Bersama seorang teman, saya berkunjung ke sanggar tempat anak-anak dari keluarga miskin berkumpul setelah pulang sekolah. Mereka sangat senang ketika ada orang baru datang berkunjung, apalagi tahu kalau mereka akan di foto, mereka berebut mengambil tempat paling depan sambil menunjukkan ekspresi wajah masing-masing.
Mbak Novi, koordinator sanggar mendampingi kami dan menjelaskan kegiatan-kegiatan untuk anak-anak di sanggar. "Semua keigiatan disini bertujuan untuk memperluas pandangan anak-anak tentang masa depan, jangan hanya terpaku pada lingkungan sekitar, kami berharap mereka punya cita-cita yang beragam, tidak hanya ingin menjadi tukang becak, pemulung atau pedagang seperti orang tuanya" Mbak Novi menjelaskan visi dan misi sanggar.
Sanggar ini melakukan pendampingan kepada anak-anak sejak usia sebelum sekolah (pra-sekolah) sampai mereka lulus Sekolah Menengah Atas. Pendampingan itu untuk mencegah anak-anak menjadi anak jalanan atau buruh anak, memberi mereka kesempatan pendidikan yang lebih baik sehingga dapat merasakan manfaat pendidikan bagi dirinya maupun keluarganya.
"Mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam bercita-cita dan mewujudkannya" lanjut Mbak Novi. Memang anak-anak di sanggar itu sebagian besar berasal dari keluarga yang secara ekonomi kurang mampu sehingga terpaksa harus bekerja di jalan atau melakukan pekerjaan yang berbahaya dan beresiko pada kesehatannya. Karena kondisi itu hak mereka untuk mendapatkan pendidikan dikorbankannya.
Saya sangat senang berada di tengah-tengah mereka, dalam himpitan ekonomi keluarganya mereka masih dapat bermain dengan riang gembira dan bersemangat mengikuti semua kegiatan di sanggar. Saya pun berkeliling melihat-lihat ruangan-ruangan belajar anak-anak. Di dinding ruang depan terpasang absen yang unik, nama-nama anak di tulis di kertas yang berbentuk buah. Anak yang masuk buahnya berwarna, sedangkan yang tidak masuk buah kertas dipasang terbalik sehingga hanya nama dan warna putih yang terlihat. Selain itu berbagai lukisan dan berbagai kerajinan hasil karya anak-anak sanggar dipamerkan di ruang ini.
Saya pun melihat anak-anak bermain ular tangga di ruang tengah. Salah satu kotak ular tangga berisi perintah bercerita kegiatan dari pagi sampai sore ini. Salah satu dari mereka mendapat giliran bercerita. Dengan suara khas anak-anak iapun bercerita "Pagi saya bangun tidur lalu mandi pakai sabun, ondol dan sam-pooo. Setelah berpakaian saya berabgkat ke sekolah........" Saya tersenyum karena ia menyebut ondol untuk odol.
Di sela kegembiraan saya, ada kegetiran yang terasa ketika Mbak Novi bercerita bagaimana sulitnya berkoordinasi dengan sekolah tempat akan-anak belajar, terutama masalah pendanaan. Banyak pungutan liar yang peruntukannya tidak jelas, "Setiap pengeluaran kami, harus kami laporkan ke donatur Mas, jadi kami tidak bisa memenuhi berbagai pungutan atau iuran di luar kegiatan belajar mengajar, itupun harus jelas dan ada buktinya. Terkadang kalau diminta bukti pembayaran, sekolah tidak mau memberikannya. Di situlah kami sering uring-uringan dengan sekolah" cerita Mbak Novi.
"Ada satu lagi Mas" tambahnya, "Buku-buku penunjuang yang diberikan pada anak-anak sering kami beli dari luar, soalnya kalau beli di sekolah mahal dan lagi, bukti pembayarannya tidak bisa diminta, kan repot, bagaimana kami membuat laporan jika tidak ada buktinya"
Kegetiran itu segera terlupakan ketika melihat Sugik, salah satu anak sanggar menerima suapan vitamin dari kakak mentornya, kami semua tertawa melihat ekspresinya. "Semoga vitamin itu bisa membuat kamu sehat, bisa bersemangat untuk sekolah dan bisa merangkai cita-citamu" doa saya.
Suapan vitamin itu tanda kalau kegiatan sore ini berakhir, anak-anak pulang. Kami pun berpamitan dan mengucapkan banyak terima kasih karena diperbolehkan berkunjung ke sanggar ini. Mbak Novi sempat meminjamkan CD foto-foto kegiatan outbond, "tapi dikembalikan ya Mas" katanya sambil tersenyum.
6 komentar: