
Membicarakan pendidikan nasional, segera terpampang berbagai masalah
yang menggambarkan begitu muramnya wajah pendidikan nasional kita.
Komitmen pemerintah yang setengah-setengah dalam menangani pendidikan
menunjukkan pendidikan belum menjadi prioritas utama bagi pemerintah.
Kekurang seriusan itu setidaknya tercermin dalam alokasi dana untuk
pendidikan. Untuk tahun anggaran 2006, dana untuk pendidikan
dialokasikan sebesar 9,1 persen. Padahal berdasarkan pasal 31 (4) UUD
1945, anggaran untuk pendidikan minimal 20 persen.
DPR sebagai wakil rakyat pun tidak bisa berbuat apa-apa dalam
merumuskan anggaran untuk pendidikan. Sebenarnya dalam struktur
organisasi DPR terdapat komisi yang membidangi masalah pendidikan yaitu
Komisi X. Namun komisi ini tidak mempunyai wewenang untuk ikut campur
menyusun APBN termasuk anggaran untuk pendidikan, meskipun melalui
penggunaan fungsi budgeting, pemerintahlah satu-satunya pihak yang
berwenang.
Minimnya alokasi dana untuk pendidikan ini menyebabkan buruknya sarana
dan prasarana pendidikan. Banyak sekolah yang sudah tidak layak untuk
dijadikan tempat belajar mengajar. Atap dan langit-langit, serta
sebagian dinding jebol di sana-sini. Sejak dibangun sampai sekarang
belum pernah direnovasi. Wajar bila salah seorang guru menyindir dengan
sebuah pertanyaan “Kapan Sekolah Kami Lebih Baik Dari Kandang Ayam”.
Keprihatinan semakin dalam ketika melihat moral anak-anak didik kita.
Tawuran antar sekolah seringkali terjadi. Pendidikan di sekolah tidak
menjadikan mereka cerdas, menyelesaikan masalah dengan elegan,
menyelesaikan masalah tanpa masalah. Benteng emosi mereka begitu rapuh,
sedikit saja ada pemicunya amarah meluap-luap.
Hati ini semakin sedih lagi ketika melihat berita di berbagai media
tentang aksi pornografi sudah masuk ke lingkungan sekolah. Tersebarnya
video-video porno baik yang melalu internet maupun telepon seluler yang
pelakunya siswa-siswi SMU makin sering terjadi di berbagai daerah.
Diantara berbagai masalah pendidikan yang semakin susah untuk
dibayangkan penyelesainnya, ada berita yang menggembirakan terkait
tentang pendidikan nasional kita. Indonesia menempati urutan kedua
dalam perolehan medali dalam Olimpiade Fisika Asia (Asian Physics
Olympiad / APhO) yang diselenggarakan di Almaty, Kazakhstan, 23-29
April 2006 yang lalu. Tim kita memperoleh dua mendali emas atas nama
Pangus (SMA Kristen 3 Penabur, Jakarta) dan Irwan Ade Putra (SMA Negeri
1, Pekanbaru), satu medali perak atas nama Jonathan Pradana Mailoa (SMA
Kristen 1 Penabur, Jakarta) dan tiga medali perunggu atas nama Andy
Latief (SMA Negeri 1, Pamekasan), Muhammad Firmansyah Kasim (SMP
Athira, Makassar), dan Rudy Handoko (SMP I Sutomo, Medan).
Prestasi tersebut sangat membanggakan bagi kita, apalagi dua perunggu
dipersembahkan oleh siswa SMP. Menurut catatan, baru pertama kalinya
sejak Olimpiade Fiska Asia diselenggarakan, siswa SMP mendapat medali
perunggu.
Sumber :
1. Alokasi Minimal Pendidikan Tergantung Niat Baik Pemerintah
2. Kapan Sekolah Kami Lebih Baik dari Kandang Ayam
3. Heboh Rekaman Syur Siswa SMU..........
4. Tim Olimpiade Fisika Indonesia Raih Dua Medali Emas
yang menggambarkan begitu muramnya wajah pendidikan nasional kita.
Komitmen pemerintah yang setengah-setengah dalam menangani pendidikan
menunjukkan pendidikan belum menjadi prioritas utama bagi pemerintah.
Kekurang seriusan itu setidaknya tercermin dalam alokasi dana untuk
pendidikan. Untuk tahun anggaran 2006, dana untuk pendidikan
dialokasikan sebesar 9,1 persen. Padahal berdasarkan pasal 31 (4) UUD
1945, anggaran untuk pendidikan minimal 20 persen.
DPR sebagai wakil rakyat pun tidak bisa berbuat apa-apa dalam
merumuskan anggaran untuk pendidikan. Sebenarnya dalam struktur
organisasi DPR terdapat komisi yang membidangi masalah pendidikan yaitu
Komisi X. Namun komisi ini tidak mempunyai wewenang untuk ikut campur
menyusun APBN termasuk anggaran untuk pendidikan, meskipun melalui
penggunaan fungsi budgeting, pemerintahlah satu-satunya pihak yang
berwenang.
Minimnya alokasi dana untuk pendidikan ini menyebabkan buruknya sarana
dan prasarana pendidikan. Banyak sekolah yang sudah tidak layak untuk
dijadikan tempat belajar mengajar. Atap dan langit-langit, serta
sebagian dinding jebol di sana-sini. Sejak dibangun sampai sekarang
belum pernah direnovasi. Wajar bila salah seorang guru menyindir dengan
sebuah pertanyaan “Kapan Sekolah Kami Lebih Baik Dari Kandang Ayam”.
Keprihatinan semakin dalam ketika melihat moral anak-anak didik kita.
Tawuran antar sekolah seringkali terjadi. Pendidikan di sekolah tidak
menjadikan mereka cerdas, menyelesaikan masalah dengan elegan,
menyelesaikan masalah tanpa masalah. Benteng emosi mereka begitu rapuh,
sedikit saja ada pemicunya amarah meluap-luap.
Hati ini semakin sedih lagi ketika melihat berita di berbagai media
tentang aksi pornografi sudah masuk ke lingkungan sekolah. Tersebarnya
video-video porno baik yang melalu internet maupun telepon seluler yang
pelakunya siswa-siswi SMU makin sering terjadi di berbagai daerah.
Diantara berbagai masalah pendidikan yang semakin susah untuk
dibayangkan penyelesainnya, ada berita yang menggembirakan terkait
tentang pendidikan nasional kita. Indonesia menempati urutan kedua
dalam perolehan medali dalam Olimpiade Fisika Asia (Asian Physics
Olympiad / APhO) yang diselenggarakan di Almaty, Kazakhstan, 23-29
April 2006 yang lalu. Tim kita memperoleh dua mendali emas atas nama
Pangus (SMA Kristen 3 Penabur, Jakarta) dan Irwan Ade Putra (SMA Negeri
1, Pekanbaru), satu medali perak atas nama Jonathan Pradana Mailoa (SMA
Kristen 1 Penabur, Jakarta) dan tiga medali perunggu atas nama Andy
Latief (SMA Negeri 1, Pamekasan), Muhammad Firmansyah Kasim (SMP
Athira, Makassar), dan Rudy Handoko (SMP I Sutomo, Medan).
Prestasi tersebut sangat membanggakan bagi kita, apalagi dua perunggu
dipersembahkan oleh siswa SMP. Menurut catatan, baru pertama kalinya
sejak Olimpiade Fiska Asia diselenggarakan, siswa SMP mendapat medali
perunggu.
Sumber :
1. Alokasi Minimal Pendidikan Tergantung Niat Baik Pemerintah
2. Kapan Sekolah Kami Lebih Baik dari Kandang Ayam
3. Heboh Rekaman Syur Siswa SMU..........
4. Tim Olimpiade Fisika Indonesia Raih Dua Medali Emas
14 komentar: