Pages

Rabu, 24 Januari 2007

Dunia Yang Semakin Datar

Rabu, 24 Januari 2007


---Dari sebuah buku "The Worl is Flat",
Thomas L. Friedmen, 2006---



Tahun 1991, Thomas L. Friedmen, kolomnis hubungan luar negeri The New York Times memunculkan gagasan tentang globalisasi lewat bukunya "The Lexus and the Olive Tree".
Kemudian, globalisasi menjadi wacanya yang banyak dibicarakan
masyarakat seluruh dunia. Banyak negara yang menganggapnya sebuah
tantangan, maka harus dilakukan persiapan untuk menghadapinya agar
tidak tergilas dan tertinggal arus. Tetapi ada juga yang menganggapnya
sebagai ancaman yang harus dilawan, maka dengan segala upaya
diciptakanlah kekuatan yang menandinginya.



Belum tuntas wacana globalisasi dibicarakan, muncul wacana baru tentang
dunia yang semakin datar. Sebenarnya bukanlah wacana pengganti, hanya
mempertegas bahwa globalisasi masih terus berlangsung. Bahkan bergerak
semakin cepat dan semakin banyak pemain yang turut ambil bagian
mendorong arusnya. Bukan lagi negara pelakunya, tetapi masing-masing
individu bisa perperan membuat dunia semakin datar.



Ketika negara-negara Eropa melakukan misi pencarian rempah-rempah, emas
dan penyebaran agama, sebenarnya gerbong globalisasi mulai bergerak.
Friedmen menyebut era ini dengan Globalisasi 1.0. Beberapa negara
mengglobal, mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang luas, melebihi
batas-batas negaranya. Era ini berlangsung hingga sekitar tahun
1800-an. Pertanyaan yang muncul, dimanakah posisi dan peluang negaraku
dalam persaingan global ini ?



Tahab globalisasi selanjutnya adalah mengglobalnya
perusahaan-perusahaan untuk kepentingan pasar dan tenaga kerja.
Pelakunya adalah perusahaan multinasional dengan modal gabungan yang
sangat besar. Produk atau layanannya meluas ke hampir seluruh pelosok
dunia. Tahap ini dinamakan Globalisasi 2.0. Pertanyaan yang kemudian
muncul, dimana posisi dan peluang perusahaanku dalam ekonomi yang
mengglobal ?



Dunia semakin datar, sekat-sekat negara bukan lagi menjadi batas yang
tegas memisahkan wilayah di belahan bumi yang satu dengan wilayah di
belahan bumi yang lain. Akses informasi semakin mudah, dalam sekian
detik saja informasi dapat menyebar ke seluruh dunia. Individu dapat
berkomunikasi dan berinteraksi dengan individu yang lain dimanapun
berada. Orang di Indonesia dapat berkorespondensi dengan saudara atau
temannya di Amerika tanpa harus menunggu berhari-hari atau
berbulan-bulan sampai pak pos mengetuk pintu. Dengan e-mail, berbagai
kabar dapat sampai ketujuan hanya dalam hitungan detik. Bahkan, saat
ini dimungkinkan saling bercakap dan melihat wajah tanpa harus bertemu
langsung.



Fakta-fakta menunjukkan bahwa saat ini peran individu sudah mengglobal.
Masing-masing individu mempunyai kekuatan untuk saling bersaing dengan
individu lain di seluruh belahan bumi. Seseorang dari Bangalore, India
dapat bersaing dengan orang dari Dallian, China untuk menjadi bagian
sebuah proyek besar dari perusahaan di Amerika tanpa harus pergi
bermil-mil ke Amerika, masing-masing tetap di wilayahnya bahkan bisa
dilakukan dari rumahnya. Kemudian, individu-individu mulai menyadari
akan dihasilkannya kekuatan yang lebih besar lagi jika mereka saling
bekerjasama, saling membantu. Beberapa proyek dapat dipecah-pecah dan
dikerjakan oleh ahlinya masing-masing dari tempat yang berbeda-beda,
proyek dapat diselesaikan dengan kualitas yang optimal. Inilah
Globalisasi 3.0. Akhirnya setiap individu bisa dan harus bertanya :
dinama posisi saya sebagai individu di tengah persaingan global dan
bagaimana saya harus bekerjasama dengan individu lain untuk
menghasilkan kekuatan yang lebih besar ?



Menjadi Pemain atau Korban ?



Sejarah membuktikan, di era Globalisasi 1.0 dan Globalisasi 2.0, kita
mengalami kondisi yang memprihatinkan. Negara kita bukanlah negara yang
mengglobal pada era Globalisasi 1.0, bahkan menjadi korban sebagai
negara terjajah. Di era Globalisasi 2.0, bukan kita yang lebih
menguasai pasar dunia, melainkan kita yang menjadi target pasarnyanya.
Produk dan layanan perusahaan kita tidak banyak yang menyebar ke
pelosok dunia, melainkan banyak produk dan jasa dari luar yang masuk ke
negara kita.



Sekarang Globalisasi 3.0 sedang berlangsung, akankah kita menjadi
pemain atau lagi-lagi menjadi korban ? Tidak, jika kita segera bangun
dan menyiapkan diri. Beruntung, setiap kita diciptakan berbeda-beda dan
unik. Tidak ada individu lain di dunia ini yang sama persis dengan
kita. Setiap individu pasti berbeda, meskipun bagi mereka yang kembar
identik sekalipun. Setiap individu mempunyai kelebihan dibanding dengan
individu yang lain. Inilah potensi yang harus dikembangkan oleh setiap
individu, sesedikit apapun kelebihan itu. Untuk apa ? Untuk menutupi
kekurangan individu yang lain. Karena, selain mempunyai kelebihan,
setiap individu juga mempunyai kelemahan. Interaksi individu yang
demikianlah yang akan mewujudkan cita-cita hidup seluruh individu di
dunia, mencapai kemakmuran dan kebahagiaan hidup.



Jadi tidak usah kawatir dengan globalisasi sampai berapapun tahapnya,
selagi kita mampu mengetahui dan mengoptimalkan kelebihan kita.











19 komentar:

12duadua © 2014