Pages

Rabu, 17 Mei 2006

Selamat Tinggal Bendungan........!!!!!

Rabu, 17 Mei 2006

Air. Ya
air. Kata itu yang pertama kali teringat ketika aku mendapat hambatan.
Tidak tanggung-tanggung hambatan itu bagaikan sebuah bendungan dengan
dinding-dinding yang kokoh. Perangkap yang menahanku. Tidak bisa
kemana-mana, aliranku terhenti ke semua arah, membentur dinding
bendungan yang tinggi dan tebal.


Seperti
air, akupun mencoba mencari celah, tidak perlu besar, kecilpun bisa.
Kuperiksa semua sudut lekukan dinding. Berkelit diantara bebatuan.
Menyibak lumut dan ganggang. Dan..almhamdulillah, akhirnya aku
menemukan celah. Sempit, sempit sekali. Aku tidak bisa mengalir, hanya
meresap. Pelan, sedikit demi sedikit. Meski tubuh terhimpit dan
tergores retakan dinding yang tajam, tapi terus aku berusaha. Sejenak
aku menikmati kebebasan, keluar dari tekanan yang menyesakkan.

Hemmmm....Ternyata
kebebasan yang sedikit itu tidak berlangsung lama. Segera setelah tau
aku keluar lewat celah sempit itu, celahpun ditutup dengan semen dan
pasir, diletakkan batu di luarnya. Tidak apa-apa, aku masih tetap air
yang dingin dan sejuk.

Aku
memanggil angin, kuajak ia bermain, meliuk-liuk dan beriak.
Berputar-putar dari sudut sana ke sudut sini. Tarianku membentuk
gelombang. Kadang besar tinggi, kadang juga kecil merayap. Sesekali
juga nakal, mengejek dinding dan bebatuan. Meski tak mungkin
menjebolnya tapi kubenturkan juga. Yaaa....untuk suara grubyak...yang
entah berirama atau tidak. Bagiku dan angin, itu sebuah alunan musik
klasik indah.

Aku
meminta pada awan agar jangan menutup tirainya. Juga pada malam,
berilah siang untuk panjang sedikit. Aku ingin menatap matahari dan
bercerita padanya tentang bendungan dan semuanya. Aku ingin merasakan
kehangatannya dari sinarnya yang terik.

Semakin
lama sinar matahari semakin terasa. Erat memelukku. Akupun semakin
asyik bercerita. Aku hanya ingin kembali ke tempat asalku, kataku
padanya. Ya benar, samudra tempat kembaliku.

Tiba-tiba
badanku terasa ringan, terbang, berbaur dengan angin dan mendekat ke
awan. Hohohohoho.....benar-benar terbang, tinggi, tinggiiiiii sekali,
meninggalkan bendungan yang angkuh. Inikah yang dinamakan
kebebasan....bergerak mininggi tanpa halangan. Awan.......wajahmu yang
putih...... terimalah aku berkumpul bersamamu. Angin....... ajaklah aku
berkeliling sampai ke ujung cakrawala. Matahari.......... aku memandangnya
kembali, terima kasih ucapku, kau bagi energimu hingga menerbangkanku.

Kalau
boleh aku memintan, aku ingin berlama-lama bersama awan dan agin. Menjelajah, menaiki
gunung, menuruni lembah. Tapi kini saatnya aku harus kembali menjadi diriku.
Kembali ke takdir penciptaanku. Menjadi teman akrap bagi bumi tempat
berpijak. Hahahaha.... bahagianya aku, disambut bocah-bocah riang, berlarian
dengan telanjang dada. Menjadi harapan petani, padi dan sawah. Wahai
sungai... apa kabar kamu. Disana kita terpisahkan, kini bertemu kembali.
Masih sudikah kau mengantarku ke tempat asalku ?





24 komentar:

12duadua © 2014