Pages

Senin, 05 Februari 2007

Jangan Menilai Orang Dari Pakaian dan Tampangnya

Senin, 05 Februari 2007

Saya pernah mendengar cerita, entah darimana sumbernya, tentang orang desa yang ingin membeli emas. Suatu hari orang desa, sebut saja Parjan, pergi ke toko emas di kota. Ia ingin membeli emas untuk istrinya. Sesampainya di toko, Parjan melihat-lihat emas yang akan dibelinya. Tetapi penjaga toko membentak dan mengusirnya. Rupanya penjaga toko curiga, Parjan dikira ingin mencuri. Memang pakaian dan tampang Parjan tidak seperti orang yang berduit. Mendapat bentakan itu Parjan tidak marah-marah, Ia malah tersenyum dan perlahan mengeluarkan kantong plastik dari sarung yang diselempangkan di bahunya. Dari kantong plastik itu dikeluarkannya segebok uang yang kalau dihitung dapat ditukar dengan 1 kg emas. Penjaga toko pun terbelalak....

Suatu hari terman saya bercerita, di dekat rumahnya ada seseorang yang kelihatannya tidak waras. Pakaiannya compang-camping dan dekil, rambutnya sebahu dan acak-acakan. Suatu hari teman saya mendekatinya dan mengajaknya ngobrol. Luar biasa, kata teman saya, saat ngobrol tentang Tuhan, orang gila itu bilang "Allah itu satu titik bukan koma"...Wow dalam sekali, kita yang mengaku waras sering sekali berucap "Allah itu satu titik", padahal dalam hati dan perilaku kita bukan titik tapi koma. Masih ada embel-embel di belakangnya. Dan terkadang embel-embel itu panjang sekali.

Begitulah, dalam menilai orang sering sekali hanya melihat tampak luarnya saja, dari apa yang dikenakannya, dari tampangnya, dari potongan rambutnya dan sebagainya. Dan sering sekali kita keliru.

Pengalaman tidak mengenakkan saya alami minggu kemarin saat menginap di sebuah hotel di Sanur, Bali. Sore hari saya dan teman saya ingin berenang di pantai. Tiba-tiba saya mendengar orang membentak dari belakang. Setelah saya menoleh ternyata ada satpam hotel dengan muka garang membentak dan menunjuk-nunjuk saya dan teman saya. Tidak hanya membentak, ia juga menyuruh kami menjauh dari pantai, karena pantai itu khusus untuk tamu hotel.

Wah, sepertinya satpam itu belum tahu, kami juga tamu hotel, meskipun bukan dari biaya sendiri. Setelah kami memberi penjelasan, dengan berbasa-basi satpam itupun meminta maaf... Hehehe...memang tampang kami berdua tidak parlente seperti turis-turis itu....tetapi akan lebih enak kalau bicara dengan baik-baik. Coba kalau yang dibentak itu sakit hati dan menulis surat pembaca di koran, kan merepotkan....









17 komentar:

12duadua © 2014