaknya karena seribu teman masih kurang dan jangan cari musuh karena satu musuh pun sudah kebanyakan".



Selasa, 24 April 2007

Minat Baca dan Persepsi terhadap Informasi

Selasa, 24 April 2007
Tanggal 23 April kemarin diperingati sebagai World Book Day, hari buku sedunia. Baru pertama kali ini saya mendengar ada hari buku, mungkin aku bukan pecinta buku sejati. Di Indonesia sendiri baru dua kali dirayakan. Yang pertama tahun kemarin, atas prakarsa Forum Indonesia Membaca.

Melihat sejarah dicetuskannya hari buku dunia memang unik. Dimulai jaman abad pertengahan, pada tanggal 23 April ada tradisi dimana laki-laki memberikan mawar kepada perempuan, kekasihnya. Sejak 1923, untuk menghormati Miguel de Cervantes, seorang pengarang dari Spanyol, para pedagang buku merubah tradisi mawar tersebut. Perempuan yang diberi mawar membalasnya dengan memberi buku. Tahun 1995, Konferensi Umum UNESCO di Paris memutuskan tanggal 23 April sebagai hari buku dunia.

Seberapa pentingnyakah buku sehingga perlu ada hari buku setiap tahunnya ?

Fasli Jalal dan Nina Sardjunani dalam sebuah papernya menghubungkan antara tingkat literasi (melek huruf) dengan harapan hidup masyarakat. Ternyata ada korelasi yang positif antara keduanya, artinya semakin tinggi tingkat literasi sebuah masyarakat semakin tinggi pula harapan hidupnya.



Literasi sendiri secara sederhana diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, literasi mempunyai arti kemampuan memperoleh informasi dan menggunakannya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Menilik literasi negara-negara lain di dunia, Indonesia berada pada urutan ke-95 dari 176 negara, dibawah Malaysia, Vietnam, Singapura dan Filipina. Ya, kita harus berjuang lebih keras lagi.

Untuk meningkatkan tingkat literasi masyarakat yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah meningkatkan minat bacanya. Masyarakat dengan minat baca yang rendah tentu tingkat literasinya juga rendah. Tetapi jangan salah, minat baca belum tentu dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, orang kaya belum tentu mempunyai minat baca yang tinggi. Minat baca lebih dipengaruhi oleh persepsi masyarakat terhadap informasi. Apakah menilai informasi berguna bagi kelangsungan hidup dan masa depan atau tidak ?

Kampanye meningkatkan minat baca lebih baik dimulai dengan penyadaran pentingnya informasi bagi kualitas hidup masyarakat dan menjamin masa depannya kelak.

Selasa, 17 April 2007

IPDNmania

Selasa, 17 April 2007

Mencermati dunia blog sangat mengasikkan. Tidak saja bisa saling tukar informasi tetapi yang lebih penting kita bisa berdiskusi dan saling berinteraksi.

Salah satu blog yang sangat menarik untuk diperhatikan dan menjadi perbincangan bloger akhir-akhir ini adalah IPDNmania. Ditengah pandangan masyarakat yang menilai IPDN adalah suatu kecelakaan dalam dunia pendidikan, IPDNmania berdiri menentang arus itu. "Kami adalah putra putri terbaik bangsa" menjadi header pada blog itu.

Dalam kasus kematian beberapa praja akibat sistem pendidikan bergaya militer, beberapa artikel dalam blog ini menganggap itu adalah sebuah kewajaran. Untuk menciptakan pemimpin yang berkualitas diperlukan mental dan fisik yang kuat. Kedisiplinan merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan itu. Sehingga wajar jika ada sangsi yang tegas dan keras jika ada praja yang melanggarnya. Kematian adalah resiko bagi calon pemimpin bangsa.

Bisa dibayangkan bagaimana kerasnya tanggapan pada blog tersebut. Hujatan, makian dan kata-kata kotor selalu menghiasi reply artikel-artikelnya. Teman saya juga berekasi sama ketika tahu dan membaca blog tersebut. Saya yakin jika dilakukan jejak pendapat mengenai IPDNmania, hasilnya tidak jauh beda dengan reply dan reaksi teman saya itu.

Tidak ada sedikitpun informasi siapa penggagas dan pengelola IPDNmania. Ada yang menduga pengelolanya adalah praja atau mantan praja IPDN sendiri, setidaknya orang tersebut mempunyai hubungan yang dekat dengan IPDN. Tujuannya ingin mengimbangi atau sebagai tandingan informasi yang berkembang di masyarakat yang cenderung memojokkan institusi atau lembaganya.

Salah satu artikenya yang berjudul "waspadai kontras kaya vs miskin dalam agenda anti ipdn", penulis ingin mengarahkan opini pembacanya untuk tidak ikut-ikutan anti IPDN karena ada agenda terselubung di baliknya. Penulis menduga ada pihak-pihak yang sengaja menciptakan pandangan yang jelek tentang IPDN dengan tujuan masyarakat bereaksi keras dan membubarkan IPDN. Lowongan pekerjaan Depdagri akan terbuka luas jika IPDN dibubarkan. Simak salah satu paragraf dalam artikel tersebut :
kayaknya makin jelas kebaca deh semua agenda ini… supaya ipdn dibubarin lantas lowongan depdagri buat semua orang trus anak2 orang kaya dari univ keren pada masuk soalnya duit kan bukan soal buat mereka. dengan menguasai instansi pemerintah mereka akan lancar dalam sepak terjang bisnisnya
Tapi menurut Ndoro Kakung, pembuat blog dimungkinkan juga bukan orang dalam IPDN, tetapi blogger yang sekedar ingin mengail popularitas di air yang memang sudah keruh. Mungkin juga kerjaannya teliksandi yang memang suka memancing-mancing, atau memang bukan siapa-siapa, semuanya tidak tahu.

Bersikap Bijak

Saya sependapat dengan Ndoro Kakung, lebih baik jika kita tidak terlalu serius menanggapi blog yang semacam ini, apalagi ikut-ikutan perang, marah-marah, menghujat dan sebagainya. Santai saja, baca dan simak secara seksama. Syukur kalau kita bisa menanggapi dengan pemikiran yang lebih cerdas dan mencerahkan, akan sayang bermanfaat bagi orang lain daripada sekedar menghujat dan marah-marah.

Selama belum ada pembatasan akses internet seperti di China, berbagai macam informasi dan tanggapan atau reaksi yang sangat beragam pasti akan kita temui. Mulai dari yang paling ekstrim sampai yang moderat, ada juga yang netral, tidak bersikap dan tidak menilai.

Semuanya kembali kepada kita bagaimana memanfaatkan informasi tersebut dan memaknainya sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut. Memang akhirnya tidak ada kesimpulan yang benar-benar benar, semuanya serba relatif tergantung siapa yang menaknai dan meyimpulkannya.


"Masyarakat Mendo" Sidowayah


Beberapa tahun yang lalu, saya pernah mendapat informasi tentang sebagian masyarakat di Ponorogo yang kekurangan yodium. Kabarnya kekurangan zat itu mengakibatkan masyarakat di situ menderita cacat. Cacat yang paling ringan adalah gondok sedangkan yang paling parah menderita cacat ganda, fisik dan mental. Saat itu saya tidak percaya dengan informasi itu. Semasa SMP dan SMA saya punya hobi kelayapan ke rumah teman-teman. Hampir seluruh daerah di Ponorogo pernah saya datangi. Tetapi saya tidak menjumpai keadaan seperti itu.

Setelah setua ini saya baru mengetahui kebenaran informasi itu. Wajah saya seperti tertampar ketika membaca di Majalah Tempo. Dalam liputannya, Tempo mengulas Dukuh Sidowayah, daerah terpencil di Kecamatan Jambon. Banyak penduduk di dukuh itu yang mengalami cacat fisik, bertubuh pendek dan terkena gondok. Ada beberapa orang yang terkenya gondok. Lebih parahnya, tidak cuma menderita cacat fisik tetapi juga mengalami keterbelakangan mental (idiot), orang Ponorogo biasa menyebut "mendo".

Kemudian saya mencoba mencari tambahan informasi di internet tentang "masyarakat mendo" itu. Ada beberapa media yang telah mengulasnya. Saya semakin merasa berdosa ketika mengetahui bahwa penderitaan penduduk Sidowayah juga disebabkan karena kemiskinan dan terisolasinya mereka dari akses informasi. Bukankah tidak akan masuk surga mereka yang kenyang sementara tetangganya menangis kelaparan ?

Memang belum diketahui secara pasti mengapa cacat fisik dan mental dialami mereka. Dukuh Sidowayah termasuk dearah yang tandus dan kering. Struktur tanahnya miskin kandungan yodium. Secara medis, kekurangan yodium dalam tubuh mengakibatkan perkembangan jaringan tubuhnya terhambat. Janin dalam kandungan yang kekurangan yodium kemungkinan besar terlahir cacat.

Kondisi itu diperparah oleh ketidakmampuan secara ekonomi. Sebagian besar masyarakat di Sidowayah adalah petani. Tetapi lahan pertaniannya tidak bisa diandalkan karena tandus, mereka hanya bisa memanen padi satu kali setahun, itupun kalau curah hujannya cukup. Ini yang menyebabkan mereka tidak cukup mendapat asupan gizi, sehari-hari mereka hanya memamakan "thiwul" dan dedaunan.

Hati ini semakin teriris membaca penuturan Katir, salah seorang warga Dukuh Sidowayah, "Entah kutukan apa yang menimpa kami? Sejak dulu hingga kini, kok keturunan kami tumbuh tidak sempurna". Katir mempunyai 7 orang anak, 4 diantaranya cacat, ada yang tunarungu, tunawicara, cacat fisik (gondok dan bertubuh pendek), serta mengalami keterbelakangan mental alias idiot. Katir sendiri bertubuh pendek dan kakinya melengkung serta menderita gondok sejak SD.

Ya Allah, Tuhan seru sekalian alam
Saya yakin, seyakin-yakinnya
Hidup itu tidak berhenti di sini saja
Jika mereka menderita di sini
Saya yakin mereka akan mendapat derajat tinggi kelak
Juga bagi mereka yang peduli
Yang dalam kelapangannya ingat saudaranya yang menderita


Gambar dari : Liputan 6




Selasa, 10 April 2007

Uang Kembalian dan Pembulatan untuk Harga Aneh

Selasa, 10 April 2007
Kalau melihat bandrol harga di supermarket atau minimarket sering kita jumpai harga yang aneh-anah, Rp. 199.950,- atau Rp. 1.525,-. Mungkin harga itu dimaksudkan untuk memberi persepsi murah kepada pembeli. Dengan memasang harga Rp. 199.950,- kelihatannya harganya dibawah 200 ribu, tetapi tetap saja harus dibayar 200 ribu karena yang 50 rupiah diganti dengan permen. Harga aneh itu juga cenderung mempengaruhi pembeli untuk membeli banyak barang karena merasa murah, setelah ditotal ternyata tidak beda dengan membayar 200 ribu.

Sudah banyak orang yang memprotes hal ini. Permen bukanlah alat tukar yang syah. Kalau mau adil, seharusnya supermarket juga menerima jika pembeli membayar dengan permen, kenyataanya kan tidak demikian.

Lain-lagi supermarket lokal di dekat rumah saya. Harga-harga yang dipasang sama persis dengan supermarket-supermarket lainnya tetapi ada tulisan besar di depan kasir yang berbunyi "Pembulatan harga akan disumbangkan ke panti asuhan". Kalau dihitung-hitung dalam sehari hasil pembulatan itu cukup besar juga, bisa sampai ratusan ribu bahkan jutaan jika pada hari libur atau mendekati lebaran.

Kemarin saya membaca di rubrik "sungguh-sungguh terjadi" di Kedaulatan Rakyat, ada penjual soto di alun-alun kota Magelang yang memasang tulisan di tendanya "Soto Rp. 1.955, yang Rp 5 mohon diikhlaskan ya !!". Hehehehehe...kalau yang satu ini pasti saya iklhas....



Gambar diambil dari http://arbredespossibles2.free.fr/



Selasa, 03 April 2007

Indonesiaku Menggapai Mimpi

Selasa, 03 April 2007

Ada perkembangan menarik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Setelah banyak orang merasa bangsa ini berjalan tanpa arah dan tujuan, ketidakpastian menyelimuti setiap langkah dan seolah berjalan dalam lorong yang gelap, Kamis (23/3) Yayasan Indonesia Forum yang diketuai Coirul Tandjung meluncurkan Kerangka Dasar Indonesia Visi 2030.

Layaknya sebuah perjalanan, kehidupan berbangsa dan bernegara kita memang sudah seharusnya mempunyai cita-cita dan tujuan. Mengayun dan menapak langkah akan lebih mantap jika mempunyai tempat yang dituju, semangatpun akan berkobar demi meraihnya. Mengikuti jejak Malaysia dengan Wawasan 2020, Visi Indonesia 2030 menetapkan empat pencapaian utama, yaitu mengupayakan pengelolaan alam yang berkelanjutan, mendorong Indonesia masuk dalam 5 besar kekuatan ekonomi dunia dengan pendapatan perkapita 18.000 dolar AS pertahun, mewujudkan kualitas hidup yang modern dan merata serta mengantarkan sedikitnya 30 perusahaan Indonesia masuk dalam daftar "Fortune 500 Companies".

Secara substansi tidak ada masalah dengan diluncurkannya Visi Indonesia 2030, bahkan dalam setiap periode kepemimpinan sudah seharusnya mempunyai visi. Namun ada beberapa catatan yang selayaknya kita perhatikan terkait dengan Visi Indonesia 2030 dan penggagasnya. Pertama, melihat kondisi kita sekarang ini apakah visi tersebut tidak terlalu optimis, kalau tidak dikatakan muluk-muluk ? Saat ini pendapatan perkapita kita 1.600 dolar AS pertahun, artinya jika mengacu pada visi tersebut, dalam waktu 23 tahun pendapatan perkapita akan naik 8 sampai 9 kalinya, mungkinkah ?

Saya tidak pesimis, tetapi menetapkan cita-cita yang tidak sesuai dengan realitasnya hanyalah sebuah mimpi dan angan-angan belaka. Mimpi yang seindah apapun akan sirna ketika kita bangun dan berhadapan dengan realitas kehidupan yang sebenarnya.

Kedua, ada nama Anthony Salim dalam daftar penggagasnya. Putra mahkota grup bisnis Salim ini mempunyai dosa yang besar terhadap bangsa ini terkait dengan korupsi trilyunan rupiah. Bagaimana kita bisa dipercaya seorang koruptor yang membuat bangsa Indonesia bangkrut, mempunyai cita-cita luhur membangun kembali bangsa ini dari keterpurukan ? Siapa yang menjamin tidak ada agenda khusus dibalik itu ?

Siapa yang tidak kenal grup Salim. Di masa Orde Baru, grup ini termasuk kesayangan Soeharto. Jaringan bisnis menyebar hampir di seluruh Indonesia. Ketika tahun 1997 krisis menerpa bangsa kita, grup Salim menghilang. Pendirinya, Liem Sioe Liong memilih menetap di Singapura, Anthony Salim sendiri mempunyai bisnis di luar negeri.

Setalah 10 tahun berselang, Anthony Salim kembali muncul. Januari lalu bersama pimpinan media masa Jakarta, Athony Salim betandang ke Istana Negara berbincang dengan Presiden. Kejadian itu sempat menjadi perbincangan serius banyak kalangan. Ditengah tekat pemerintah memberantas korupsi, orang yang masuk dalam Konglomerat Hitam bisa masuk Istana Negara dengan leluasanya.

Tidak lama setelah itu, Ia melenggang melewati pintu istana. Tidak tanggung-tanggung, kedatangannya kali ini membawa kerangka Indonesia 23 tahun mendatang.

Aduh...capek...

Baiklah, semua orang berhak mempunyai mimpi, selama mimpi belum dilarang. Abang becak, sopir angkot, pegawai negeri, karyawan swasta, pebisnis, Ketua RT/RW, Lurah, Camat, Bupati sampai Presiden boleh bermimpi. Saudara-saudara kita korban LUSI (Lumpur Sidoarjo) pun boleh bermimpi. Silahkan merangkai mimpi masing-masing dan silahkan berjuang untuk mewujudkannya.


Foto diambil dari :
www.jawapos.co.id, berita
Rabu, 04 Apr 2007, Konglomerat Hitam Kuasai Istana








12duadua © 2014